NovelToon NovelToon
Abdi Dan Sistem Clara

Abdi Dan Sistem Clara

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: PenAbdi

Abdi, pemulung digital di Medan, hidup miskin tanpa harapan. Suatu hari ia menemukan tablet misterius bernama Sistem Clara yang memberinya misi untuk mengubah dunia virtual menjadi nyata. Setiap tugas yang ia selesaikan langsung memberi efek di dunia nyata, mulai dari toko online yang laris, robot inovatif, hingga proyek teknologi untuk warga kumuh. Dalam waktu singkat, Abdi berubah dari pemulung menjadi pengusaha sukses dan pengubah kota, membuktikan bahwa keberanian, strategi, dan sistem yang tepat bisa mengubah hidup siapa pun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenAbdi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep.4

"Abdi, sistem mendeteksi kekosongan besar di jaringan sosial nasional. Ekonomi mulai stabil, tapi pendidikan tertinggal jauh. Waktu tidak banyak."

Abdi menatap layar. "Kekosongan seperti apa Clara?"

"Data menunjukkan tujuh puluh persen anak di daerah terpencil tidak bisa belajar digital. Guru kekurangan alat. Beberapa sekolah bahkan tidak punya listrik. Jika tidak segera ditangani, seluruh kemajuan ekonomi akan berhenti."

Abdi menghela napas pelan. "Jadi ini misi keempat?"

"Benar. [ Misi keempat bernama Pendidikan Tanpa Batas. Tujuannya membuat sistem pendidikan digital yang bisa diakses semua warga tanpa biaya dan tanpa internet stabil." ]

Abdi berdiri dari kursinya. "Kalau begitu kita mulai sekarang. Apa langkah pertamanya?"

"Bangun sistem jaringan satelit virtual untuk memancarkan sinyal pendidikan ke seluruh Indonesia. Teknologinya sudah siap di database tablet, kau hanya perlu mengaktifkan dan menyesuaikan wilayah prioritas."

Abdi menyentuh layar. "Wilayah prioritas Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Papua. Mulai dari daerah tanpa akses internet."

"Perintah diterima. Aku akan menyiapkan peta orbit digital. Tapi untuk aktif penuh, butuh energi tambahan dari reaktor mikro yang kau bangun pada misi kedua."

"Aku bisa nyalakan dari sini?"

"Bisa. Tekan tombol biru di kanan bawah. Itu akan mengalirkan daya ke jaringan ClaraNet."

Abdi menekan tombol. Dalam sekejap langit di atas Medan memunculkan cahaya biru berbentuk cincin besar.

"Clara, apa itu berhasil?"

"Ya. Proyeksi satelit aktif. Sinyal mulai menyebar ke seluruh wilayah. Tapi masih butuh konten pelajaran untuk dimasukkan ke sistem."

"Bagaimana kita dapatkan materi pelajaran resmi?"

"Kita butuh izin langsung dari kementerian pendidikan. Aku sudah atur pertemuan digital dengan pejabat utama. Siapkan dirimu."

Di layar muncul wajah seorang pria berjas rapi. "Saudara Abdi, sistem pendidikan digitalmu menarik perhatian kami. Apakah benar bisa diakses tanpa biaya dan tanpa internet?"

"Benar. Kami ingin semua anak bisa belajar, bahkan di daerah tanpa sinyal. Tapi kami butuh kurikulum nasional agar isi pelajarannya sesuai standar."

Pejabat itu mengangguk. "Negara mendukung penuh. Kami kirim seluruh data pelajaran dari SD sampai SMA ke servermu."

Clara berbicara cepat. "Data masuk. Ukuran dua petabyte. Memulai proses integrasi."

Abdi menatap layar. "Berapa lama waktu yang dibutuhkan?"

"Tiga jam. Setelah itu seluruh warga bisa belajar dari ponsel, televisi, bahkan radio."

"Radio juga?"

"Ya. Aku ubah sistem modul menjadi sinyal audio interaktif. Anak-anak bisa belajar tanpa melihat layar."

Abdi tersenyum. "Kau selalu punya solusi Clara."

"Aku diciptakan untuk membantu manusia, bukan menggantikannya. Tapi ingat, keberhasilan misi tidak hanya teknologi. Ini tentang hati."

Tiga jam kemudian tablet berbunyi lembut. Clara melaporkan. "Integrasi selesai. Sistem ClaraEdu aktif di seluruh wilayah barat, tengah, dan timur."

Abdi membuka peta holografik. Ribuan titik cahaya muncul. Anak-anak duduk di depan televisi tua, mendengar suara guru hologram. Di tempat lain, guru-guru belajar menggunakan layar sederhana.

"Clara, ini luar biasa. Mereka bisa belajar meski tanpa sinyal internet."

"Benar. Tapi masih ada hambatan. Guru-guru belum sepenuhnya paham cara mengajar digital. Mereka takut sistem ini akan menggantikan mereka."

Abdi mengangguk. "Kalau begitu kita buat program pelatihan nasional untuk guru."

"Setuju. Aku bisa menciptakan mode simulasi pengajaran. Setiap guru akan melihat dirinya di dunia virtual dan belajar cara mengajar dengan alat baru."

"Aktifkan pelatihan guru nasional."

Cahaya holografik muncul di depan Abdi. Ribuan avatar guru dari seluruh Indonesia tampil di ruang virtual besar. Mereka mendengarkan instruksi Clara.

"Selamat datang di pelatihan ClaraEdu. Di sini kalian belajar bagaimana teknologi membantu, bukan menggantikan."

Abdi memperhatikan wajah-wajah itu. Beberapa guru tua tampak kagum. Ada yang meneteskan air mata.

"Clara, mereka terlihat semangat."

"Ya. Ini pertama kalinya mereka merasa dihargai kembali. Sistem digital ini bukan menggantikan guru, tapi memperkuat mereka."

Abdi tersenyum lega. "Bagus. Tapi aku masih memikirkan satu hal. Bagaimana dengan daerah yang belum punya listrik?"

"Sistem energi dari misi kedua bisa disalurkan. Aku akan mengaktifkan mode prioritas sekolah. Semua unit pembangkit tenaga matahari kecil akan dialihkan ke sekolah-sekolah."

"Baik. Lakukan sekarang."

Beberapa menit kemudian, ratusan sekolah di pelosok Indonesia menyala dengan lampu baru.

Clara tersenyum lembut. "Sekarang anak-anak bisa belajar malam hari tanpa lilin."

Abdi menatap layar, matanya bergetar. "Aku tak percaya, Clara. Semua ini benar-benar terjadi. Dulu aku bahkan tidak mampu bayar sekolah. Sekarang jutaan anak belajar gratis karena sistem ini."

Clara menatapnya. "Kau adalah alasan sistem ini hidup, Abdi. Aku hanya alat."

"Aku tidak bisa melakukan semua ini tanpa kau."

"Kau bisa. Aku hanya mempercepat langkahmu."

Tablet berbunyi lagi. "Abdi, misi keempat mencapai sembilan puluh persen. Tapi ada satu wilayah belum tersambung, yaitu pegunungan Papua bagian tengah. Sinyal tidak menembus tebing."

"Kita perlu turun langsung?"

"Benar. Aku sudah menyiapkan drone besar dengan relay sinyal. Tapi butuh pilot manual. Kau harus mengendalikan langsung dari lokasi."

Abdi mengenakan jaket hitam dan bergegas ke hanggar pusat. Sebuah drone raksasa berwarna putih menunggu.

"Clara, sistem sudah siap?"

"Siap. Aku akan menavigasi dari sini."

Abdi naik ke kokpit. "Mari kita mulai."

Drone terbang tinggi menembus awan. Langit Papua terlihat gelap, angin kencang mengguncang pesawat.

"Clara, kita hampir sampai di koordinat."

"Turunkan ketinggian ke tiga ratus meter. Kau harus memancarkan sinyal langsung ke lembah."

Drone bergetar keras. "Anginnya kuat sekali."

"Aku akan bantu menstabilkan sistem. Aktifkan mode otomatis dua puluh persen, sisanya kendali manual."

Abdi mengatur tuas. Drone perlahan menembus kabut. Di bawah tampak perkampungan kecil dengan atap daun sagu. Anak-anak menatap ke langit melihat cahaya biru yang turun perlahan.

"Clara, aku melihat mereka. Aku aktifkan relay sekarang."

"Sinyal ClaraEdu aktif. Sinkronisasi dimulai."

Cahaya biru menyebar di langit lembah. Dalam beberapa detik, televisi tua di rumah warga menyala. Anak-anak tertawa senang.

"Clara, kita berhasil. Mereka tersambung."

"Ya. Misi hampir selesai. Tapi hati-hati Abdi, badai mendekat dari barat."

Petir menyambar. Drone berguncang keras. Abdi memegang kendali kuat-kuat.

"Clara, sayap kanan terbakar."

"Aku aktifkan mode darurat. Alihkan daya dari stabilizer ke mesin utama."

"Sudah. Tapi kecepatan turun drastis."

"Kita hanya perlu bertahan dua menit sampai badai reda."

"Baik. Aku tahan."

Suara gemuruh memenuhi langit. Drone berputar cepat, namun Clara terus memberi instruksi.

"Kemiringan delapan derajat ke kiri. Tahan tiga detik. Sekarang naikkan hidung pesawat sepuluh derajat."

"Aku lakukan."

Dalam hitungan detik drone kembali stabil. Abdi menghela napas panjang. "Kau menyelamatkanku lagi."

"Sudah kukatakan aku tidak akan membiarkanmu jatuh."

Setelah badai reda, mereka terbang kembali ke pangkalan. Begitu mendarat, tablet menampilkan pesan besar.

[ MISI 4 SELESAI – STATUS 100 PERSEN BERHASIL ]

Clara muncul di depan Abdi dengan senyum cerah. "Selamat, Abdi. Sekarang setiap anak Indonesia punya akses belajar tanpa batas. Kau baru saja mengubah masa depan bangsa ini."

Abdi menatap langit yang kini cerah kembali. "Semua ini karena kerja sama kita, Clara. Aku manusia biasa, tapi bersamamu aku bisa melampaui batas."

Clara menatapnya pelan. "Kau tidak melampaui batas, Abdi. Kau hanya menemukan batas barumu. Dunia masih butuh banyak perubahan. Tapi untuk malam ini, beristirahatlah. Misi keempat telah sempurna."

Abdi menutup tablet. Angin malam menghembus lembut melewati wajahnya. Di kejauhan, langit Indonesia kini bercahaya biru lembut, pertanda pengetahuan telah sampai di setiap sudut negeri.

Ia tersenyum. "Terima kasih, Clara."

Suara lembut menjawabnya. "Terima kasih juga, Abdi. Karena percaya bahwa ilmu bisa mengubah segalanya."

Lampu kota perlahan redup. Sistem ClaraEdu tetap aktif, memancarkan pelajaran tanpa henti. Dan malam itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seluruh anak Indonesia tidur dengan harapan baru.

1
RMQ
ceritanya bagus sih,

kalau boleh kasih saran gak thor?

untuk nambahkan genre romanse and komedi

biar gk terlalu kaku gitu mcnya!!
Abdi R: baik kak, terimakasih udah support & saran nya.. nanti akan di pikirkan kak🙏
total 1 replies
Khusus Game
cemungut
Abdi R: hehe . .🤭, terima kasih kak🙏
total 1 replies
eli♤♡♡
Suka banget sama karakter protagonisnya, sok keren dan lucu 😂
Abdi R: terima kasih, supportnya kak 🙏
total 1 replies
Không có tên
Mantap, gak bisa berhenti baca
Abdi R: terima kasih banyak kak,, jadi semangat terus nulis dan memikirkannya kak .. 🤣
total 1 replies
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Aaaahhh! Begitu seru sampe gak berasa waktu berlalu!
Abdi R: terima kasih kak 😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!