NovelToon NovelToon
REINKARNASI MAFIA

REINKARNASI MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Preman / Fantasi / Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ridwan jujun

menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

godaan felix

.

"Tadi, Ayah ku memanggil nama anda. Tentu saja saya ingat,"

Arion mengalihkan lirikannya ke depan, Liana menghela nafas lega ia kira Arion akan curiga.

"Jika anda membawa Putri saya, apa yang akan anda lakukan padanya?!" tanya Kevin.

"Ntahlah, karena kita juga belum mencobanya," senyum Elvano memainkan rambut Liana.

Liana sedikit bergeser karena sikap Elvano membuatnya tidak nyaman, kenapa dia jadi genit begini? Pikir Liana.

"Tuan, apakah tidak ada cara lain selain 2 pilihan ini?"

"Masih untung kau saya beri pilihan! Apa kau tahu?! Orang lain jika tidak langsung membayar tanpa ada syarat, sayasudah membunvhnya detik itu juga! Seharusnya kau beruntung karena saya beri kau pilihan bagaimana cara melunasi hutang tanpa bekerja keras!" angkuh Arion.

Kevin menunduk dan menduduki kedua kalinya, tidak tahu harus bagaimana, ia merasa bersalah pada Liana. Ia tidak tahu ternyata serumit ini untuk melunasi hutang-hutangnya.

Liana menghampiri Kevin dan mengusap bahu Ayahnya.

"Ayah, tolong izinkan Liana yang berkorban kali ini," bisik Liana.

"Tapi ...."

"Liana akan baik-baik saja, percaya pada Liana! Jika Ayah sayang Liana, Ayah pasti percaya pada Liana!" memegang kedua tangan Kevin.

"Liana, kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti," Kevin menangis.

Liana memeluk Kevin, "Asalkan Ayah percaya pada Liana, Liana akan berusaha semampu Liana dan demi Ayah juga,"

Kevin juga membalas pelukan Liana, ia merasa tidak terima dengan ini semua tapi mau bagaimana lagi ini adalah akibatnya jadi harus ditanggung.

"Jadi bagaimana?"

Liana melepas pelukan kemudian berdiri, Liana berbalik menghadap Arion.

"Saya terima! Bawa saja sebagai jaminan, asal jangan mengganggu Ayah saya!"

"Pilihan yang tepat!" bukan Arion yang berbicara, melainkan Carlos.

Kevin memegang tangan Liana, gadis itu menunduk melihat Kevin menggelengkan kepalanya dan masih belum merelakan Putrinya.

"Maaf, maafin Ayah! Kau jadi terlibat karena Ayah!"

Liana berjongkok dan mengusap bahu Kevin, "Tidak, Liana yang sangat beruntung memiliki Ayah seperti Ayah ini," bisik Liana sambil tersenyum.

"Baiklah, kesepakatan sudah di buat. Sekarang, kau ikut aku!" Arion menarik tangan Liana.

"Ta–tapi–"

"Ingat! Jika kau tidak menepati syarat ku, pikirkan nasib Ayah mu!" ancam Arion.

"LIANA!!"

"Ayah!"

-

-

Ia tahu ini akan terjadi, setidaknya ini hampir sama dengan kehidupan sebelumnya. Kali ini ia harus melakukan apa, apa Arion akan mengurungnya seperti waktu itu? Seharusnya tidak karena dirinya tidak memberontak dan tidak kaget lagi.

Liana dan 8 Mafia sampai di Villa sewaan mereka sesuai dugaannya. Liana tidak begitu ingat kejadian sebelumnya, namun setiap ia melakukan hal ini-itu ia mengalami 𝘋𝘦𝘫𝘢 𝘷𝘶, mungkin itu salah satu kegiatan yang ia lakukan pada kehidupan pertamanya.

"Kau tidak memberontak?" tanya Arion memberikan tatapan datar.

"Untuk apa?"

Arion menatap Liana kemudian tersenyum tipis.

"Tidak, itu memudahkan pekerjaan ku,"

Berarti waktu itu dirinya menyusahkan Arion saat ia memberontak? Tapi itu sesuatu yang wajar karena mana ada orang yang terima saat orang itu dibawa paksa oleh orang yang tidak dikenalnya.

"Aku akan memperkenalkan kembali, aku Arion Fernando," datar Arion.

"Aku Kenzo Fernandez,"

"Aku, Lucas Wilbert," senyumnya.

"Edgar Januartha," datarnya.

"Elvano Keanu Winata, panggil saja Elvano atau Vano,"

"Carlos Marquel,"

"Aku Revan Franklin,"

"Felix Alteeza,"

Mereka memperkenalkan nama mereka sesuai ekspresi mereka masing-masing, tidak apa ia hanya memainkan peran sebagai seorang gadis yang baru pertama bertemu dengan mereka. Juga ia tidak perlu memperkenalkan diri lagi, yang tadi juga sudah cukup.

Lalu Felix tiba-tiba menarik tangan Liana membuat Liana terkejut.

"Eh, ada apa? Lepasin!"

"Langkahkan saja kaki mu!" ujar Felix tanpa menoleh kearahnya.

Rupanya Felix membawa Liana ke kamar, kamar yang tidak asing baginya. Apakah ini kamar yang sama seperti saat ia di kurung? Pikir Liana.

"Ini kamar mu untuk sementara, karena ini bukan Villa kami," kata Felix.

Liana jadi penasaran, mengapa mereka harus menyewa Villa padahal mereka memiliki Mansion besar? Apakah karena jarak Mansion mereka jauh dari sini?

"Oh, karena itu kalian menagih hutang Ayah ku untuk membeli rumah?" tanya Liana tanpa ragu.

"Apa yang kau katakan?!" mata memincing.

"Ya~ 'kan siapa tahu. Kalian tinggal di sini sementara karena kalian akan menagih hutang Ayah ku, setelah mendapatkan uang kalian kembali baru beli rumah–"

𝘚𝘦𝘦𝘵𝘵!

Felix langsung menghadap Liana dengan tatapan datar, duh gawat apakah ia salah bicara? Liana memalingkan pandangannya dengan melirik kearah lain.

"Apa aku semiskin itu?!"

Mana mungkin! Kalian lebih kaya dari semua orang di sini!

"A–ah aku tidak bermaksud merendahkan mu, i–itukan cuma tebakan," senyum paksa

"Tebakan mu jauh dari perkiraan!"

“𝘎𝘢𝘸𝘢𝘵, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘢𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘪𝘯𝘪?! 𝘚𝘦𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘥𝘦𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘦𝘩!”

Felix mendekatkan wajahnya pada Liana, Liana membulatkan mata dan memundurkan kepalanya.

"Aku suka ekspresi mu ini, semakin menarik," senyum penuh arti.

Padahal bagi Liana ini ekspresi spontan karena Felix tiba-tiba mendekatkan wajahnya, sangat tampan dan itu membuat Liana berdebar.

Felix memposisikan berdiri tegak, "Tetap lah di sini dahulu, aku akan keluar karena ada urusan lain. Jika kau mencoba kabur, ingat nasib Ayah mu juga dirimu!"

Setelah itu Felix pun pergi dari kamar, Liana mulai geram pada diri sendiri sampai ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Ternyata sesulit ini menghadapi pria seperti dia!" Liana berjalan mondar-mandir.

"Ini masih Felix, belum yang lain. Duuhh! Pantas saja waktu itu aku takut pada mereka," menggigit kuku ibu jarinya.

"Kira-kira setelah ini apa yah? Aku harus mengingat kejadian di kehidupan sebelumnya agar aku bisa mengatasi bagian yang tidak bisa ku atasi!"

Beberapa jam kemudian.

Pintu kamar Liana terbuka nampaklah seorang pria yang ternyata Felix lagi, Liana menoleh ke arah pintu kemudian berdiri dari duduknya yang di ujung kasur.

Terlihat Felix membawa 𝘱𝘢𝘱𝘦𝘳 𝘣𝘢𝘨, Liana mengingat samar-samar bahwa yang ada di dalam tas kertas yang bermerek isinya adalah pakaian lengkap dengan 𝘮𝘢𝘬𝘦-𝘶𝘱.

Felix meletakkan 𝘱𝘢𝘱𝘦𝘳 𝘣𝘢𝘨 di atas meja kaca kemudian menatap Liana.

"Malam ini aku akan mengajak mu ke suatu tempat, jadi pakai ini dan berdandan layaknya wanita!"

Benar saja, dan tempat yang di maksud Felix adalah pelelangan.

"Baiklah,"

"Kau harus sudah siap pada pukul 21:30!"

Liana mengangguk paham.

-

-

Malamnya Arion dan yang lain sudah siap menggunakan pakaian rapih mereka, tampan semua dan berkelas. Oh tentu saja karena mereka memiliki segalanya jadi tidak pernah kekurangan kebutuhan.

"Mana gadis itu?!" kesal Edgar melihat jam tangannya.

"Biar aku lihat," Felix melangkah lebar meninggalkan mereka.

Sesampainya di kamar Liana, Felix membuka pintu dan mendapati seorang gadis duduk di depan cermin sembari membenarkan hiasan anting di telinganya.

Gaun yang terlihat seperti kurang bahan sampai memperhatikan pah4 mulus, belah4n dad4 dan membentuk lekukan tubvh Liana. Tak lupa hiasan wajah dari hasil 𝘮𝘢𝘬𝘦-𝘶𝘱 membuat Liana sangat lah cantik sampai-sampai Felix tidak bisa mengedipkan matanya.

Sebenarnya Liana tidak nyaman dengan dress ini tapi mau bagaimana lagi, ini pakaian yang ia miliki dan tidak ada pilihan lain karena Felix hanya membeli satu dress saja.

Jantung Liana semakin berdetak kencang kala Felix melangkah mendekatinya.

“𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘪𝘯𝘪?! 𝘎𝘢𝘸𝘢𝘵! 𝘎𝘢𝘸𝘢𝘵! 𝘎𝘢𝘸𝘢𝘵! 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨, 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘴𝘪𝘢𝘱!!” teriak Liana dalam hati.

Spontan Liana menutup mata kala tangan Felix menyentuh pinggangnya, dan Felix menghirup aroma ada bagian bahu Liana yang telanj4ng. Felix mencivm aroma yang sangat wangi serta kelembutan kulit milik Liana, rasanya ingin ia terkam.

"A–anu ... a–aku ...."

"Apa?"

Oh tidak, kenapa Liana baru sadar sekarang kalau suara Felix mengg0da? Tatapan sayu Felix semakin membuat pria ini sangat seks1. Tidak, tidak, tidak, ia tidak boleh berpikiran macam-macam, ingat sebelum semuanya berubah ia jangan tergoda dahulu.

"A–apa ... yang ... ka–kau ... la–lakukan?" gugup Liana, mana ia juga bisa mencivm aroma parfum serta minyak rambut Felix yang sangat menggugah selera wanita mana pun.

"Menurut mu?"

𝘊𝘶𝘱.

Felix mengecvp bahu Liana. Liana sudah tidak sanggup menahan detakan jantung, saat ini jantungnya ingin meledak detik ini juga. Wajah Liana memerah padam, lututnya jadi lemas akibat Felix yang mengg0danya tanpa keraguan.

𝘊𝘶𝘱.

Kini giliran leh3rnya yang jadi sasaran kedua.

Liana mendorong Felix karena terpaksa tidak mungkin ia terus menerima semuanya, apalagi keadaan Liana sudah tidak bisa di ungkapkan.

"He–hentikan!"

Felix menatap Liana tanpa ekspresi kemudian tersenyum.

"Baiklah, jika sudah siap kita harus pergi," Felix mengulurkan tangannya.

Liana menatap tangan Felix yang putih, besar serta berurat. Jangankan orangnya, tangannya saja ganteng.

Liana menerima uluran kemudian keduanya keluar dari kamar.

Liana melihat pria-pria lainnya sedang berdiri di tengah ruangan, mereka sudah rapih dan tampan semua. Bod0hnya mengapa dirinya tidak hidup bersama mereka saja? Minusnya mereka 8 orang, jadi masih tidak mungkin bisa hidup selamanya bersama mereka apalagi sampai menikah. Jangan di bayangkan seperti apa, sudah jelas Liana adalah pawang buaya betina.

Tatapan mereka mengarah padanya dan Felix, ya ampun Liana jadi malu apalagi pakaiannya ini selalu saja membuatnya terus-terusan menutupi bagian d4danya.

"Baiklah, kali ini ku maafkan. Sekarang kita pergi!" Arion memalingkan wajahnya kemudian pergi mendahului.

Kenapa Arion begitu? Apa karena malu? Benarkah?

Tapi mungkin iya, karena mereka memalingkan wajah saat Liana menatap mereka dan melirik diam-diam saat Liana tidak melihat ke arah mereka.

-

-

Tempat pelelangan yang sama seperti sebelumnya, Felix terus menuntun Liana sampai masuk ke dalam.

"Selamat malam, para Tuan-tuan," sapa seorang pria buncit pada Felix dan yang lain sembari memegang gelas berisi minuman.

Felix dan yang lain mengangguk menerima sapaan.

"Lama tidak bertemu, apakah kalian datang ingin membeli barang lelangan?"

"Tentu saja, jika tidak kita tidak akan datang ke sini,"

"Hahahaha, iya-iya ...." kemudian pria itu melirik ke arah Liana yang tersenyum tipis, karena sekarang ia paham bagaimana cara bersikap anggun dan menawan.

"Wah, siapa Nona manis ini?"

Felix melirik ke arah Liana, sekarang ia tahu lirikan Felix hari ini. Dulu ia tidak paham dan Felix lah yang mengenalkan dirinya pada mereka.

"Halo Tuan, saya Liana Veronica," senyum Liana.

Felix tersenyum tipis.

"Halo juga Nona Liana, nama yang sangat manis seperti orangnya. Saya tidak pernah melihat anda dan masih terlihat asing. Dan anda terlihat sangat muda di kalangan wanita di sini,"

"Terima kasih, anggap saja saya pendatang baru di tempat ini," kekeh Liana.

"Ya~ selamat bergabung," serunya.

Seluruh tatapan orang-orang di sini membuat Liana merasa tidak nyaman.

“𝘋𝘶𝘩~ 𝘪𝘺𝘢 𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘱𝘢𝘬𝘢𝘪𝘢𝘯 𝘬𝘶 𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯, 𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱 𝘬𝘶 𝘥𝘰𝘯𝘨! 𝘉𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘣𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯!" batin Liana walaupun dirinya masih tersenyum.

Lebih tepatnya mereka melihat Liana datang karena bersama 8 pria tentu saja mendapatkan perhatian dari orang-orang disekitarnya.

•••

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!