Novel ini hanya sebuah karya fiksi belaka...
Ada banyak adegan kejam dan 21(+)... Silahkan bijaksana dalam membaca...
~**~
Tubuh Claire membeku. Memang ia diajari seni bela diri oleh sang nenek. Tetapi Claire sama sekali tidak pernah menggunakannya, Claire selalu mencari aman dengan selalu menyendiri. Dan ini adalah pertama kalinya dalam hidup Claire ia melihat kejadian sesadis itu.
Usai mencabut belati tersebut dari tubuh si pemuda, Keenan menatap ke arah Claire. Nafas Claire semakin tak terkendali. Denyut jantungnya bahkan berdetak dengan cepat. Claire pikir Keenan akan mendatanginya dan melakukan sesuatu kepadanya. Tetapi Keenan hanya menatap dingin ke arah Claire. Ia sama sekali tidak melakukan apa pun pada Claire.
Berawal dari kejadian itu, kehidupan Claire berubah menjadi seperti lorer coaster yang penuh dengan teka teki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca 15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 17
“Maafkan putri kami yang masih sangat labil tuan Olivander!” ucap Ara agar Darel dan juga Arthur tidak tersinggung dengan sikap putrinya.
“Jika saya di posisi Queen, saya juga pasti akan melakukan hal yang sama. Atau bisa jadi saya akan membatalkan perjodohan ini”
“Arthur!” Darel langsung membentak Arthur karena sudah berbicara tidak sopan dengan Ara.
“Aku akan naik dan berbicara dengannya!” tanpa menunggu persetujuan dari tuan rumah, Keenan sudah naik ke kamar Queen lebih dulu.
Awalnya Keenan akan langsung masuk ke kamar Queen, tapi ternyata Queen mengunci pintu kamarnya. Queen sudah memprediksi jika akan ada orang yang naik dan menuju ke kamarnya. Dan dugaan Queen benar, saat ini ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.
Tok!
Tok!
Tok!
Di dalam kamar, Queen hanya menatap pintu kamarnya tersebut dengan malas. Ia sama sekali tidak berniat untuk mengizikan siapa pun masuk. Namun saat mata Queen melihat Blackie, Queen lantas bersemangat untuk membuka pintu kamarnya.
Ceklek!
“Apa?” ucap Queen di depan pintu dan sama sekali tak mau mempersilahkan Keenan untuk masuk ke dalam kamarnya.
“Kau tak menyuruh ku masuk lebih dulu? Padahal aku tadi sudah menyelamatkan mu dari amukan daddy mu!”
“Aku tak menyuruh mu melakukan itu!” balas Queen, namun ia langsung menjauh dari pintu. Queen sengaja menjauh dari pintu untuk memberikan pelajaran kepada Keenan.
Dengan santai Keenan masuk ke dalam kamar Queen tanpa menyadari jika ada sosok lain di dalam kamar Queen yang sejak tadi mengamatinya. Hingga sosok itu berdiri tegak, barulah Keenan melihat sosok tinggi besar itu. Dan itu adalah Blackie, serigala jantan peliharaan Queen.
“Hai boy!” Keenan menyapa Blackie dengan tatapan dominannya. Dan tanpa Queen duga, Blackie langsung menunduk dan seolah takut dengan Keenan. “Kemari boy!” hal yang paling mustahil lagi bagi Queen. Blackie benar – benar mendekat ke arah Keenan, bahkan ia mengizinkan Keenan untuk mengusap tubuhnya.
“This is imposible!” Queen masih tak bisa menerima kenyataan jika Blackie bisa patuh dengan Keenan.
Keenan hanya tersenyum dan mengejek ke arah Queen. “Kau pernah bertemu dengan Blackie?” tanya Queen dengan curiga. Karena dirinya saja dulu perlu waktu yang cukup lama untuk bisa membuat Blackie patuh dengannya. Itu pun dirinya menemukan Blackie dari ia masih bayi.
“Blackie! Nama yang cocok untuknya” “This is my first time” Mata Queen langsung menyipit menatap Keenan. “Kau tak percaya? Terserah!”
“Keluar sana! Semakin lama kau di dalam kamar ku, membuat ku semakin emosi!” Usir Queen tanpa perduli jika Keenan akan marah atau melakukan apa pun padanya.
Tapi sekali lagi bukan Keenan namanya jika ia terlalu patuh pada apa yang diinstruksikan padanya. Keenan justru naik dan tidur di atas tempat tidur Queen. “Daripada kau mengomel sejak tadi, lebih baik kau diam! Aku mau tidur!” Keenan langsung memejamkan matanya. entah ia tidur beneran atau bohongan intinya Queen tidak suka dengan sikap semena – mena yang Keenan lakukan padanya.
Lalu Queen akhirnya mengambil ponselnya dan keluar ke balkon duduk di ayunan gantung sambil menghirup udAra. Blackie pun ikut keluar menuju balkon ketika Queen ada di sana.
“Kau kenapa boy? Kau kesepian? Nanti aku akan mengajak mu jalan – jalan!” ucap Queen sambil mengusap kepala Blackie yang kala itu mendekat ke arahnya. Blackie lantas merebahkan tubuhnya di dekat ayunan gantung tempat Queen bersantai.
Queen memegangi pipinya yang terasa panas akibat di tampar oleh Alvin tadi.
“Aawwww!” Queen terkejut karena tiba – tiba Keenan mendatanginya dengan sekantong es batu di tanganya.
“Kompres pipi mu sendiri!” Queen langsung menyahut kantong kompresan tersebut dari tangan Keenan.
Tadi saat Queen berpindah ke balkon, Rania pengasuh Queen sejak kecil datang ke kamar Queen mengantarkan kantong kompres es untuk meredakan memar pada pipi Queen karena di tampar oleh Alvin tadi. Lalu karena ada Keenan di dalam kamar Queen dan melihat kedatangan Rania, Keenan lantas mengambil kompresan tersebut.
“Bantu aku mencari informasi dimana Claire di rawat?” ucap Queen. Keenan langsung tersenyum puas mendengar Queen meminta bantuan padanya.
“Kenapa kau tertarik dengan hal itu? Kau sudah mendapatkan ingatan mu kembali?” selidik Keenan. Semua kecurigaan Keenan pada Queen benar – benar sangat besar.
“Aku hanya ingin tahu aja! Dan aku sama sekali belum mendapatkan ingatan ku!” Keenan sama sekali tidak mempercayai setiap ucapan yang dikatakan Queen
“Jika kau memang belum mendapatkan ingatan mu? Harusnya kau juga tak ingat dengan Claire!”
‘Sial, ia benar – benar pintar bermain kata – kata. Jangan sampai aku terkecoh dengan jebakan yang ia ciptakan’
“Aku hanya mendengar tanpa sengaja dari guru saat aku mengantarkan tugas ke meja Mr Smith. Maka dari itu aku meminta mu untuk menyelediki dimana dia berada saat ini? Aku ingin tahu bagaimana keadaannya? Apakah dia lebih beruntung dari aku atau lebih menyedihkan dari aku!”
Keenan langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. “Cari informasi rentang Claire!”
“Claire siapa Ken?”… “Oooo… Claire si cupu!”
“Hmm…” Keenan lantas mematikan panggilannya. ‘Kau pasti akan terkejut begitu tahu musuh mu telah mat’* ucap Keenan dalam hati.
‘Cupu? Sialan, aku dibilang cupu!’ omel Queen dalam hati.
Tok!
Tok!
Tok!
“Nona, nona dan tuan Arthur dipanggil ke bawah oleh tuan besar!” teriak kepala pelayan dari depan pintu.
“Ya paman” sahut Queen. Ia lantas beranjak dari tempatnya dan meletakkan kompresan yang ia gunakan tadi di atas meja. Sedangkan Keenan, ia mengikuti Queen dari belakang dalam diam.
“Maafkan daddy sayang, daddy tidak bermaksud untuk melakukan itu! Daddy hanya tak mau kau sampai salah pergaulan.” Ara langsung melakukan klarifikasi begitu Queen tiba di ruang tamu bersama Arthur.
“Ya” Queen hanya menjawab dengan singkat lalu duduk di sebelah Ara.
“Nah berhubung kalian sudah di sini, pertunangan kalian akan di langsungkan pekan depan” ucap Darel.
“Terserah kalian saja!” balas Keenan. Sedangkan Queen sudah malas untuk berkomentar lagi. Ia sudah merasa muak dengan drama orang kaya yang ia ketahui saat ini.
Diamnya Queen dan ekspresi yang Queen lihatkan begitu tampak jelas di mata Ara dan Alvin jika putrinya itu sedang marah dan muak. Memang Queen mengalami amnesia, tapi ada beberapa kesamaan sikap antara sesudah dan sebelum ia amnesia yaitu kesamaan saat ia tidak setuju dengan keputusan yang sudah di putuskan dan ia tak bisa menolak keputusan tersebut.
**
“Pipi mu masih sakit sayang?”
Setelah Keenan dan Darel meninggalkan kediaman Miller, Queen sama sekali tidak ikut mengantarkan mereka. Queen langsung kembali ke kamarnya dan kembali duduk di balkon. Melihat Queen tak ikut mengantarkan keluar, Ara lantas menyusul putrinya begitu Keluarga Olivander meninggalkan kediaman.
“Tidak” sahut Ara
“Kau masih marah dengan daddy sayang?” Ara perlahan mendekati Queen sambil melihat Blackie. Karena Ara takut pada peliharaan baru putrinya itu. Melihat Blackie sama sekali tidak bereaksi apa pun, Ara lantas duduk di samping Queen dan mengusap kepala putrinya.
“Boleh Queen mengatakan iya?” “Queen memang marah dan kecewa dengan daddy!”
“Daddy sebenarnya juga menyesal sudah menampar mu tadi sayang. Jang___”
“Kapan Queen bisa pindah ke apartemen mom?” Queen langsung memotong ucapan Ara. Dan itu tandanya Queen tak mau membahas tentang apa yang dilakukan Alvin tadi padanya.
“Mommy belum menyampaikan ini kepada daddy sayang,..” Raut wajah Queen langsung berubah semakin dingin “Tapi Daddy tahu jika Queen ingin mandiri dan tinggal di apartemen, hanya saja mommy belum bertanya kapan Queen bisa pindah ke sana! Jangan marah, oke!” Ara tersenyum menghibur putrinya agar tidak semakin kecewa pada Alvin.
Ara menjawab dengan sebuah anggukan saja. Melihat wajah putrinya sudah tak sedingin tadi, Ara lantas meninggalkan Queen seorang diri di dalam kamarnya.
“Bagaimana? Queen masih marah dengan ku sayang?” tanya Alvin begitu Ara tiba di kamar mereka. Dan Ara menjawab dengan sebuah anggukan.
“Kamu sih, main tampar aja. Coba tadi tahan dulu emosi mu!” balas Ara menyanyangkan apa yang dilakukan oleh suaminya.
“Aku khilaf saja sayang! Apa lagi dengan terang – terangan Queen berani mengakui semuanya kepada kita” balas Alvin.
“Queen tadi bertanya, kapan ia bisa pindah ke apartemen?” Allura lantas teringat dengan pertanyaan putrinya tadi.