NovelToon NovelToon
Pendekar Dewa Abadi

Pendekar Dewa Abadi

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Fantasi Timur
Popularitas:27M
Nilai: 4.9
Nama Author: adicipto

Ho Chen ditakdirkan memiliki kekuatan di atas alam Dewa, dia berguru kepada Feng Ying yang menjadi legenda di masa lalu.

Namun untuk mencapai kekuatan tersebut tidaklah mudah.

Dengan berlatih di bawah bimbingan Feng Ying, Ho Chen telah berhasil menjadi pendekar hebat di usia yang masih muda.

Pada saat itulah gurunya memberi ujian untuk pergi berpetualang, petualangan yang akan memulai semuanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ho Chen

Di sebuah desa kecil, ada seorang pria paruh baya sedang membelah kayu dengan kapak di tangannya, pria itu mengayunkan kapak itu sekuat tenaga.

“Kraakkkk.....!" suara kayu terbelah karena hantaman kapak.

“Hufff..! Panas sekali!" seru pria itu sambil menyeka keringat di dahinya, dia melihat seorang anak laki-laki kecil yang sedang bermain dengan riangnya.

“Chen'er kemarilah!" pria itu memanggil anak tersebut dengan tersenyum lembut.

Anak kecil itu bernama Ho Chen. dia baru berumur 7 tahun. Sedang pria itu adalah ayahnya bernama Ho Jun.

“Baik Ayah,"  Ho Chen berlari ke arah sang ayah dengan riang.

“Chen'er, berikan air ini kepada ayahmu!" seorang wanita cantik keluar dari pintu, wanita itu bernama Wei Shuan, Ibu Ho Chen.

“Emm, baik Ibu." Ho chen memberikan air untuk ayahnya, setelah itu dia berdiri memandang sang Ayah yang terlihat letih dan berkeringat.

“Kenapa nak? Apa ada yang salah dari Ayah?" Ho Jun memandangi tubuhnya sendiri karena ditatap oleh sang anak seperti ada yang aneh padai tubuhnya.

“Tidak ada!" Ho Chen menggelengkan kepala, kemudian duduk di samping sang Ayah.

“Apa Ayah capek? Apa perlu saya membantu ayah mengumpulkan kayu yang sudah dibelah?" Ho Chen bertanya sambil melihat pecahan kayu di depannya.

“Anak baik, tapi tidak usah! Ayah masih kuat kok," Ho Jun mengusap kepala anaknya disertai senyuman yang lembut.

“Ayah masih harus mengumpulkan pecahan kayu dulu. Ini sudah sore, lebih baik kamu pergi mandi!" Ho Jun beranjak bangun dan berjalan menuju pecahan kayu.

Setelah malam tiba mereka semua berkumpul untuk makan malam. Hubungan satu keluarga itu terlihat sangat bahagia, hidup damai walau hidup sederhana. Kasih sayang antar satu keluarga membuat suasana harmonis yang jarang dimiliki keluarga lain.

Selesai makan malam, mereka duduk di ruangan depan, sambil berbincang-bincang.

“Ayah, besok Ayah mau mancing di sungai? Apa saya boleh ikut?" Tanya Ho Chen penuh harap.

“Boleh," Jawab Ho Jun lembut.

“Horeeee! Terima kasih Ayah," Ho Chen melompat kegirangan.

“Chen'er, apa yang ingin kamu harapkan saat kamu sudah besar nanti  nak?" Wei Shuan bertanya sambil mendekap anaknya.

Ho Chen merasa hangat di dalam dekapan ibunya, rasa damai yang menembus hatinya.

“Kalau saya sudah besar nanti, saya ingin jadi kuat, supaya saya bisa membantu Ayah," Ho Chen menyampaikan tekadnya dengan semangat.

"Hahaha! Tekad yang bagus nak. Tapi kamu tidak berharap untuk menjadi tukang pembelah kayu bukan?" tanya Ho Jun.

"Ah sayang, apa yang kamu bicarakan?" tanya Wei Shuan sambil melirik suaminya.

“Takdir seseorang tidak ada yang tau. Chen'er, intinya kalau kamu sudah kuat nanti, ingat jangan sombong! Lindungilah orang orang yang kamu sayangi!" Ho Jun menasehati anaknya, agar anaknya tidak salah jalan.

"Em, saya mengerti Ayah!" jawab Ho Chen disertai anggukan.

“Bagus anak Ibu memang pintar," puji Wei Shuan sambil mengelus rambut Ho Chen dengan lembut.

Ho Chen melirik keluar, samar-samar dia melihat cahaya merah redup, kadang menyala kadang menghilang. "Apa itu tadi?" gumam batin Ho Chen. “Ah sudahlah mungkin cuma perasaanku saja," Ho Chen memalingkan wajahnya.

“Sudah-sudah! Chen'er sudah waktunya tidur, biar besok bangun pagi-pagi dan pergi bersama ayahmu!" Wei Shuan mengantarkan Ho Chen ke tempat tidurnya.

“Selamat malam Ibu!"

“Selamat malam nak, tidurlah yang nyenyak! Saat kamu bangun nanti, jangan pernah ada kesedihan di wajahmu!" Wei Shuan mencium kening anaknya. Dia bangun dan berjalan keluar, lalu dia menoleh lagi ke Ho Chen dengan tersenyum lembut dan melangkah keluar.

“Apa maksud Ibu? Apa aku terlihat sedih?" Ho Chen tidak mengerti maksud ibunya, namun secara sayup-sayup matanya tertutup dan tertidur dengan lelap.

***

Di tempat yang tidak terlalu jauh dari desa Air Bukit tempat Ho Chen berada, terlihat sekitar 50 orang. Mereka dari tadi mengamati desa itu dari waktu ke waktu.

“Bagaimana situasinya?" tanya seorang pria yang terlihat sedikit muda sekitar berumur 27 tahunan.

“Tidak salah tuan, desa itu tidak memiliki pendekar sama sekali," salah seorang menjelaskan dengan memberi hormat.

“Bagus, perbekalan kita hampir habis, kita akan menjarah habis desa kecil itu, dan usahakan habisi semua penduduknya! Segera beritahu yang lain dan berikan tanda untuk segera menyerang!" pria itu memberi perintah agar anggotanya bergerak untuk merampok desa Air Bukit tersebut.

“Baik tuan,“ orang yang sedang menunduk segera memberi tanda.

Dia menyalakan api lalu menggoyang-goyangkan api itu, pertanda segara untuk menyerang. Seketika itu juga mereka semua keluar menyerang desa tersebut, mereka berjumlah hampir 100 orang.

*****

Di desa Air Bukit.

“Eh, kenapa perasaanku tidak enak ya?” tanya orang itu pada teman-temannya. Mereka ada sekitar 7 orang yang sedang berkumpul.

“Ah perasaanmu saja mungkin," kata orang di sebelahnya. Mereka melanjutkan kembali acara mereka, ada yang main catur, ada yang hanya bercerita.

“Sreeeet..!" 

"Blukk..!" 

Tiba-tiba kepala salah satu pemain terjatuh di atas papan catur. “Apa-apaan?" temannya terperanjat kaget. Dia melihat kepala temannya yang jatuh.

Sontak semuanya terkejut dan tiba-tiba muncul orang orang yang tidak dikenal membawa pedang. Mereka semua memakai baju merah, dan wajah mereka memakai topeng yang sangat seram.

“Kita diseranng...!" mereka langsung panik dan berusaha lari, ada yang berteriak minta tolong. Namun semua sia-sia, mereka semua dibunuh dengan kejam.

1
Amir Hamzah
ceritanya terlalu pendek,,bnyak kata kata mutiaranya yg gak perlu
Hendri Yansah
Lumayan
Hendri Yansah
Kecewa
Amir Hamzah
Luar biasa
Roni Sakroni
terima kasih thour
Roni Sakroni
goblok lu
Roni Sakroni
pilih semuanya sajalah...
Feri Hermanto
ceritanya bagus
Roni Sakroni
punya milyaraykoin emas ngasih sumbangan cuma dua ribuan...
Roni Sakroni
ha....ha....ha... kena DECH luu......asmara....hayo jujur sajalah....
mirna
Luar biasa
Roni Sakroni
pendekar merendahkan wanita. tahu kakeknya orang sakti takut setengah mati. maka jadi orang jgn arogan
Roni Sakroni
lanjutkan
Roni Sakroni
memutuskan hubungan perasaan dgn orang terdekat...? jadi nda asyik ceritanya
Roni Sakroni
ternyata kang Jian punya watak yg jahat dan tidak bertanggung jawab pada wanita yg sudah ditidurinya sehingga menimbulkan dendam.
Roni Sakroni
bunuh saja jgn bikin musuh masa depan .......
Roni Sakroni
si ruy yg sombong kena batunya .....
Roni Sakroni
benar benar tidak berguna jagoannya nih
Roni Sakroni
jagoannya asyik bersembunyi....
Roni Sakroni
jagoannya masih bersembunyi ketakutan....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!