NovelToon NovelToon
CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Office Romance / Mantan / Tamat
Popularitas:162k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Nadira tak pernah menyangka bekerja di perusahaan besar justru mempertemukannya kembali dengan lelaki yang pernah menjadi suaminya tujuh tahun lalu.

Ardan, kini seorang CEO dingin yang disegani. Pernikahan muda mereka dulu kandas karena kesalahpahaman, dan perpisahan itu menyisakan luka yang dalam. Kini, takdir mempertemukan keduanya sebagai Bos dan Sekretaris. Dengan dinginnya sikap Ardan, mampukah kembali menyatukan hati mereka.

Ataukah cinta lama itu benar-benar harus terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter — 2.

Pagi itu, Nadira datang lebih awal dari biasanya. Dia masih merasa canggung setelah pertemuan kemarin, tapi bertekad untuk bekerja seprofesional mungkin.

Hari ini harus lancar, Nadira. Jangan bikin kesalahan lagi! Batinnya.

Dia menata rambut, memeriksa kuku lalu duduk di meja kerjanya dengan rapi. Belum sempat menarik napas lega, suara berat yang sangat dikenalnya sudah terdengar dari interkom.

“Nadira, masuk.”

Nadira buru-buru berdiri, hampir menjatuhkan pulpen di meja. "Ya Tuhan, kenapa panggilannya selalu tiba-tiba begini sih?"

Begitu masuk, dia mendapati Ardan berdiri dengan jas rapi dengan wajah tanpa ekspresi sedang memegang berkas tebal.

“Kita ada rapat penting dengan dewan direksi, kau ikut untuk mencatat hasil meeting,” ucapnya singkat.

Nadira mengangguk cepat. “Siap, Tuan.”

Rapat berlangsung di ruang konferensi besar dengan meja panjang yang dipenuhi para direksi dan manajer. Semua orang duduk tegang, menunggu CEO mereka berbicara. Nadira berdiri di samping Ardan, memegang buku catatan.

Ardan mulai memaparkan strategi bisnis dengan suara tenang dan penuh wibawa. Semua orang mendengarkan dengan serius.

Sementara itu, Nadira sibuk mencatat cepat-cepat. Tapi karena gugup, tangannya gemetar. Ketika salah satu direktur menyerahkan berkas, Nadira bermaksud membantu Ardan menaruhnya di meja.

Sayangnya, map itu terlalu berat dan…

Brakkkk!

Berkas tebal terjatuh tepat ke arah meja, pena-pena berserakan, dan… gelas air mineral tumpah ke arah jas mahal Ardan.

Suasana hening seketika, semua mata tertuju pada Nadira.

Nadira membeku, wajahnya merah padam. “A-astaga! Saya… saya minta maaf, Tuan!”

Ardan menoleh perlahan, menatap jasnya yang basah. Sorot matanya dingin, rahangnya mengeras. Namun, alih-alih marah meledak-ledak seperti yang dibayangkan semua orang, dia hanya menghela napas pelan.

“Seperti biasa… ceroboh.” Suaranya rendah, datar, tapi cukup membuat Nadira ingin mengubur dirinya di bawah meja.

Nadira buru-buru mengambil tisu dari meja dan tanpa sadar mendekat ke Ardan untuk mengelap jasnya.

Tangannya bergerak panik. “Tuan, saya betul-betul__”

“Berhenti!” Potong Ardan dingin, sambil menahan tangan Nadira. “Kau membuat semua orang kehilangan fokus!"

Nadira terpaku.

Sementara Ardan dengan tenang melepas jasnya, menyerahkannya pada asisten pribadi. Ia tetap duduk tegak, seolah kejadian memalukan barusan bukan apa-apa.

“Lanjutkan rapat!" Ujarnya singkat, suaranya tetap tegas.

Usai rapat, Nadira menunduk sepanjang jalan keluar ruangan. Begitu pintu tertutup, dia langsung menepuk keningnya sendiri.

“Ya ampun, Nadira! Baru juga hari kedua sudah bikin CEO basah kuyup!”

Ardan berjalan di depan dengan langkah panjang, sama sekali tidak menoleh. Nadira mengejar laki-laki itu dengan wajah memerah.

“Tuan … saya sungguh minta maaf, tadi saya tidak sengaja__”

Ardan berhenti, menoleh perlahan ke arah Nadira. Tatapannya tajam, tapi suaranya tetap datar. “Jika kau memang ingin meminta maaf, lakukan dengan bekerja lebih baik! Aku tidak butuh penyesalanmu, aku butuh ketelitianmu!”

Nadira terdiam, lalu mengangguk cepat. “Baik, Tuan.”

Ardan melanjutkan langkahnya tanpa ekspresi.

Siang harinya, Nadira kembali ke meja kerjanya dengan semangat baru. Dia membuka laptop, mencoba fokus mengetik. Namun tak lama kemudian, pesan masuk dari email internal membuatnya tertegun.

Dari: CEO Ardan Wirajaya.

Subjek: Catatan Meeting.

📂📧 [ Nadira, laporanmu cukup jelas. Namun, ejaan ekspansi... kau tulis jadi ekspresi. Apakah perusahaan ini sedang mau memperluas bisnis, atau sekadar ingin curhat perasaan?]

Di mejanya Nadira menutup mulutnya, menahan tawa. “Astaga, apa dia lagi ngeledek?"

Pipinya panas, dia buru-buru membalas.

📂📧 [Maaf, Tuan. Itu salah ketik. Perusahaan jelas mau ekspansi, bukan ekspresi. Hehe...]

Tak lama, balasan singkat masuk lagi.

📂📧 [Pastikan salah ketik tidak terjadi lagi! Aku tidak ingin direksi mengira, kita sedang buka jasa konseling perasaan!]

Nadira menunduk, tertawa kecil. Meski dingin, ternyata Ardan masih punya sisi sarkasme seperti dulu.

Sore itu sebelum pulang, Nadira masuk ke ruangan Ardan untuk memberikan dokumen. Ardan sedang sibuk mengetik, dengan wajah sangat fokus.

“Tuan, ini laporan revisi yang Anda minta.”

Ardan menerima tanpa menoleh. “Taruh di meja.”

Nadira menaruh map dengan hati-hati. Tapi entah kenapa, saat berbalik tangannya tak sengaja menyenggol pena di meja. Pena itu jatuh… tepat ke arah saku jas Ardan.

Ardan mengangkat alis. “Kau memang punya bakat membuat kekacauan, Nadira.”

Nadira meringis, menangkupkan tangan di depan dada. “Saya… janji, besok saya akan lebih hati-hati.”

Ardan akhirnya menoleh, menatap mantan istrinya itu lama. Ada sekilas kilatan aneh di matanya, campuran antara jengkel dan… geli.

“Besok?” gumamnya. “Aku jadi penasaran, berapa lama kau bisa bertahan di sini tanpa membuat keributan.”

Nadira tersenyum canggung. “T-tentu saja selamanya, Tuan. Karena… saya butuh pekerjaan ini.”

Ardan terdiam sejenak, lalu kembali menatap layar laptopnya. “Kita lihat saja!”

Ketika Nadira melangkah keluar gedung, ia menatap ke langit dengan perasaan campur aduk.

Hari ini penuh rasa malu, penuh dinginnya tatapan Ardan… tapi entah kenapa, ada juga hangat kecil yang sulit ia jelaskan.

“Mungkin bekerja di bawah CEO dingin sekaligus mantan suami... tidak akan seburuk yang aku bayangkan." Ia menghela nafas.

Nadia melangkah menuju parkiran. Sebuah motor tua, lusuh dan jauh dari kata layak sudah menunggunya untuk mengantarnya pulang. Dari kejauhan, Ardan memperhatikan setiap geraknya dengan sorot mata dingin.

“Jadi, semiskin itu dia sekarang? Sampai harus naik motor butut setelah ayahnya jatuh bangkrut?” Ardan bergumam.

Asisten pribadinya mengangguk patuh. “Benar, Tuan. Dari hasil penyelidikan, Nadira kini tinggal di kontrakan kecil bersama ibunya dan dua adiknya yang masih sekolah. Sementara ayahnya masih dalam perawatan, menunggu operasi. Biayanya besar, dan sepertinya Nadira belum sanggup mengumpulkan uangnya.”

Bibir Ardan melengkung tipis, nyaris sinis. “Dulu, dia meninggalkanku saat aku membutuhkannya. Sekarang… mungkin ini karmanya.”

Nada tajam itu membuat asisten pribadinya merinding. Entah luka seperti apa yang pernah Nadira goreskan, hingga Ardan tak menyisakan sedikit pun empati pada penderitaan perempuan itu.

1
Rusmini Mini
males sm Nadhira yg ceroboh
trus Ardan yg gak pernah senyum hidupnya penuh tegang dan kaku
untung ada mama Rarasati yg brilian oke,keren
ketemu om Damar yg hangat penuh cinta dan tanggung jwb .Sempurnaaa
Rusmini Mini
awalnya nya aja agak boring sm Ardan gak pernah santai dan senyum persis manusia kulkas
kesininya mlh fokus ke mama Rara dan Om Damar, btw semua bagus mengalir ajah,pinter authornya ....lope lope sekebon thor ♥️♥️♥️♥️♥️
Rusmini Mini
mah udh tua jgn punya anak lagi ...
kalo punya anak trus lg jln jln trus di tanya org cucu nya no berapa nih oma
/Grin//Grin//Grin//Grin/
Rusmini Mini
tp kalo bikinya sam om Damar mau aq /Grin//Grin//Grin/
heh bangun noh jemuran di angkat mo hujan 🤣🤣🤣🤣
Rusmini Mini
semoga Calvin tdk bertepuk sebelah tangan /Heart//Heart/
Rusmini Mini
biarin tumbang gak usah di tolongin anak bodoh itu...gak selidiki dulu kelakuan maknya main tebas aja sekarang udah tau mlh tumbang gak kuat terima kenyataan kebenarannya
Rusmini Mini
bapak bapak...gak berani menghadapi sendiri nih apa hrs kongsi... kalah sama mamah Rara /Grin//Grin/
Rusmini Mini
aduh komennya mengerikan tp lucu 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rusmini Mini
tumbang oleh alkohol mo di bw ke hotel
apa rencanamu Veronika....
Rusmini Mini
eh sekaran Ardan udh banyak ketawa... /Proud//Proud/
Rusmini Mini
hati hati dgn wanita itu mama Rara tp mama Rara ttp tenang stay cooll
Rusmini Mini
om Damar suka tpi mantan dan anak om gak suka mlh mo bls dendam
Rusmini Mini
Veronica licik kayak maknya /Panic//Panic/
Rusmini Mini
Ra lebih keren...
Rusmini Mini
cieee om Damar cemburu bener nih ....
Damar ♥️ Raeasati /Grin//Grin//Grin/
Rusmini Mini
tadi jgn hanya tampar aja Dhira tp jg jambak jotos tendang Medina 😂😂😂
Rusmini Mini
kayak merek kurma ya 🤭🤭🤭
ouchhh 😠😠😠😠
Rusmini Mini
mereka masih saling menyimpan rasa
Rusmini Mini
kayaknya kisah percintaan mama dan om Damar seru nih /Grin//Grin/
Rusmini Mini
hai Damar ...../Kiss//Kiss//Kiss/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!