Gadis Tiga Karakter ini adalah novel kedua.
Perjalanan seorang gadis yang menagih janji orang yang membunuh orang tuanya.
Rani nama gadis itu.
Dalam usahanya dibantu Kakak dan Orang tua angkatnya.Yang mengharuskannya tidak menjadi dirinya sendiri.
Si Culun,gadis bertopeng dan si cantik
Itulah karakter yang harus dijalaninya.
Ada kisah cinta yang tak terbalas,cinta yang butuh kepastian dan ada misteri serta rahasia yang harus diungkapkan.
Full action dalam menghadapi lawannya.
Yuk ikuti ceritanya.,😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli kiranawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepeda Pribadi
Kedua laki-laki itu saling berjabat tangan dan saling tatap mata seraya menyebutkan nama masing-masing.
Tiba-tiba terdengar suara dari pengeras suara.
"Pengumuman, untuk para siswa! Mohon ma'af untuk malam ini diharapkan kalian semuanya untuk belajar di rumah. Dan jangan lupa persiapan kalian untuk esok hari, pelajaran akan mulai full day! Demikian harap dijadikan maklum.
Terima kasih."
"Wah, jadi kita pulang ya?" tanya Rani yang menatap kakaknya Raditya dan juga Dito yang bergantian
"Iya, ayo kita ambil tas kita!" ajak Dito pada Rani.
"Baiklah! Oiya, kamu langsung pulang atau mau kemana?" kata Rani pada Dito.
"Iya aku pulang saja." kata Dito jawab Dito singkat.
"Oh, kalau begitu sama." kata Rani.
"Kak Radit, kamu ambil tas dulu. Nanti kak Radit tunggu di depan kelas ya!" sambung seru Rani yang berkata pada kakaknya.
"Iya tuan putri!" seru Raditya yang berlagak seperti pelayan untuk menggoda adiknya.
"Kak Radit ini!" gerutu Rani yang kemudian melangkahkan kaki beriringan dengan Dito, mereka berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah dan mendahului Raditya.
Tak berapa lama mereka telah sampai di depan kelas, dan berhenti sampai melihat ada peluang untuk masuk ke kelas.
"Dito! Kamu naik mobil sendiri apa diantar?" tanya Rani pada sekarena sekolah tempat Rani dan Dito merupakan sekolah elit yang mayoritas punya mobil.
"Eh iya, sepeda pribadi." jawab Dito dengan menyunggingkan senyum kecut.
"Sepeda pribadi?" gumam Rani.
"Sudahlah, ayo kita ambil tas sekarang!" ajak Dito yang melihat keadaan sudah sepi.
"Iya, ayo!" balas Rani dan keduanya mengambil tas masing-masing , setelah itu mereka melangkahkan kaki keluar kelas dan menghampiri Raditya.
"Kak Radit!" panggil Rani.
"Eh, sudah dapat tasnya?" tanya Raditya yang menoleh ke sumber suara.
"Sudah, ayo kita pulang!" ajak Rani.
"Iya, ayo!" jawab Raditya.
"Kamu juga Dito!" lanjut ajak Raditya pada Dito, Dito menganggukkan kepalanya dan mereka bertiga melangkahkan kaki menuju ke tempat parkir.
Sesampainya di tempat parkir, mereka berhenti sejenak untuk sekedar mengucapkan perpisahan.
"Kita pisah disini ya! Besok ketemu lagi!" seru kata Dito sambil melambaikan tangannya.
"Iya, hati-hati ya!" balas Rani dan mereka saling balas lambaian tangan, dan kemudian Dito melangkahkan kaki meninggalkan kakak beradik itu.
Begitu juga dengan Rani dan Raditya yang melangkahkan kakinya menuju ke tempat dimana sepeda motor Raditya terparkir.
Setelah menemukan sepeda motor Raditya, mereka mengambil helm masing-masing dan memakainya. Raditya naik dan menyalakan sepeda motor sport itu dan Rani naik di belakangnya.
Raditya tidak segera melaju, dan hal itu membuat Rani penasaran.
"Kenapa tidak segera melaju, Kak? nungguin siapa sih?" tanya Rani sambil celingukan melihat ke sekelilingnya.
"Nungguin sahabat kamu." jawab Raditya yang dalam posisi santai.
"Sahabat aku?" gumam Rani yang penasaran.
"Iya, tadi kan penasaran dengan sepeda pribadi sayabat kamu itu!" kata Raditya yang menjawab gumaman Rani.
"Eh, benar juga. Kenapa belum juga lewat ya, si Dito-Dito itu!" seru Rani yang celingukan menebarkan pandangannya ke setiap tempat parkir itu.
Tiba-tiba muncul sesosok laki-laki dengan mengendarai sepeda kayuhnya diantara mobil mewah yang sedang terparkir.
"Kak lihat...!" seru Rani sambil menujuk ke arah laki-laki yang mengendarai sepeda kayuh itu.
"Dito....!" seru mereka bersamaan.
Ingin tertawa, tapi ada perasaan iba di hati mereka.
"Jadi itu sepeda pribadinya?" gumam Rani yang terus melihat ke arah Dito.
"Iya, itu memang sepeda pribadinya. Dia hebat pakai sepeda kayuh diantara mobil dan sepeda motor mewah yang ada di kampus ini." jawab Raditya yang terus memandang ke arah Dito sampai hilang dari pandangan mata mereka.
"Kak, apa dirumah ada sepeda kayuh? aku juga ingin bersepeda kayuh. Lumayan kan biar otot-ototku tidak kaku. He..he...!" pinta Rani yang tiba-tiba seraya mengulas senyumnya.
"Kakak tidak punya sepeda, adanya motor Gedhe milik ayah sama skateboard. Lagi pula itu tidak mendukung penampilanmu yang lagi menyamar jadi cupu." jelas Raditya yang mengingatkan.
"Betul juga, motor gedhe dan skateboard identik untuk cowok" batin Rani.
"Ah, kak Radit kan bisa belikan buat Rani? Sepeda kayuh kan cocok untuk penyamaran Rani!" seru Rani dan Raditya menganggukkan kepalanya.
"Iya-iya!" balas Raditya sembari mengulas senyumnya.
Setelah Dito hilang dari pandangan mereka, Radit pun segera menyalakan sepeda motor sportnya, dan mereka pun melaju menuju pintu pagar keluar Sekolah.
Rani menyempatkan membuka tasnya, dia ingat kalau dia tadi pagi mengambil dompet milik pengawal Dio.
"Apa yang kamu kerjakan, Ran?" tanya Radit yang merasakan Rani seperti sedang sibuk sendiri.
"Cari informasi" kata Rani singkat sambil membuka tasnya.
"Mana sih! dompet pengawal Dio tadi!" gumam Rani yang serius mencari benda yang dia inginkan saat ini.
"Ini dia!" seru Rani yang menemukan sebuah dompet di dalam tasnya yang berada di depan, ditengah-tengah antara Raditya dan juga dirinya, dompet itu diambil dari pengawal Dio tadi pagi.
"Oh..Ngomong-ngomong kamu apakan Dio tadi, Ran?" tanya Raditya yang masih diposisinya menatap ke depan.
"Oh..hanya bikin dia tak bersuara beberapa jam saja kak!" jawab Rani yang kemudian membuka dompet dan memeriksa isinya.
"Kak! kayaknya Dio lah orang yang kita cari" kata Rani setelah membaca kartu identitas pengawal Dio.
"Maksud kamu?" kata Radit yang penasaran dan segera menepikan sepeda motornya. Tak lama kemudia dia menghentikan laju kendaraannya.
"Ini kartu anggota pengawal Dio tadi, ada gambar Kobra warna merah. Laki-laki ini ditugaskan mengawal Dio, dan dia memanggil Dio dengan Tuan muda. Bisa jadi Dio itu anak Baskoro!" jelas Rani yang memperhatikan kartu identitas yang ada ditangannya.
"Coba lihat!" seru Radit yang penasaran mengambil kartu identitas itu.
"Kamu dapat dari mana?"tanya Raditya yang penasaran.
"Dari pengawalnya Dio." jawab Rani sembari mengulas senyumnya.
"Pengawal Dio?" gumam Raditya sembari membaca dan memeriksanya kartu identitas itu.
"Dasar pencopet kecil.....!" seru Raditya yang menoleh ke kebelakang dan menatap Rani.
"He...he.....he ..!" Rani tersenyum.
"Kak Radit ada ide, untuk rencana kita selanjutnya?" tanya Rani kemudian.
"Belum, kalau kamu?" jawab Radit dan balik tanya kepada Rani.
"Belum sih, tapi tetap cari informasi terlebih dulu!" jawab Rani.
"Krucuk...krucuk....krucuk...!"
Tiba-tiba ada suara di perut Rani, yang meminta untuk segera diisi.
"Aku nggak bisa mikir kalo perutku minta diisi..he..he.." jawab Rani sambil tertawa kecil.
"Okey, kita makan dulu ya." kata Raditya yang mengembalikan kartu identitas itu pada Rani.
"Setuju...!" seru Rani yang menerima sekaligus memasukkan kembali dompet itu ke dalam tasnya.
Kemudian Raditya melajukan mobilnya dan berhenti di sebuah restoran kecil depan sebuah toko perhiasan emas.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Gadis Tiga Karakter ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana Wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
.