Obgyn Kesayangan CEO

"Apa kamu bilang?" David mulai emosi. "Hari ini aku lepaskan kamu, awas kalau besok-besok!!" ancam David. David berlalu karena sudah dijemput oleh sopir keluarganya.

"Ada-ada saja" gumam Mayong berlalu menuju parkiran.

Di parkiran, papa sudah menunggu di mobil bersama Bara.

"Mari kita pulang, mama pasti sudah menunggu" papa menyalakan mobil.

"Mayong, gimana pelajarannya?" tanya papa sambil menyetir. "Sama pa kayak hari-hari biasanya" sombong dikitlah, karena Mayong sebenarnya sudah menguasai pelajaran kelas 6. Padahal baru kelas 3. Papa masih belum mengijinkan untuk kelas akselerasi. Seperti yang papa pernah bilang sebelumnya "Mayong, saat ini papa belum setuju kalau kamu mau ambil kelas akselerasi. Waktu bermainmu akan habis cuma untuk belajar. Hidup serasa tidak asyiiikkkkk" begitu ucapan papa yang pernah disampaikan dulu.

"Taekwondo masih tetep latihan kan?" tanya papa selanjutnya. "Masih pa, kalau gak latihan malah badan gampang capek". Bara yang duduk di belakang malah tertidur.

Sore itu papa mendapat telpon dari Om Abraham. "Suryo, kapan kau ada waktu? Ajak Mayong sama Bara ke sini, kangen aku sama mereka?" kata Om Abraham terdengar dari handphone yang di loudspeaker. "Kalau besok gimana, mumpung hari Minggu" tanya papa. "Baiklah, aku tunggu" Om Abraham menutup telponnya.

Minggu pagi kami ke rumah Om Abraham tanpa mama, mama ada acara sama teman-temannya.

"Masuk-masuk!!!!" ajak om Abraham begitu kita sampai. Kebetulan om Abraham lagi berkebun. Di halaman rumahnya banyak tanaman hias yang indah-indah peninggalan mama Gayatri.

"Kamu lama sekali tidak ke sini Mayong, Bara?"

"Abis papa belum bisa nganter om". Mayong berlari mengejar Bara. Mereka asyik berdua mainan.

"Rumahku sepi sekali ni, kalau mereka tidak ke sini.." om Abraham mulai ngobrol dengan papa Suryo. "Semenjak Gayatri meninggal, tambah sepi lagi" lanjutnya. "Sudahlah, ikhlaskan. Semoga Gayatri dan anakmu tenang di sana" papa menasehati. "Kenapa kau tidak nikah lagi aja, biar ada yang menemani kamu?" lanjut papa. "Tidak segampang itu juga kali, nama Gayatri sudah terpatri di hatiku" sungut om Abraham. Memang semenjak istrinya Gayatri meninggal, om Abraham sudah berjanji di dalam hatinya untuk tidak menikah lagi.

"Bolehlah Mayong sama Bara kuanggap juga sebagai anakku" begitu ujarnya.

"Suryo" panggil Om Abraham. " Kamu ingatkan, kalung yang dipakai istriku? Kalung yang selalu terpakai olehnya. Yang dia pernah bilang itu kalung keberuntungan? Ingat?"

"Kalung dengan giok biru?" papa Suryo mengerutkan keningnya. "Yes, itu yang kumaksud" om Abraham menimpali.

"Semenjak istriku meninggal, kalung itu kok juga ikut raib yaaa?" Om Abraham bertanya meski mengerti kalau papa Suryo tidak bisa menjawab.

Begitulah om Abraham karena sudah berjanji untuk tidak menikah lagi, sekarang waktunya dihabiskan untuk praktek di rumah sakit dan mengajar di kampus. Di sela-sela kesibukannya beliau masih melakukan penelitian-penelitian.

Bara senang sekali kalau diajak om Abraham baik itu ke rumah sakit atau kampus, walau cuma duduk-duduk di kantornya. Dia tidak akan bosan di sana. Berbeda lagi dengan Mayong, dia lebih suka ikut ke kantor papa Suryo.

"Papa keren" gumam Mayong sambil memandang papa Suryo yang duduk di kursi kebesarannya, memakai dasi dan jas. "Aku harus bisa seperti papa" kata Mayong dalam benak. Beda anak beda keinginan. Hal itu bukan tanpa disadari oleh papa Suryo. Tinggal bagaimana orang tua mengikutinya. Begitu pemahaman papa Suryo.

Di sekolah, semenjak pertemuan pertamanya yang tidak menyenangkan dengan David. Nampak aura dingin di antara Mayong dan David. David yang semakin menjadi dengan kepongahannya, Mayong semakin tidak suka. Mereka berdua terlibat perang dingin.

Mayong sebenarnya tau, kalau David adalah anak om James. Bisa dibilang David masih sepupu dengan Mayong. Om James adalah kakak mama Clara. Tapi karena Mama Clara sudah dikeluarkan dari nama keluarganya, jadilah Mayong sepupu yang tidak dianggap. Menurut cerita papa, om James dahulu juga naksir mama Gayatri, tapi kalah saingan sama om Abraham. Papa Suryo, Om Abraham, dan om James dulunya sahabatan. Tapi semenjak papa yang dari keluarga biasa mencintai mama Clara dan menikahinya, serta mama gayatri menikah dengan om Abraham. Om James membenci papa Suryo dan om Abraham.

David dan Mayong seperti musuh bebuyutan. Hal itu terbawa sampai mereka kuliah. Kebetulan mereka kuliah di kampus yang sama, jurusan yang sama. Bedanya Mayong sekarang beberapa semester di atas David, karena waktu SMP dan SMA Mayong ambil kelas akselerasi. Kalau untuk ikut kelas akselerasi jelas David tertinggal.

Keseharian Mayong nampak biasa saja. Tidak ada yang tau kalau Mayong anak dari Suryolaksono, pemilik Dirgantara grub perusahaan yang mulai berkembang menjadi perusahaan multinasional. Mayong selalu berangkat dan pulang ngampus dengan motor matic 150cc nya. Mayong tidak mau kena macet.

"Mayong hati-hati ya di jalan, jangan ngebut-ngebut, kalau siang jangan telat makan" sambutan mama Clara tiap pagi. "Siap bos mama" jawab Mayong tersenyum. Kalau Mayong ngampus selalu berangkat sendiri, Bara masih dengan sopir yang setia mengantarnya. Mungkin hanya David yang sedikit tau tentang Mayong.

Jelita gadis cantik idola kampus, putri rektor kampus yang selalu mengejar-ngejar Mayong, padahal banyak mahasiswa yang mengejar-ngejar dirinya termasuk David.

"Makan siang yuuukkkk" Jelita menghampiri Mayong waktu istirahat siang. " Baiklah, kebetulan aku juga belum makan" Mayong mengikuti Jelita. "Kantin aja yaa???" Jelita menimpali. "Oke".

Mereka makan siang bersama di kantin sambil ngobrol serius tentang mata kuliah yang Jelita tidak pahami. David yang duduk di pojokan ruangan, merah padam melihat mereka berdua. Cemburu yaaaa???? Akhirnya David menghampiri.

"Boleh gabung?" modus David. David hanya ingin mengganggu mereka. Mayong mempersilahkan, Jelita terlihat tidak senang.

"Aku sudah selesai, aku balik dulu ya" pamit Mayong karena merasa tidak ada urusan dengan David. Tinggalah Jelita sama David. "Jelita, aku mau ngomong ama kamu?" David bicara sekenanya. "Ntar malem kamu ada waktu nggak? aku samperin ke rumah yaa?"

"Ngomong di sini aja napa?" Jelita menimpali.

"Nggak asyik ah..ntar malam aja yaa aku samperin" sanggah David. Jelita menggangguk dan kemudian meninggalkan David menyusul Mayong.

Jelita menghampiri Mayong. "Ada yang ingin kubicarakan sama kamu" Jelita duduk dekat dengan Mayong. "Apaan?" Mayong tidak mau berbelit-belit. "Tapi kamu jangan marah yaa?" tanya Jelita ragu-ragu. Jelita dengan netra coklat teduhnya duduk di samping Mayong. "Mayong, aku sebenarnya..sebenarnya cinta sama kamu.." ucap Jelita terbata-bata. Kalau biasanya cowok yang mengutarakan cinta, ini mah kebalik. Kalau nunggu Mayong mengucapkan cintanya, sampai luluspun belum tentu kesampaian, pikir Jelita. Sebenarnya Mayong bukan tidak tahu dengan perhatian Jelita, sebagai laki-laki Mayong pun merasa senang. Siapa juga yang tidak mau jadi pacaran dengan seorang Jelita, gadis cantik yang sekarang duduk di sampingnya.

#jawaban Mayong ada di part selanjutnya aja yaaaa????? author ijin masak dulu..he...he...masak air...