Perjalanan Cinta Rinjani

"Sampai sebegitu kah kau tak menginginkan ku Ansel, bahkan untuk menatap wajahku pun kau tak Sudi??"

Ansel terkesiap mendengar ucapan Rinjani. tak adakah pertanyaan yang lebih menyakitkan dari pada itu??.

Hati Ansel seperti diremas dengan sangat kuat, Membuat dirinya sakit dan sesak nafas, Ansel ingin mengelak dengan segala kesabarannya, tetapi nyatanya justru air matanya yang meluap.

" Ansel"

Rinjani mengurai kepalan tangan Ansel yang membuat buku-buku jari pemuda itu memutih, Rinjani sama sekali tidak bermaksud meragukan pemuda yang menjadi suaminya, Rinjani hanya ingin Ansel tau dia menyambut baik cinta pemuda itu, Rinjani merasa beruntung di cintai sebesar itu oleh Ansel, bukan untuk meragukan. Wanita mana yang tidak bahagia di cintai sedemikian besar, meskipun dulu mungkin itu cinta yang salah, tetapi nyatanya hubungan mereka sekarang halal

Ansel menengadah menghalau jatuhnya air matanya yang tak diharapkan saat ini keluar dihadapan wanita yang dicintainya, tetapi sungguh sakit teramat sakit yang Ansel rasakan saat Rinjani menyangka dia tak Sudi menatap wajah yang sedari dulu bahkan selalu di impikan bisa di pandang nya setiap hari, Ansel terluka tetapi tak berdarah, tetapi luka yang teramat sangat menyiksa untuk dirasakan.

Rinjani pun kikuk tak tau harus melakukan apa, nyatanya dia belum terbiasa untuk bermanja pada pemuda di hadapannya, tetapi mau sampai kapan??

Air matanya juga berderai-derai, Rinjani juga bingung harus berbuat apa? ingatan dimana Ibu Maria menasehatinya kembali terngiyang, 'Tempat ternyaman istri adalah pelukan suaminya, dan tempat ternyaman suami adalah istri yang mampu menampung segala luapan keinginannya' terdengar sangat sederhana, tetapi ungkapan itu memiliki makna yang luas, terlebih untuk kata menampung segala luapan keinginannya'

Rinjani tau dan sangat tau makna itu, untuk itu dengan segala keberaniannya Rinjani membawa telapak tangan nya untuk meraba dada bidang Ansel, Rinjani ingin membalas menghargai Ansel, seperti selama ini Ansel yang berusaha keras untuk menghargai nya, Rinjani ingin melakukannya dengan segala usaha bukan hanya perkataan tak bermakna.

Rinjani akan berusaha melakukan segalanya seperti yang diberikan kepada suaminya yang sudah-sudah, tidak hanya sekedar kepasrahan serta hak memiliki tubuhnya, Tetapi juga, pengabdian, kesetiaan dan juga hati, Rinjani akan mencoba memasrahkan hatinya untuk Ansel, Ansel layak untuk mendapatkan nya dengan utuh.

" Rinjani jangan seperti ini," Ansel menangkap tangan lembut Rinjani yang menyentuh dimana jantungnya berdetak

Rinjani pura-pura tidak dengar dan terus menyentuh dada suami nya, kemudian mendekat untuk mencium tepat di atas jantung Ansel yang berdetak dan bergemuruh. Ansel pria yang sangat baik di balik wujud rupawan nya bak dewa Yunani, sama seperti Nurry, Ansel juga memiliki wujud yang sempurna sebagai seorang pria

" Kamu akan membuat perasaan mu terluka Rinjani" Rinjani bahagia saat tangan hangat Ansel menghapus air matanya yang terjatuh

Rinjani mengeleng, kini tangan nya juga di ulurkan ke atas untuk menghapus air mata suaminya, Ansel membelai rambut panjang Rinjani dengan lembut, membawa ibu jarinya menyentuh bibir Rinjani, dagu dan membelai kulit leher Rinjani yang terlihat lembut dan jenjang, sentuhan hangat hingga membuat Rinjani memejamkan matanya.

" Aku sakit mendengar ucapan mu Rinjani, sakit yang teramat sakit" Ungkap Ansel dengan bibir yang bergetar

Rinjani kembali membuka matanya dan turut menengadah kembali menatap wajah Ansel yang lagi-lagi basah oleh air mata, padahal beberapa saat lalu dia sudah menghapusnya.

" Maafkan aku" Rinjani menyandarkan kepalanya di dada bidang Ansel yang terasa hangat, rasanya Rinjani ingin Ansel segera menyentuhnya, agar Rinjani tak merasa seberdosa ini, tetapi Rinjani sadar mungkin Ansel memang pria yang lembut dan tak suka dengan cara terburu-buru, mungkin dengan seperti ini dulu mereka bisa saling dekat dari hari ke hari.

" Jangan katakan itu lagi, sungguh kau menyakitiku Rinjani"

Ansel membingkai wajah Rinjani

" Maaf mungkin setelah ini kau akan kecewa padaku, Rinjani aku sudah sangat menginginkan mu sejak lama, sejak sangat lama___ kau membentang jarak yang paling jauh dari ku, andai kau menikah dengan pria lain mungkin aku masih bisa merampas mu, jika kau jadi istri orang lain aku masih bisa mengganggu mu, tetapi kau menikah dengan pria yang sama-sama kita sayangi dan sama-sama berarti di hidup kita" Ansel kembali meraup wajahnya

" Kau tau hal yang paling menyakitkan adalah melihatmu yang selalu tersenyum dengan pria lain, aku berusaha untuk mengubur rasa yang tak seharusnya itu untuk mu, tetapi semakin aku memikirkan nya semakin aku sakit, membayangkan kamu sedang merintih di bawah tubuh pria lain meskipun itu adalah Kaka ku sendiri, aku hampir gila

" Aku sudah mencoba menjauh dari kalian tetapi aku tetap terikat dengan rasa gila di hatiku." Ansel menenggelamkan kepala Rinjani di dalam dekapan nya, Rinjani tau Ansel tidak ingin Rinjani melihat kerapuhannya, Rinjani membiarkan itu justru tangan Rinjani memeluk tubuh suaminya

Ternyata Rinjani juga sakit hati mendengar ungkapan Ansel, mendengar semua kejujuran pemuda yang kini menjadi suaminya.

" Oh Rinjani___ mungkin hubungan kita setelah ini tak lagi sama, tolong maaf kan aku, bencilah aku sesuka hatimu, tetapi jangan kau memintaku untuk pergi dari hidup mu"

Hati Rinjani compang-camping mendengar ketulusan Ansel, bohong jika rasa nyaman dan sayang itu tak tumbuh begitu saja untuk pemuda yang hampir enam bulan hidup bersama nya, pemuda yang telah memeras tenaga dan keringatnya untuk membahagiakan keluarga nya, keluarga yang didalamnya ada dirinya dan anak-anak nya.

" Tidak apa-apa kau membenciku asal jangan kau buang aku dari hidup mu, karena sungguh aku sudah tidak mau hidup dihati yang lain"

Pecah sudah tangis Rinjani di dalam dekapan suaminya, seberapa pun ingin , tetapi hati Rinjani tetap tak bisa mengelak dengan rasa haru dan bahagia dengan luapan cinta luar biasa dari seorang Ansel

Ansel juga terus memeluknya, seolah Ansel takut berakhirnya pelukan mereka berakhir pula kebersamaan mereka, Ansel tak tahu bahwa ungkapan hatinya mampu menghancurkan dinding batas apapun yang mencoba menghalangi mereka, melepaskan diri dari belenggu cinta lama dan saling menyatu dan saling di inginkan tanpa henti.

Dada keduanya saling berdegup kencang, baik Rinjani maupun Ansel saling mendengar di balik jantung masing-masing, rasa dingin tiupan angin sudah tak mampu menembus batas kehangatan dua tubuh yang saling berpelukan, mereka tak ada yang membuka suara tengelam dengan rasa dan juga pikiran masing-masing.

Siapapun yang melihat mereka saat ini mereka sedang terlihat seperti sepasang suami istri yang sudah usai berbagi dan saling memberi, tanpa ada yang tahu bahwa di balik hati si pemuda sedang gelisah, karena harus berpikir untuk melepaskan si wanita demi kebahagiaan si wanita yang masih sangat layak untuk bebas dan bahagia.

Cerita akan author lanjutkan jika banyak yang setuju, dan mendukung, jika tidak, author akan mengantung disini dan melanjutkan dua karya author yang lain..

Happy reading ❤️❤️❤️

Tinggalkan jejak bagi yang setuju cerita Rinjani di lanjutkan.