NovelToon NovelToon
Pendekar Dewa Abadi

Pendekar Dewa Abadi

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Fantasi Timur
Popularitas:27.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: adicipto

Ho Chen ditakdirkan memiliki kekuatan di atas alam Dewa, dia berguru kepada Feng Ying yang menjadi legenda di masa lalu.

Namun untuk mencapai kekuatan tersebut tidaklah mudah.

Dengan berlatih di bawah bimbingan Feng Ying, Ho Chen telah berhasil menjadi pendekar hebat di usia yang masih muda.

Pada saat itulah gurunya memberi ujian untuk pergi berpetualang, petualangan yang akan memulai semuanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ho Chen

Di sebuah desa kecil, ada seorang pria paruh baya sedang membelah kayu dengan kapak di tangannya, pria itu mengayunkan kapak itu sekuat tenaga.

“Kraakkkk.....!" suara kayu terbelah karena hantaman kapak.

“Hufff..! Panas sekali!" seru pria itu sambil menyeka keringat di dahinya, dia melihat seorang anak laki-laki kecil yang sedang bermain dengan riangnya.

“Chen'er kemarilah!" pria itu memanggil anak tersebut dengan tersenyum lembut.

Anak kecil itu bernama Ho Chen. dia baru berumur 7 tahun. Sedang pria itu adalah ayahnya bernama Ho Jun.

“Baik Ayah,"  Ho Chen berlari ke arah sang ayah dengan riang.

“Chen'er, berikan air ini kepada ayahmu!" seorang wanita cantik keluar dari pintu, wanita itu bernama Wei Shuan, Ibu Ho Chen.

“Emm, baik Ibu." Ho chen memberikan air untuk ayahnya, setelah itu dia berdiri memandang sang Ayah yang terlihat letih dan berkeringat.

“Kenapa nak? Apa ada yang salah dari Ayah?" Ho Jun memandangi tubuhnya sendiri karena ditatap oleh sang anak seperti ada yang aneh padai tubuhnya.

“Tidak ada!" Ho Chen menggelengkan kepala, kemudian duduk di samping sang Ayah.

“Apa Ayah capek? Apa perlu saya membantu ayah mengumpulkan kayu yang sudah dibelah?" Ho Chen bertanya sambil melihat pecahan kayu di depannya.

“Anak baik, tapi tidak usah! Ayah masih kuat kok," Ho Jun mengusap kepala anaknya disertai senyuman yang lembut.

“Ayah masih harus mengumpulkan pecahan kayu dulu. Ini sudah sore, lebih baik kamu pergi mandi!" Ho Jun beranjak bangun dan berjalan menuju pecahan kayu.

Setelah malam tiba mereka semua berkumpul untuk makan malam. Hubungan satu keluarga itu terlihat sangat bahagia, hidup damai walau hidup sederhana. Kasih sayang antar satu keluarga membuat suasana harmonis yang jarang dimiliki keluarga lain.

Selesai makan malam, mereka duduk di ruangan depan, sambil berbincang-bincang.

“Ayah, besok Ayah mau mancing di sungai? Apa saya boleh ikut?" Tanya Ho Chen penuh harap.

“Boleh," Jawab Ho Jun lembut.

“Horeeee! Terima kasih Ayah," Ho Chen melompat kegirangan.

“Chen'er, apa yang ingin kamu harapkan saat kamu sudah besar nanti  nak?" Wei Shuan bertanya sambil mendekap anaknya.

Ho Chen merasa hangat di dalam dekapan ibunya, rasa damai yang menembus hatinya.

“Kalau saya sudah besar nanti, saya ingin jadi kuat, supaya saya bisa membantu Ayah," Ho Chen menyampaikan tekadnya dengan semangat.

"Hahaha! Tekad yang bagus nak. Tapi kamu tidak berharap untuk menjadi tukang pembelah kayu bukan?" tanya Ho Jun.

"Ah sayang, apa yang kamu bicarakan?" tanya Wei Shuan sambil melirik suaminya.

“Takdir seseorang tidak ada yang tau. Chen'er, intinya kalau kamu sudah kuat nanti, ingat jangan sombong! Lindungilah orang orang yang kamu sayangi!" Ho Jun menasehati anaknya, agar anaknya tidak salah jalan.

"Em, saya mengerti Ayah!" jawab Ho Chen disertai anggukan.

“Bagus anak Ibu memang pintar," puji Wei Shuan sambil mengelus rambut Ho Chen dengan lembut.

Ho Chen melirik keluar, samar-samar dia melihat cahaya merah redup, kadang menyala kadang menghilang. "Apa itu tadi?" gumam batin Ho Chen. “Ah sudahlah mungkin cuma perasaanku saja," Ho Chen memalingkan wajahnya.

“Sudah-sudah! Chen'er sudah waktunya tidur, biar besok bangun pagi-pagi dan pergi bersama ayahmu!" Wei Shuan mengantarkan Ho Chen ke tempat tidurnya.

“Selamat malam Ibu!"

“Selamat malam nak, tidurlah yang nyenyak! Saat kamu bangun nanti, jangan pernah ada kesedihan di wajahmu!" Wei Shuan mencium kening anaknya. Dia bangun dan berjalan keluar, lalu dia menoleh lagi ke Ho Chen dengan tersenyum lembut dan melangkah keluar.

“Apa maksud Ibu? Apa aku terlihat sedih?" Ho Chen tidak mengerti maksud ibunya, namun secara sayup-sayup matanya tertutup dan tertidur dengan lelap.

***

Di tempat yang tidak terlalu jauh dari desa Air Bukit tempat Ho Chen berada, terlihat sekitar 50 orang. Mereka dari tadi mengamati desa itu dari waktu ke waktu.

“Bagaimana situasinya?" tanya seorang pria yang terlihat sedikit muda sekitar berumur 27 tahunan.

“Tidak salah tuan, desa itu tidak memiliki pendekar sama sekali," salah seorang menjelaskan dengan memberi hormat.

“Bagus, perbekalan kita hampir habis, kita akan menjarah habis desa kecil itu, dan usahakan habisi semua penduduknya! Segera beritahu yang lain dan berikan tanda untuk segera menyerang!" pria itu memberi perintah agar anggotanya bergerak untuk merampok desa Air Bukit tersebut.

“Baik tuan,“ orang yang sedang menunduk segera memberi tanda.

Dia menyalakan api lalu menggoyang-goyangkan api itu, pertanda segara untuk menyerang. Seketika itu juga mereka semua keluar menyerang desa tersebut, mereka berjumlah hampir 100 orang.

*****

Di desa Air Bukit.

“Eh, kenapa perasaanku tidak enak ya?” tanya orang itu pada teman-temannya. Mereka ada sekitar 7 orang yang sedang berkumpul.

“Ah perasaanmu saja mungkin," kata orang di sebelahnya. Mereka melanjutkan kembali acara mereka, ada yang main catur, ada yang hanya bercerita.

“Sreeeet..!" 

"Blukk..!" 

Tiba-tiba kepala salah satu pemain terjatuh di atas papan catur. “Apa-apaan?" temannya terperanjat kaget. Dia melihat kepala temannya yang jatuh.

Sontak semuanya terkejut dan tiba-tiba muncul orang orang yang tidak dikenal membawa pedang. Mereka semua memakai baju merah, dan wajah mereka memakai topeng yang sangat seram.

“Kita diseranng...!" mereka langsung panik dan berusaha lari, ada yang berteriak minta tolong. Namun semua sia-sia, mereka semua dibunuh dengan kejam.

1
Alga Kabur
Luar biasa
Zainal Tyre
mcnya cuman pleseran
Zainal Tyre
pendekar dewa pingsan
Zainal Tyre
sampah di atas sampah
Zainal Tyre
ketinggian gelarx tp ilmu cetek
spooky836
macan kuat sampai takut jati diri di ketahui.
spooky836
pendekar dewa boleh jadi macam ni memalukn.
spooky836
tak serupa lidah pun.
Andrea Jasmine
Kecewa
Andrea Jasmine
Buruk
Markinyo
cmn 1, oon
Markinyo
mlh kyk org bodoh
Markinyo
dlm cerita ini, para pendekar tidak mau menyinggung anak jendral negara lain..

lha d cerita sebelumnya, para penjahat berani menyinggung anak seorang ketua sekte besar..

cerita ko g singkron thor..?
Markinyo
terlalu banyak omong seperti biasanya..

saat kpl desa ngomong, warganya sdh byk yg mati...


mikir dunk thor
Markinyo
kl marah, kenapa dulu d biarkan hidup?

oon
Markinyo
bullshit nyatanya perampok yg sudah sering mrmbunuh & merampok di biarkan hidup..


omong doank sprt authornya
Markinyo
kl sudah begini menyesal..


jgn bikin cerita yg naif thor..
sdh brp x perampok msh sama & d biarkn hidup..
pdhl gadis antipati kl rncn mau d prkosa..
nyatanya ini d biarkn hidup, & menyerang lg
Markinyo
lagi2 naif..
seandainya mereka lbh kuat, apakah msh bisa hidup, msh suci..

ayo thor jgn bikin cerita naif begini, jd g enak d bacany
Markinyo
kenapa mlh d hentikan penghentian wsktunya? langsung aja bunuh jendral iblis..

dasar oon..
g th sp yg oon..
Markinyo
apa? pendekar sesakti ho chen tidak tahu kedatangan iblis..?
gurunya yg skg kekuatannya d bawah ho chen aja tahu kl ada iblis..

ini yg kekuatannya lebih malah ga tahu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!