Di era teknologi yang melesat bak roket, manusia telah menciptakan keajaiban: sistem cerdas yang beroperasi seperti teman setia. Namun, Arcy, seorang otaku siswa SMA kelas akhir, merasa itu belum cukup. Di puncak gedung sekolah, di bawah langit senja yang memesona, ia membayangkan sistem yang jauh lebih hebat—sistem yang tak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kekuatan energi spiritual, sebuah sistem cheat yang mampu merajut takdirnya sendiri. Mimpi itu, terinspirasi oleh komik-komik isekai kesukaannya, membawanya ke petualangan yang tak terduga, sebuah perjalanan untuk mewujudkan sistem impiannya dan merajut takdir dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evolved 2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Buruk
Jarak menuju Toko Merajut Takdir Dunia cukup jauh, sekitar dua kilometer ke utara dari sekolahnya. Ia memutuskan untuk datang malam hari, saat toko dibuka pukul tiga pagi.
Pemandangan kota saat pulang dengan bus kota sungguh mempesona. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, kendaraan terbang melintas dengan lincah, mencerminkan kemajuan pesat Indonesia berkat sistem cerdas yang mengarahkan pembangunan.
Sayangnya kemajuan ini terasa jauh berbeda dengan gambaran kerusakan dan penderitaan akibat perang yang ia saksikan di media melalui panel sistem. Kontras antara kemajuan teknologi dan realita konflik global itu, mengingatkannya kembali pada pengalaman buruk perundungan di sekolah.
Arcy menghela napas panjang. Harapan untuk membantu mereka yang tertindas menyala dalam dirinya. Ia mungkin tak mampu menghentikan perang, tetapi bisa berusaha membantu orang lain.
Arcy singgah sebentar di minimarket untuk membeli minuman, Arcy tak sengaja bertemu seorang gadis cantik. Detak jantungnya berdebar kencang. Kehadiran gadis itu membuatnya gugup.
Saat gadis itu menoleh, Arcy buru-buru memalingkan wajah dan menuju kasir.
Sekeluarnya dari minimarket, dari balik kaca, ia masih memperhatikan gadis itu, terpesona oleh kecantikan dan senyumnya yang menawan.
Arcy tersentak, segera menyadakan dirinya. Saat ia pergi, tanpa disadari gadis itu memperhatikannya.
Di parkiran, sebuah mobil mewah menarik perhatian Arcy. Ia membayangkan memiliki mobil seperti itu suatu hari nanti. Tak lama, gadis cantik itu keluar dari minimarket dan mendekatinya.
"Hai," sapa gadis itu ramah.
"Ha-hai," jawab Arcy gugup.
Keduanya terdiam sesaat.
"A-apa ini mobilmu?" tanya Arcy terbata-bata.
"Um," jawab gadis itu dengan senyum lembut.
"O-oh, mobil yang bagus," puji Arcy.
Gadis itu hanya tersenyum.
Arcy, tak tahu harus berkata apa, pamit undur diri.
Gadis itu hendak memanggilnya, tetapi Arcy sudah berlari menjauh.
Arcy berhenti sejenak mengatur napas. Ia kelelahan setelah berlari cukup jauh.
"Kenapa sulit sekali mendekati seorang gadis? Aku benar-benar payah, menyia-nyiakan kesempatan emas. Apalagi dia sangat cantik... Aarrgh, aku benar-benar payah!"
***
Malam itu, Arcy tampak memperbaiki robot mini mungilnya, teman kamarnya. Wajah gadis cantik yang ditemuinya siang tadi tiba-tiba terlintas, membuat Arcy tersenyum sembari melanjutkan pekerjaannya.
Dahi Arcy berkerut, matanya menyipit. Entah mengapa, gadis itu terasa familiar. Ia berhenti sejenak, menghela napas panjang, menyimpan harapan untuk bertemu lagi. Sepertinya, Arcy telah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Pukul 23.41
Setelah memperbaiki robot mini, META mengambil alih kendalinya.
"Yos..., selesai juga," ucap Arcy, bersandar pada kursinya sambil menarik napas panjang, ia memukul-mukul dada, dadanya kembali terasa sesak. "META, atur alarm jam 02.00."
"Baik, alarm akan berbunyi pukul 02.00," jawab META.
Arcy khawatir, "Bagaimana jika aku sulit bangun? Kekhawatiranku adalah diriku sendiri."
Ia segera mengambil segelas air dari dispenser dan memberikannya kepada robot mini. Arcy meminta META, "Siramkan air ke wajahku lima menit setelah alarm berbunyi."
"Baik, Tuan. Lima menit setelah alarm berbunyi, saya akan menyiram wajah Tuan dengan air dari gelas ini."
"META, siram, jangan dilempar," tekan Arcy.
"Baik, Tuan. Saya akan menyiram wajah Tuan, bukan melemparnya."
Arcy mengangguk. "Bagus. Jam berapa sekarang?"
"Pukul 23.50," jawab META.
"Pukul 23.50? Sebaiknya aku segera tidur."
Arcy menuju tempat tidur, meletakkan robot mini dan gelas berisi air di sampingnya. Ia tertidur pulas pukul 23.54.
Tiba-tiba, sistem mengalami gangguan, dan mati.
Pukul 00.00
Arcy terbangun setengah sadar.
"Di mana... aku?"
Ia terbangun di tempat asing dan aneh. Dengan terkejut, ia menyadari dirinya berdiri di atas lautan luas, di antara siang dan malam.
"Di mana aku?" tanya Arcy dengan ketakutan.
Di kedua sisinya terdapat pulau. Saat mencoba melangkah ke arah pulau di sisi terang, ia tiba-tiba tercebur ke laut. Laut yang semula tenang tiba-tiba bergelombang.
"Apa yang terjadi? Aku harus bangun dari mimpi buruk ini!"
Arcy berusaha keluar dari mimpinya, tetapi tidak bisa, seakan apa yang dialaminya nyata.
Kepanikan dan ketakutan menyerangnya. Tubuhnya kehilangan keseimbangan, dan ia pun tenggelam. Arcy berusaha tenang dan kembali ke permukaan, saat mencapai permukaan ia menarik nafas dalam-dalam, dan berusaha berenang menuju pulau.
Arcy berupaya mencapai daratan, namun gelombang besar menghambatnya. Dengan napas tersengal dan kesadaran yang mulai memudar, ia kembali tenggelam.
Beberapa saat kemudian, Arcy tersentak bangun, terbatuk-batuk setelah menelan air laut. Ia menyadari hari telah berganti malam, dan dirinya terdampar di tepi pantai yang gelap.
Keheranan meliputi Arcy. Ia ingat berenang menuju cahaya, namun malah terdampar di sisi yang berselimut kegelapan.
"Apa yang terjadi?" gumamnya, bertanya dalam hati. "Bagaimana aku bisa berada di tempat seperti ini? Tadi malam aku masih tidur di kamar, kenapa tiba-tiba bangun di tengah lautan..., yang benar saja. Jika ini mimpi, mengapa terasa begitu nyata?"
"Arrgttt! apa yang terjadi???"
Arcy lalu melihat sebuah toko. Di atas pintunya terpampang tulisan: Toko Merajut Takdir Dunia.
"Apa? Mengapa toko ini ada di sini?" Ia mengingat peta yang ditampilkan sistem, lokasi dan tempat ini sangat berbeda.
Arcy memanggil META, tetapi tak ada jawaban.
Bingung dan tak tahu harus berbuat apa, Arcy memberanikan diri memasuki toko tersebut. Saat hendak masuk, pintu terbuka sendiri seolah menyambutnya.