NovelToon NovelToon
KAIL AMARASANA

KAIL AMARASANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:492
Nilai: 5
Nama Author: Yusup Nurhamid

Di negeri Amarasana, tempat keajaiban kuno disembunyikan di balik kehidupan sederhana, Ghoki (17), seorang anak pemancing yatim piatu dari Lembah Seruni, hanya memiliki satu tujuan: mencari ikan untuk menghidupi neneknya.
Kehidupan Ghoki yang tenang dan miskin tiba-tiba berubah total ketika Langit Tinggi merobek dirinya. Sebuah benda asing jatuh tepat di hadapannya: Aether-Kail, sebuah kail pancing yang terbuat dari cahaya bintang, memancarkan energi petir biru, dan ditenun dengan senar perak yang disebut Benang Takdir.
Ghoki segera mengetahui bahwa Aether-Kail bukanlah alat memancing biasa. Ia adalah salah satu dari Tujuh Alat Surgawi milik para Deva, dan kekuatannya mampu menarik Esensi murni dari segala sesuatu—mulai dari ikan yang bersembunyi di sungai, kayu bakar ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panggilan Sang Nenek dan Ujian Pertama

​Ghoki berjalan cepat di sepanjang tepi Limana, cengkeramannya pada Aether-Kail terasa begitu nyata. Pancing ayahnya yang biasa ia selipkan di ikat pinggangnya, kini terasa ringan dan hambar. Ia menyembunyikan Aether-Kail di balik jubahnya yang lusuh. Ia harus merahasiakan ini—setidaknya dari mata-mata desa. Di Amarasana, keajaiban adalah pedang bermata dua; ia bisa memberimu kekuasaan atau menyeretmu ke tiang hukuman.

​Pikirannya dipenuhi oleh bisikan yang ia dengar: "Engkau telah menerima takdir. Takdir yang ditenun oleh benang-benang langit.” Ia mencoba mengayunkan kail itu, tetapi takut. Kail itu memancarkan aura yang begitu kuat hingga rumput di sekitarnya tampak sedikit bersinar.

​Ketika Ghoki tiba di gubuk kecilnya yang terbuat dari lumpur dan atap jerami, Nenek Mina sedang menunggunya di ambang pintu. Nenek Mina adalah wanita tua yang keras kepala, dengan mata yang tajam meskipun usia telah mengaburkan penglihatannya. Ia melihat Ghoki, dan matanya yang keriput melebar.

​"Ghoki," suaranya serak dan kuat, "Kamu terlambat. Dan... apa itu?"

​Ghoki berusaha terlihat tenang. "Ini hanya hari yang buruk, Nek. Ikannya tak mau muncul. Dan... ini pancing tua yang kutemukan di semak-semak. Mungkin sisa milik Ayah."

​Nenek Mina tidak bergeming. Ia melangkah maju, tangannya yang kurus meraih ke arah jubah Ghoki. Insting Ghoki berteriak, dan ia mundur selangkah. Itu adalah pertama kalinya ia bersikap defensif terhadap Neneknya.

​"Jangan berbohong padaku, Ghoki Limana," desis Nenek Mina. Nama belakangnya disebut dengan penekanan yang dingin. "Mataku mungkin lemah, tapi aku merasakan keajaiban di udara. Keajaiban yang datang dari Langit Tinggi, bukan dari lumpur Limana."

​Ghoki terdiam, terkejut. Bagaimana Neneknya tahu?

​Nenek Mina menariknya ke dalam gubuk dan menutup pintu kayu yang rapuh. "Aku tahu asalmu, Ghoki. Ayahmu... dia adalah seorang Penjaga Limana. Keluarga kita ditugaskan untuk menjaga keseimbangan antara arus sungai dan arus langit. Ketika dia pergi, dia pergi mencari sesuatu yang sudah lama hilang... dan kelihatannya sesuatu itu yang kini menemukanmu."

​Ghoki merasa dunia yang selama ini ia pahami sebagai gubuk, sungai, dan memancing, hancur berkeping-keping. "Penjaga Limana? Apa maksud Nenek?"

​Nenek Mina menghela napas panjang. "Keluarga kita adalah keturunan terakhir yang bisa merasakan Arus Bintang, energi halus yang menghubungkan Amarasana ke alam kosmik. Ayahmu percaya ada alat kuno yang dapat menyalurkan arus itu. Alat yang sekarang ada di tanganmu."

​Ghoki mengeluarkan Aether-Kail. Dalam keheningan gubuk, kail itu tampak lebih megah, lebih berbahaya. Cahaya bintang biru berdenyut lembut.

​"Ini disebut Aether-Kail," kata Nenek Mina, suaranya dipenuhi rasa hormat sekaligus ketakutan. "Sebuah alat memancing yang dibuat oleh para Deva di zaman kuno. Ia tidak menangkap ikan, Ghoki. Ia menangkap Esensi."

​"Esensi?"

​"Ya. Kekuatan, bakat, ingatan, bahkan takdir. Selama ribuan tahun, kail ini telah menarik benang takdir dari berbagai dimensi. Dan kini, ia memilihmu." Nenek Mina menatapnya serius. "Tapi, kekuatan besar selalu menarik perhatian gelap."

​Seolah-olah untuk menguji kata-kata Neneknya, sebuah jeritan tajam membelah keheningan Lembah Seruni. Itu adalah teriakan ketakutan.

​Ghoki dan Nenek Mina bergegas keluar. Di ujung lembah, sebuah bayangan hitam besar sedang melayang di atas ladang gandum. Bayangan itu berbentuk seperti burung hantu raksasa, tetapi terbuat dari asap pekat dan mata merah menyala. Itu adalah Skreecher, makhluk malam yang sering memburu Esensi kegembiraan dari ternak dan tanaman. Biasanya mereka hanya muncul di tengah malam, tetapi Aether-Kail yang baru diaktifkan tampaknya telah memanggilnya lebih cepat.

​Skreecher itu sedang menarik Esensi dari ladang milik Pak Tua Kael. Tanaman gandum berubah menjadi abu-abu dan mati seketika.

​"Dia datang untuk kekuatan kailmu, Ghoki! Kekuatanmu menariknya!" teriak Nenek Mina. "Kamu harus mengusirnya, tunjukkan pada Aether-Kail bahwa kamu layak!"

​Ghoki gemetar, tetapi amarah melihat kerusakan itu lebih kuat dari ketakutannya. Ia meremas gagang Aether-Kail. Pancing ini menangkap Esensi.

​Ghoki berlari menuju Skreecher. Saat ia semakin dekat, ia mengayunkan Aether-Kail di udara dengan canggung, seperti yang biasa ia lakukan dengan pancing lamanya.

​Benang Takdir perak melesat keluar, memanjang dengan kecepatan tak terbayangkan. Ghoki tidak mengarahkan benang itu, tetapi benang itu tahu ke mana harus pergi.

​Ting!

​Benang itu menghantam Skreecher, bukan ke tubuhnya yang berasap, melainkan ke jantung cahayanya yang berwarna merah. Detik itu juga, Skreecher berteriak kesakitan. Ghoki menarik kailnya sekuat tenaga. Rasanya seperti menarik batu karang.

​"Tarik Esensinya! Tarik sumber kekuatannya!" seru Nenek Mina dari jauh.

​Ghoki memejamkan mata, memfokuskan semua energinya pada tarikan itu. Ia tidak lagi menarik benang, tetapi menarik Arus Bintang itu sendiri. Tiba-tiba, ia merasakan tarikan yang jauh lebih ringan, dan sebuah bola kecil cahaya hitam, seukuran apel, melayang dari Skreecher dan mendarat di ujung Aether-Kail.

​Skreecher itu mengeluarkan raungan terakhir yang lemah, dan tubuh berasapnya hancur menjadi debu. Ladang gandum yang layu perlahan mulai mendapatkan kembali warna hijaunya.

​Ghoki terengah-engah. Ia menatap bola cahaya hitam yang bergetar di ujung kail. Itu adalah Esensi Malam yang telah dicuri Skreecher. Nenek Mina berlari menghampirinya, wajahnya pucat.

​"Kamu berhasil, Ghoki! Ujian pertamamu..." Nenek Mina menyentuh bahunya. "Tapi ingat, setiap tarikan memiliki konsekuensi. Kamu baru saja menarik perhatian yang lebih besar dari monster malam biasa."

​Ghoki menelan ludah, menatap Aether-Kail di tangannya. Kekuatan ini... terlalu besar. Babak baru dalam hidupnya baru saja benar-benar dimulai, dan ia sudah berada di medan perang yang tak pernah ia minta.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!