NovelToon NovelToon
Pendekar Naga Bintang

Pendekar Naga Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Misteri / Action / Fantasi / Budidaya dan Peningkatan / Anak Genius
Popularitas:45.1k
Nilai: 5
Nama Author: Boqin Changing

Di barat laut Kekaisaran Zhou berdiri Sekte Bukit Bintang, sekte besar aliran putih yang dikenal karena langit malamnya yang berhiaskan ribuan bintang. Di antara ribuan muridnya, ada seorang anak yatim bernama Gao Rui, murid mendiang Tetua Ciang Mu. Meski lemah dan sering dihina, hatinya jernih dan penuh kebaikan.

Namun kebaikan itu justru menjadi awal penderitaannya. Dikhianati oleh teman sendiri dan dijebak oleh kakak seperguruannya, Gao Rui hampir kehilangan nyawa setelah dilempar ke sungai. Di ambang kematian, ia diselamatkan oleh seorang pendekar misterius yang mengubah arah hidupnya.

Sejak hari itu, perjalanan Gao Rui menuju jalan sejati seorang pendekar pun dimulai. Jalan yang akan menuntunnya menembus batas antara langit dan bintang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ke Hutan Sendirian

Sudah tiga hari Boqin Changing tidak terlihat di halaman rumah. Sejak hari itu, ia mengurung diri di ruangan kamarnya. Gao Rui tahu, gurunya sedang menjalani pelatihan tertutup, jenis pelatihan yang biasanya hanya dilakukan pendekar tingkat tinggi ketika mencoba menembus batas kekuatan mereka.

Selama tiga hari itu, Gao Rui berlatih sendirian di halaman rumah. Setiap pagi ia memulai dengan latihan pernapasan, lalu mengulang gerakan jurus yang diajarkan oleh Boqin Changing sebelumnya.

Namun hari ini terasa berbeda. Sejak matahari berada tepat di atas, ia merasa kepalanya buntu. Semakin ia mencoba mempelajari kombinasi gerakan ketujuh dan kedelapan, semakin kacau aliran nadinya. Napasnya tersendat-sendat, keringat membasahi tubuhnya.

“Kenapa… kenapa gerakannya tidak mengalir hari ini?” gumamnya kesal sambil kembali memukul udara.

Ia mencoba lagi, tapi tubuhnya menegang. Bukannya menyatu, justru aliran energinya bergerak liar. Ia menghentikan gerakannya, menutup mata, lalu menarik napas panjang.

“Tidak bisa. Kalau terus memaksa, aku malah bisa cedera.” katanya sambil mengepalkan tangan.

Ia memandang rumah kecil itu sekilas, berharap gurunya akan keluar dan memberi petunjuk seperti biasanya. Tapi seperti sebelumnya, tidak ada suara apa pun dari dalam kamar pelatihan Boqin Changing. Seolah sang guru telah lenyap dari dunia.

Gao Rui menggigit bibir dan mengambil keputusan.

“Aku akan pergi ke hutan. Bermeditasi di bawah air terjun mungkin akan membantuku menjernihkan pikiran.”

Ia masuk ke dalam rumah sejenak untuk mengambil botol air. Setelah itu, ia melangkah keluar rumah dan memulai perjalanan menuju air terjun di dalam hutan, tempat ia dulu ditempa oleh gurunya. Tanpa ia sadari, perjalanan kali ini tidak akan sesederhana yang ia pikirkan.

Gao Rui melangkah melewati jalan setapak yang pernah ia lalui ratusan kali bersama gurunya. Hutan itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Angin hanya berhembus pelan, membawa aroma lembap dari dedaunan yang basah. Cahaya matahari yang masuk di sela pepohonan tampak suram, seolah ikut menyembunyikan sesuatu.

Meski begitu, langkah Gao Rui tetap mantap. Ia melewati deretan batu besar, melompati akar pohon yang mencuat dari tanah, dan terus bergerak mengikuti aliran sungai kecil yang menuju ke air terjun.

Tak butuh waktu lama sampai suara gemuruh air mulai terdengar. Semakin dekat ia berjalan, semakin kuat suara itu menggema di antara tebing batu dan pepohonan lebat. Tempat itu masih sama seperti terakhir kali ia melihatnya. Tenang, tersembunyi, dan memancarkan aura alam yang kuat. Kolam yang berada di bawah air terjun tampak jernih, memantulkan cahaya putih dari air yang jatuh menghantam permukaan.

Gao Rui berdiri di ujung tebing kecil, mengamati air terjun itu sejenak. Di tempat ini, ia pernah hampir tenggelam karena kehabisan tenaga, namun gurunya datang menolongnya pada detik terakhir. Tempat ini bukan sekadar lokasi latihan, ini adalah tempat ia belajar arti ketekunan.

Tanpa berkata apa-apa, ia melepas baju luarnya dan meletakkannya di atas sebuah batu. Udara terasa dingin, namun tubuhnya sudah terbiasa. Ia menapaki batu-batu licin lalu berdiri tepat di bawah derasnya air terjun. Air menghantam tubuhnya seperti palu berat, menghajar pundak dan punggungnya, tapi ia bertahan.

Ia menekuk lutut sedikit, menstabilkan posisinya. Lalu ia menutup mata mencoba memutuskan diri dari dunia luar, memusatkan pikiran pada satu hal, kendali atas aliran energi dalam tubuh.

Shhkkk… shhkkk…

Suara aliran air memenuhi telinganya, tapi perlahan kesadarannya mulai menyelam ke dalam. Ia menarik napas panjang, menahan, lalu menghembuskannya perlahan. Sama seperti yang diajarkan Boqin Changing, biarkan tubuh menyatu dengan alam, bukan melawannya.

"Kendalikan pikiranmu dulu, baru tenaga dalammu akan patuh…"

Ucapan gurunya bergema di benaknya.

Gao Rui duduk bersila di atas batu yang tertutup lumut, derasnya air menghantam tubuhnya tanpa ampun. Namun kali ini, ia tidak lagi menggigil atau gemetar. Ia memasuki keadaan tenang, membiarkan pikirannya kosong.

Meditasi dimulai. Namun tanpa ia sadari, di balik pepohonan, sepasang mata sedang mengawasinya. Mengamati pergerakannya… dan menunggu saat yang tepat.

Tiba-tiba, aliran udara di sekitar Gao Rui berubah. Naluri hidupnya yang selama ini ditempa oleh Boqin Changing mendadak berteriak memperingatkannya. Seluruh bulu kuduknya meremang. Ada bahaya… cepat, sangat cepat… dan datang dari sisi kanan!

Spontan tubuhnya bergerak. Ia berputar dan melompat ke samping kiri tanpa sempat berpikir.

Brasshhhh!!!!!!

Sesuatu menghantam batu tempat ia duduk bermeditasi barusan. Batu itu hancur berantakan seketika!

Gao Rui jatuh terguling-guling ke arah tanah di samping air terjun. Ia berdiri waspada, air menetes di seluruh tubuhnya, napasnya terengah. Ia merasakan tekanan kuat yang menusuk tulangnya. Tekanan yang sama sekali bukan berasal dari manusia.

“Siapa di sana?!” teriaknya sambil menyapu pandangan ke sekeliling.

Sebuah suara rendah dan bergetar terdengar dari balik kabut air terjun.

Grrrrrhhhh…

Langkah demi langkah, sesuatu keluar dari balik air terjun itu. Tubuhnya anggun sekaligus memancarkan ancaman mematikan. Bulu-bulunya selembut salju, namun aura yang mengitarinya menggetarkan tanah. Di belakang tubuhnya, menjuntai dan melambai perlahan sembilan ekor panjang bergerak seolah hidup.

Mata kuning emas itu menatap Gao Rui dengan tajam, seolah sedang menilai calon korban. Orang yang menyerang Gao Rui adalah seekor Rubah Ekor Sembilan.

Gao Rui terpaku… bukan karena kagum, tapi karena kengerian.

Rubah itu membuka mulutnya perlahan. Air liur menetes dari gigi tajamnya, jatuh ke tanah dan membakar batu seperti asam.

Tes...Tes...Tes...

“Asam…?” Gao Rui menyipitkan mata. “Tidak, itu… racun” wajahnya berubah pucat. Jika tetesan itu bisa membakar batu, maka kulit manusia akan meleleh dalam hitungan detik.

Rubah Ekor Sembilan itu merunduk, siap menerkam setiap saat.

Gao Rui meneguk ludah. Hatinya menjerit.

“Sial aku lupa. Tidak ada guru di sini....”

Rubah Ekor Sembilan itu mendengus pelan. Kepulan asap hitam keluar dari sela-sela taringnya yang berlumuran racun. Sorot matanya semakin tajam, penuh nafsu membunuh. Sembilan ekornya berdiri tegak, bergerak-gerak perlahan seperti bersiap melahap mangsanya.

Gao Rui mundur satu langkah, napasnya tercekat. Keringat bercampur air terjun menetes di keningnya, tangannya tanpa sadar mengepal. Meski ia tahu, apa pun yang dilakukannya sekarang tidak akan berarti banyak. Menghadapi binatang suci dengan kekuatannya saat ini? Itu sama saja bunuh diri.

Rubah Ekor Sembilan itu merendahkan tubuhnya, siap menerkam.

Bruggghhh!!!!!

Tubuh besar itu tiba-tiba menghilang dari tempatnya berdiri. Kecepatan yang benar-benar tidak bisa dijangkau mata manusia biasa!

Gao Rui refleks memutar badan, tapi terlalu lambat.

"Sial....! Dari mana? Kanan? Kiri?! Atas..?"

Belum sempat ia menebak arahnya, wujud itu sudah muncul tepat di hadapannya. Nafas racun binatang itu menyembur langsung ke wajahnya. Bau busuk dan mematikan membuat paru-parunya sesak.

“Kecepatan seperti ini… mustahil…” Gao Rui bergetar.

Ia yakin ini akhir hidupnya. Kekuatan yang ia punya sekarang, bahkan dengan seluruh latihan yang diberikan Boqin Changing… tetap bukan tandingan makhluk di depannya ini. Yang bisa ia lakukan hanya menatap maut yang sedang menerkamnya.

Dalam sepersekian detik terakhir sebelum rahangnya robek oleh taring tajam, wajah seseorang tiba-tiba muncul di kepalanya. Guru… Boqin Changing. Bibirnya bergetar.

“Maaf… aku… melanggar perintahmu… aku lupa kau bilang jangan latihan ke hutan… sendirian…”

Ia tidak menutup mata. Ia menatap ke depan, menerima nasib.

Rubah Ekor Sembilan itu melompat. Rahangnya terbuka lebar, siap mencabik tubuhnya dan pada momen itu sesuatu terjadi.

Duuuummmmm!!!

Ledakan tekanan hebat merobek udara di sekitar mereka! Sesuatu menyambar dari arah belakang Gao Rui dengan kekuatan mengerikan dan menghadang terkaman Rubah Ekor Sembilan

Entah apa yang datang, namun tekanan itu cukup kuat untuk menghentikan serangan mematikan Rubah Ekor Sembilan, bahkan memaksanya mundur beberapa langkah.

Gao Rui membeku. Matanya melebar.

1
opik
mantap
Dewi Kusuma
bagus
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Tooooooops 🍌🍒🍅🍊🍏🍈🍇
Anonymous
makin seruuuu 😍
John Travolta
jangan kendor updatenya thor
hamdan
thanks updatenya thor
Duroh
josssss 💪
Joko
go go go
Wanfaa Budi
😍😍😍😍
Mulan
josssss
y@y@
🌟💥👍🏼💥🌟
Zainal Arifin
mantaaaaaaaappppp
y@y@
👍🏾⭐👍🏻⭐👍🏾
y@y@
👍🏿👍🏼💥👍🏼👍🏿
Rinaldi Sigar
lanjut
opik
terimakasih author
Xiao Han ୧⍤⃝🍌
berjaga
Xiao Han ୧⍤⃝🍌
Dialog tag kan ini? Diakhiri pake koma ya thor (bukan problem besar sih, pembaca lain juga banyaknya pada gak sadar 🤭)
A 170 RI
mereka binafang suci tapi mereka lemah..yg kuat adalah gurumu
Joko
super thor 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!