" Sekali berkhianat maka sampai kapanpun akan terus menjadi pengkhianat".
Begitulah kalimat yang menjadi salah satu sumber ujian dari sebuah hubungan yang sudah terjalin dengan sangat kokoh.
" Orangtua mu telah menghancurkan masa depanku, makan tidak menutup kemungkinan jika kamu akan menghancurkan pula anakku. Sebelum itu terjadi aku akan mengambil anakku dari hubungan tidak jelas kalian berdua".
Cinta yang sudah terbentuk dari sebuah kesederhanaan sampai akhirnya tumbuh dengan kuat dan kokoh, ternyata kalah dengan sebuah " Restu" dan "keegoisan" di masa muda adalah sebuah penyelesalan tiada akhir.
Berharap pada takdir dan semesta adalah sebuah titik paling menyakitkan secara sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
" Tumben pagi banget dek, biasanya jam segini masih catokan dikamar". Rayyan sang kakak yang kini sudah menjadi penerus perusahaan sang Papa, sudah terlihat bersiap ketika keduanya bertemu didepan kamar masing-masing.
" Iya Kak, aku ada persentasi pagi ini dan kebetulan atasan aku baru jadi sedikit deg-degan hehe".
Liora memang memutuskan untuk bekerja diluar perusahaan sang Papa, karena merasa ingin mengembangkan kemampuan diri tanpa harus membawa nama besar orangtua. Terkesan bosan mungkin dengan alasan ini, tetapi setiap anak memiliki hak atas keinginannya dan orangtua hanya bisa mendukung.
" Kak, ikut ya hehe"
Seperti biasa setelah berpisah dari Arga kini Liora benar-benar berubah, lebih banyak menghabiskan waktu didalam kamar menyendiri. Jika keluar rumah selalu bersama sang kakak, untung kekasih sang kakak tidak rewel dan justru ikut menguatkan Liora.
" Kaya baru aja dek, bukannya selama ini juga selalu diantar jemput sama Kakak?". Rayyan memasukan roti kedalam mulutnya, mengunyah dengan sedikit cepat dan tidak lupa meminum susu hangat.
" Terimakasih banyak Kakakkuu tersayang"
Hangat sekali obrolan pagi ini dimeja makan, Pradana dan Meta tersenyum hangat melihat kedua anaknya yang akur. Namun, sebagai orangtua mereka paham akan kegalauan hati sang anak perempuan meskipun sudah berlalu 5 tahun lamanya.
Maafkan Papa Liora, ketakutan orangtua akan kebahagiaan anaknya begitu besar. Maaf karena keegoisan Papa membuat kamu tidak melewati kehidupan dengan bahagia bahkan sampai saat ini.
Monolog Pradana yang kini menatap wajah sang anak, hatinya sangat sakit melihat perubahan yang ditunjukkan sang anak bungsu yang kini lebih murung.
Setelah melewati perjalanan dengan sang Kakak, kini Liora telah sampai di kantor dengan kondisi jantung yang semakin berdetak kencang. Beberapa kali wajahnya berkaca dilayar handphone untuk memastikan penampilannya sudah benar, tidak berlebihan hanya menggunakan warna nude namun membuat wajahnya terlihat segar.
Sejak tadi laptop dan juga dokumen yang telah disetujui dibuka berulang kali untuk memastikan jika tidak ada yang terlewat, sesekali gumaman kecil dari mulutnya untuk membaca slide yang sejak tadi di scroll.
Tenang Liora, semua akan baik-baik saja karena kamu sudah bekerja keras dan tentu saja berkerja dengan baik. Kamu akan mendapatkan yang terbaik, percayalah...
Hatinya terus mengeluarkan afirmasi positif untuk memberikan ketenangan dan tentu saja kenyamanan sebagai salah satu bentuk menggenggam rasa percaya diri dan fokusnya.
" Kamu pasti bisa Nin, jangan grogi cukup fokus menatap sesekali" Ezra teman satu team Liora yang sudah terkenal memiliki perasaan lebih kepada Liora.
Bahkan Ezra memiliki panggilan khusus yaitu Anin, dari nama lengkap Liora Anindya.
" Kita semua akan selalu dukung Lo, jangan panik tarik nafas dalam" Nami melengkapi afirmasi positif sebagai salah satu team Liora.
Team Liora diisi oleh 4 orang yaitu Adit, Ezra, Nami dan tentu saja Liora. Keempatnya bekerja saling membantu, tidak ada rasa iri apalagi saling menjatuhkan.
" Aaaaaaa.... Terimakasih banyak guys kalian terbaik" keempatnya berpelukan sebelum akhirnya kini sudah berada didalam ruangan dingin.
Cekleekk....
Pintu ruangan meeting terbuka dan seluruh netra kini mengalihkan pandanganya kearah sumber suara, terlihat satu orang masuk dengan wajah yang cukup bersahabat dan diikuti satu orang dibelakangnya.
Deggghhh...
Seketika jantung Liora terhenti ketika kedua netra mereka bertemu, Dengan memakai kemeja berwarna biru dan juga celana hitam wajahnya terlihat datar tatapannya cukup dalam menyiratkan ketegasan didalamnya.
Arga sempat terpaku saat tatapannya terkunci menatap mata yang selama 5 tahun ini dirindukan, namun segera mengalihkan dan menjaga profesinalitas kerja.
Apakah kali ini semesta sedang mempermainkan aku, ataukah takdir Tuhan kembali merestui?
Liora benar-benar sempat terdistraksi atas kehadiran Arga, namun dengan cepat menyembunyikan rasa kagetnya.
" Siapa yang akan menyampaikan persentasi Pagi ini?". Suara Arga masih sama datar tegas seperti nada bicara terkahir kali mereka bertemu.
" Saya Tuan". Liora memberanikan diri menjawab dengan tegas.
" Silahkan, bisa dimulai sekarang".
Liora mulai fokus dengan menyampaikan persentasi sesuai yang telah ia pelajari, bahkan beberapa kali latihan agar bisa memantapkan diri memberikan yang terbaik.
Dengan penuh hati-hati materi disampaikan secara lugas dan tegas, bahasa yang mudah dipahami membuat persentasi tidak membosankan.
Terkadang pandangan sepasang mantan kekasih ini bertemu, namun dengan cepat Liora langsung memutus dan kembali berusaha untuk tetap fokus. Ini adalah kesempatan baik agar dirinya bisa memperlihatkan kemampuan yang dimiliki.
Tidak terasa persentasi yang disampaikan telah selesai, beberapa pertanyaan sudah dijawab dan dijelaskan secara baik jelas dan cepat membuat waktu mereka terpakai dengan sangat efisien dan efektif.
Tepukan tangan kini terdengar jelas diruangan meeting yang tadi terasa dingin, membuat senyuman manis dibibir Liora kini tercipta. Disudut ruangan terlihat Arga menatap senyuman itu dengan rindu, tatapan sendu yang sulit disembunyikan.
" Kerja yang bagus, selanjutnya tolong setelah makan siang ke ruangan saya untuk saya tanda tangani hasilnya".
Arga yang kini mengeluarkan suaranya, karena waktu sudah mendekati makan siang sehingga Arga meminta Liora untuk menghadap setelah jam makan siang.
Liora yang mendengar perintah sang atasan barunya kini hanya bisa menyetujui, bukankah tidak ada jawaban selain iya?.
Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan, banyak rindu yang perlu kita tuntaskan, ada banyak maaf yang perlu dijelaskan, dan ada beribu luka yang harus kita sembuhkan bersama Sayang.....
Melihat Liora yang kini keluar dari ruang meeting, Arga hanya bisa bergumam didalam hatinya. Cinta itu masih utuh bahkan terus tumbuh dalam hatinya, apakah kali ini semesta berpihak kepada mereka berdua?.