NovelToon NovelToon
Ibu Susu Untuk Reina

Ibu Susu Untuk Reina

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Single Mom / Janda / Hamil di luar nikah / Romansa / Ibu susu
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: Chika Ssi

Gendis baru saja melahirkan, tetapi bayinya tak kunjung diberikan usai lelahnya mempertaruhkan nyawa. Jangankan melihat wajahnya, bahkan dia tidak tahu jenis kelamin bayi yang sudah dilahirkan. Tim medis justru mengatakan bahwa bayinya tidak selamat.

Di tengah rasa frustrasinya, Gendis kembali bertemu dengan Hiro. Seorang kolega bisnis di masa lalu. Dia meminta bantuan Gendis untuk menjadi ibu susu putrinya.

Awalnya Gendis menolak, tetapi naluri seorang ibu mendorongnya untuk menyusui Reina, putri Hiro. Berawal dari menyusui, mulai timbul rasa nyaman dan bergantung pada kehadiran Hiro. Akankah rasa cinta itu terus berkembang, ataukah harus berganti kecewa karena rahasia Hiro yang terungkap seiring berjalannya waktu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika Ssi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2. ASI yang Rembes

Pipi Gendis sampai berpaling. Rasa panas pada permukaan pipinya seakan membuat Gendis kembali tertarik pada kenyataan. Sementara itu Ayaka membatu.

Ayaka menatap tangannya yang kini gemetar. Gendis masih terdiam. Perlahan dia mengalihkan pandangan, menatap Ayaka dengan tatapan nanar.

Mata Gendis tak lagi kosong. Akan tetapi, tatapan itu berganti dengan kesedihan yang bertumpuk. Ayaka langsung memeluk Gendis.

"Ma-maafkan aku, Ndis. Aku ...."

"Aya, jadi ... bayiku udah meninggal?" Perlahan Gendis mengangkat wajahnya.

Tatapan Gendis kosong. Ayaka mengangguk perlahan. Mendadak tubuh Gendis lemas, badannya ambruk ke atas lantai.

"Gendis, bangun! Bangun, Ndis! Gendis!" Ayaka berusaha membangunkan sang sahabat.

Akan tetapi, Gendis tetap bergeming. Ayaka berteriak sekuat tenaga untuk menarik perhatian tim medis. Tak lama kemudian, beberapa perawat menghampiri.

Gendis pun langsung dibawa ke ruang IGD. Sejak hari itu, Gendis mendapatkan perawatan dari dokter jiwa untuk memulihkan kondisi mentalnya. Perlahan kondisinya pun membaik.

Satu bulan berlalu. Pagi itu Gendis sedang berada di kamarnya. Perempuan tersebut sudah terlihat rapi dalam balutan setelan kemeja formal berwarna biru muda. Riasan tipis dan segar membuat wajah Gendis tampak lebih ceria.

"Kamu yakin bisa handle event ini?" tanya Ayaka.

Gendis menatap cermin riasnya. Kini Ayaka ada di ambang pintu sambil menyandarkan lengannya pada kusen. Tatapannya tampak meragukan kondisi Gendis yang masih belum benar-benar pulih.

"Iya, kamu nggak usah khawatir, Ya. Aku sudah merasa lebih baik, kok." Gendis tersenyum tipis.

Perlahan Ayaka masuk dan duduk di tepi ranjang. Dia menatap bayangan Gendis yang terpantul melalui cermin. Perempuan tersebut mengembuskan napas kasar.

"Perusahaan kita sangat menggantungkan hal ini kepadamu. Jika kamu belum sanggup bekerja, aku akan menggantikanmu, Ndis. Kamu istirahatlah," ucap Ayaka dengan tatapan tak lepas dari Gendis.

"Tenanglah, aku pasti bisa mengatasi semuanya." Gendis tersenyum lembut, kemudian beranjak dari kursi.

"Aku berangkat dulu, doakan semuanya lancar, ya?" Gendis akhirnya berpamitan.

Ayaka tidak bisa mencegah sang sahabat. Meski Gendis mengatakan siap kembali bekerja, Ayaka tetap khawatir mengingat kondisi mental Ge dia yang belum stabil. Dia hanya bisa mendoakan kelancaran acara hari ini.

***

Ballroom Hotel Grand Arcadia sore itu berkilau di bawah cahaya lampu gantung kristal. Deretan kursi penuh oleh arsitek, pengembang, pejabat, dan jurnalis. Di tengah ruangan, panggung besar berdiri megah dengan backdrop bertuliskan “Sustainable Architecture Conference 2025 – Building the Future Responsibly”.

Di belakang panggung, Gendis memegang pointer presentasi sambil mengatur napas.

“Kamu kelihatan sangat siap,” suara wanita di sampingnya terdengar manis, tetapi tajam di ujung. Dialah Clara, salah satu pembicara sesi sebelumnya.

“Walaupun … ya, wajar sih, kan kamu diundang bukan karena jam terbang, tetapi karena perusahaan itu butuh wajah baru yang segar.”

Gendis menoleh, tersenyum tipis. “Kalau segar bisa menarik audiens, kenapa tidak?” Dia tak memberi ruang untuk sindiran itu meresap.

Clara mengangkat alis, lalu memalingkan wajah. “Semoga materimu nggak cuma cantik di slide.”

Perempuan tersebut balik kanan dan meninggalkan Gendis di ruang tunggu. Gendis hanya menatapnya datar, kemudian kembali fokus pada laptopnya.

Tak lama berselang, nama Gendis dipanggil. Gendis beranjak dari kursi, lantas melangkah ke podium. Suaranya tenang, gesturnya mantap.

“Selamat sore. Hari ini, saya ingin mengajak kita melihat bagaimana kearifan lokal dapat berpadu dengan teknologi modern untuk menciptakan arsitektur yang berkelanjutan dan efisien.”

Slide pertama menampilkan rumah bambu modern berpadu panel surya. Gendis menjelaskan detail desain, teknik pengolahan material, dan manfaatnya. Sejumlah peserta mengangguk, mencatat. Bahkan beberapa mengambil foto layar.

Namun saat sesi tanya jawab dimulai, tangan Rendra—kontraktor senior berjas hitam—terangkat tinggi.

“Konsep Anda memang … terdengar manis. Tapi apakah realistis untuk proyek besar? Bukankah biaya akan membengkak, dan risiko konstruksi meningkat?” Nada Rendra begitu nyaring, sehingga memancing perhatian.

Ruangan hening. Clara di barisan depan menyilangkan tangan, ekspresinya seakan menunggu Gendis tersandung. Gendis tetap tersenyum.

“Pertanyaan yang sangat relevan. Jika kita lihat biaya awal, memang ada kenaikan. Namun .…” Gendis mengganti slide ke tabel analisis biaya lima tahun.

“Penghematan energi bisa mencapai 40%, yang artinya biaya operasional lebih rendah. Dengan konstruksi modular, risiko keterlambatan dan pemborosan bisa ditekan.” Suara Gendis begitu mantap dan penuh keyakinan.

Rendra menahan komentar. Gendis melanjutkan dengan contoh proyek di Maluku yang tahan cuaca ekstrem. Beberapa peserta bertepuk tangan. Clara bersandar di kursinya, menyipitkan mata.

Gendis pun bisa menjelaskan slide demi slide dengan sangat lancar. Hampir semua peserta terpukau akan presentasi yang dibawakan oleh Gendis. Mereka tak pernah tahu, di balik kehebatan yang ditunjukkan perempuan tersebut terdapat sisi lemah yang sedang berusaha disembunyikan dari orang lain.

Usai konferensi, para peserta mendekat untuk bertanya. Salah satunya, lelaki muda dengan name tag “Leo – Arsitek Independen”, dia tersenyum setengah mengejek.

“Keren sih, Mbak … tapi, jujur, saya agak heran konsep ini dibawa ke forum besar. Terlalu idealis. Pasar nggak selalu mau bayar untuk idealisme, kan?” ejek Leo.

Gendis menatapnya langsung. “Kalau kita tidak mencoba, pasar tidak akan pernah berubah.”

Leo tersenyum miring. “Semoga investor perusahaan kamu sepemikiran.”

Leo pun melangkah pergi meninggalkan Gendis. Gendis masih berdiam di ruangan itu sambil menebarkan senyum kepada beberapa kolega yang masih menghargainya dengan memberi salam dan menyapa.

Setelah kerumunan berkurang, Gendis merasa dadanya mulai nyeri. Dia tahu ini tanda ASI mulai penuh. Namun dia bertahan, berbasa-basi dengan panitia dan sponsor.

Dari kejauhan, Hiro berdiri di pintu. Matanya mengikuti Gendis. Begitu suasana agak longgar, dia melangkah mendekat.

“Apa kabar, Ndis? Bagaimana rasanya menjadi pusat perhatian?” sapa Hiro dengan senyum lembut.

“Pusat perhatian apanya? Aku cuma kerja.” Gendis tertawa kecil, kemudian melangkah meninggalkan ruangan.

Mereka berjalan ke lobi. Namun langkah Hiro terhenti. Dia melihat noda lembap di bagian depan kemeja satin biru muda Gendis. Warna kainnya menjadi sedikit transparan di bawah lampu.

“Gendis .…” Suara Hiro rendah, nyaris berbisik. “Bajumu basah.”

Gendis menunduk, wajahnya memerah. Ia cepat menutup dada dengan map. “Astaga … ASI-nya keluar.”

Hiro tanpa ragu melepas jas dan menyampirkannya di bahu Gendis. “Kita keluar lewat pintu samping.”

Di parkiran basement, mereka berhenti di samping mobil. Hiro membukakan pintu. Gendis pun segera masuk ke mobilnya.

“Kamu luar biasa tadi. Bahkan waktu ada yang nyerang di forum, kamu tetap tenang. Dan …” Hiro menghela napas, “…aku nggak suka lihat orang memandangmu dengan cara meremehkan.”

Gendis tersenyum tipis. “Kalau semua orang setuju, artinya aku nggak membuat perubahan. Lagipula, ada yang lebih penting sekarang.” Gendis melirik kemejanya dan semakin basah.

"Itu ... ASI? Apa kamu sudah menikah? Kamu sedang memiliki bayi?" cecar Hiro tanpa basa-basi.

1
AlikaSyahrani
semanģat gendis🦾🦾🦾 tunjukkan bahwa kamu mampu
AlikaSyahrani
kamu harus kuat gendis iklaskan anakmu mungkin alloh sangat sayang ama anakmu hinggah dia kembalidipangkuannya
tiara
apakah Aksara orang yang pernah menykai Gendis dimasa lalu ya.tapi mengapa Gendis seolah ridak mengenalnya
Esther Lestari
lho Aksara kenal Gendis sebelumnya....siapa Aksara kenapa Gendis tdk mengenalinya
tiara
semangat Gendis semoga semua berjalan lancar💪
Esther Lestari
semangat Gendis
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya😌
total 1 replies
Esther Lestari
Gendis semangat menata masa depan yang baru dengan Reina😍
tiara
semangat Gendis kamu pasti bisa membesarkan Reina walau sendirian
Tutuk Isnawati
bagus ceritanya
Esther Lestari
terharu....akhirnya Reina bisa kamu peluk kembali Gendis
Bisa Pesan Cover di Saya: awawaw makasih udah ngikutin sampai sejauh ini kakk
total 1 replies
Esther Lestari
Yumi gila....demi tetap mempertahankan Reina anak yg diadopsi secara ilegal, malah menyuruh orang untuk membunuh Ayaka justru yg tertembak Reiki suaminya sendiri
Bisa Pesan Cover di Saya: Udah nggak waras emang Yumi ini🤣
total 1 replies
Esther Lestari
siapa lelaki berjas hitam itu. jangan sampai Ayaka bersaksi yg memberatkan Gendis
Esther Lestari
Ayaka kah yang datang menemui Gendis ?
Semua bersumber dari otak jahat Reiki
Dini Anggraini
Bunda author sudah di kasih berapa milyar polisinya kok malah memihak pada orang yang salah. Reiki dan Yumi adopsi anak dengan surat palsu dan perkosa, ambil paksa anak orang lain gak di penjara malah Hiro dan Gendis yang di penjara? Ayaka suatu saat karma menantimu entah itu kamu apa keturunanmu akan merasakan bagaimana rasanya jadi Gendis sakit banget. 🙏🙏🙏😆😆
Dini Anggraini: ya bunda 👍👍👍😍😍😍😍
total 3 replies
ovi eliani
jadi sebel bacanya, ayo gencatan senjata kita indonesia jepang. jgn mau kalah hubungi dubes indonesia minta pertolongan dong. ngaak ada perdamaian
Bisa Pesan Cover di Saya: Sabar kakkk, pelan-pelaaaan🤣
total 1 replies
Tutuk Isnawati
reiki kmu bener2 jahat udah hncurin msa depan gendis masih ambil anknya pula.knapa ga mati aja kmren kmu reiki
Bisa Pesan Cover di Saya: Mati gak tuh 🤣
total 1 replies
Tutuk Isnawati
ternyata penjahatnya si reiki
Dini Anggraini
Kenapa Hiro dan Gendis harus takut malahan bagus bila polisi ikut campur kan itu adopsi ilegal awalnya rieki memperkosa gina lalu anaknya di rebut paksa dari gina ibunya. Yang menang kan bisa jadi gina dan Hiro sedangkan Yumi dan reiki masuk penjara merebut paksa yang bukan miliknya. 🙏🙏😍😍😍
Dini Anggraini: sama2 bunda😆😆😆
total 3 replies
ovi eliani
selamatkan mereka ya Allah. thor tegang nih semoga mereka selamat selamat jalan jepang
Bisa Pesan Cover di Saya: Awawaw, beneran bikin anu? 🤣
total 1 replies
ovi eliani
yumi yumi cari anak yg lain aja jgn anak gendis , jgn sampai anak gendis jg pelampiasan mu disaat kamu menginggat suami yg bejat itu. semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!