Bagaimana jadinya jika bola dunia membuat seseorang bertingkah aneh?
Bella menjatuhkan bola dunia (Globe), tepat pada kepala Ervan, pria yang dikenal paling bringas dan kejam di sekolah. Benar-benar kejadian yang tidak disengaja.
Namun, saat pertama kali bangun di rumah sakit. Hal pertama yang dilakukan Ervan, memeluk tubuh Bella. Seorang gadis yang memiliki berat badan 99 kilogram.
Pemuda yang mengatakan hal gila."Istriku, aku berjanji tidak akan berselingkuh lagi. Mulai sekarang tidak akan ada orang yang dapat memisahkan kita."
Bella mengangkat sebelah alisnya. Seingatnya mereka tidak akrab, dua orang yang aslinya bermusuhan.
Bagaimana jadinya jika seekor harimau jatuh cinta ada tikus gemuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kiss
Seseorang yang sebelumnya menyajikan minuman herbal pada Bella, memasuki ruangan. Mata orang itu melirik tidak suka ke arah sang mahasiswa rupawan.
"Terimakasih...besok buatkan aku lagi." Bella tersenyum lembut pada orang tersebut.
Ervan terbangun dengan napas tidak teratur. Sebuah mimpi bagaikan ingatannya sebelum waktu terulang.
"Apa kesalahan Bella? Brengsek!" Ervan menitikkan airmatanya. Menatap ke arah jendela yang menampakkan pemandangan malam. Sama sekali tidak akan dapat tertidur malam ini.
Pemuda yang pada akhirnya bangkit. Hatinya sama sekali tidak tenang. Membuka pintu kamarnya sendiri, kemudian melangkah menuju kamar Bella.
Wanita gemuk yang tertidur meringkuk di dalam selimut. Mungkin kelelahan karena program diet ketat yang dilakukan olehnya.
"Bella...aku mencintaimu." Itulah yang diucapkan Ervan dalam airmata penyesalan yang mengalir. Memasuki selimut, kemudian memeluk tubuh Bella erat.
Bagaikan sebuah keajaiban bagi Ervan, Bella membalas pelukannya. Dua orang yang tertidur saling berhadapan. Sesok pangeran rupawan yang memeluk buntalan kentut, itulah yang terlihat sekilas.
Wajah Ervan terlihat tersenyum lebih damai. Bukan karena napsu mencintai Bella. Tapi karena hanya wanita ini yang mengulurkan tangan paling tulus padanya.
Saat malam pengantin sebelum waktu terulang. Bella yang masih gemuk berucap dengan lembut padanya, intinya berterimakasih sudah bersedia menjadi pengantin pengganti, kala Reva melarikan diri di hari pernikahan. Entah kenapa Ervan merasakan saat itu, dirinya dapat berguna dan begitu dibutuhkan oleh seseorang. Mencintai Bella perlahan, bukan hanya karena fisiknya. Tapi karena semua yang ada padanya.
***
Perlahan Bella membuka matanya. Masih terlihat gelap di luar sana. Tapi dirinya harus memaksakan bangun untuk berolahraga. Ingat! Kalimat obesitas bagaikan mengintainya.
Tapi kala matanya terbuka sempurna Bella berkedip beberapa kali."Ervan kalau dilihat dari dekat benar-benar tampan ya?" Batinnya menelan ludah.
Memikirkan kenapa Ervan bisa berada di kamarnya? Berusaha bergerak melepaskan diri dari pelukan Ervan.
Tapi, Bella membulatkan matanya, merasakan benda yang... mencurigakan.
"Bella jangan banyak bergerak. Ini saat yang sulit bagiku." Ucap Ervan masih memejamkan matanya, mempererat pelukannya pada tubuh Bella.
"Ervan, kamu menyimpan apa di sakumu?" Tanya Bella penasaran.
Ervan membuka matanya kemudian tersenyum."Ingin lihat? Kalau ingin lihat, kamu harus bertanggung jawab padaku."
"Bertanggung jawab?" Bella menghela napas, mungkin karena baru terbangun otaknya lambat dalam proses data.
Hingga pada akhirnya wanita itu membulatkan matanya. Menjauh dengan cepat dari Ervan, menyadari benda apa yang ada di saku sang pemuda.
"Ka...kamu..." Bella yang telah berdiri menunjuk ke arah pangkal paha Ervan yang berbalut selimut.
"Kenapa mau melihatnya?" Ervan mengigit bagian bawah bibirnya sendiri."Perlihatkan dulu punyamu."
Sungguh tawaran yang seketika membuat Bella kabur dengan cepat. Gila saja, benda yang disangkanya ada dalam saku, ternyata benda itu. Benda yang harus dihindarinya mengingat dirinya badak kecil tidak berdosa. Dasar harimau laknat.
***
"Kenapa kamu bisa ada di kamarku?" Tanya Bella kala mereka berada dalam lift hendak berangkat ke sekolah.
"Aku tiba-tiba mimpi buruk. Karena itu aku ketakutan." Jawab Ervan menempel pada Bella bermanja-manja.
"Mimpi seperti apa? Apa kewarasanmu sudah kembali?" Tanya Bella antusias, dijawab dengan anggukan kepala oleh Ervan.
"Aku terlalu waras, hingga aku hanya bisa mencintaimu." Kalimat yang benar-benar menusuk relung hati dan kalbu.
"Terserahlah." Pada akhirnya satu kata, singkat padat dan jelas terdengar dari mulut Bella.
"Baik! Jangan marah begitu. Kamu tambah cantik jika marah." Ervan menarik pipi Bella gemas."Sebenarnya aku bermimpi, jika banyak pria yang mengejar dan ingin menjadi kekasihmu. Kalau seperti itu, apa kamu akan memiliki beberapa simpanan?"
Bella sedikit mendorong kepala Ervan yang menempel padanya."Tidak! Kamu pikir aku wanita gampangan pinggir jalan. Aku ingat seperti ibu dan ayah yang hanya setia dan saling mendukung dengan pasangannya."
Pemuda yang menahan senyumannya sendiri. Menghela napas, memang inilah istrinya, Bella. Serupawan apapun pria yang mendekat, tidak ada satupun yang akan digubris olehnya. Wanita arogan dan berkuasa, tapi hanya hidup dengan satu pria.
"Bella, aku cinta kamu. Mau ya jadi pacarku?" Kembali rayuan maut itu terdengar.
Bella mengangkat sebelah alisnya. Hanya menghela napas tanpa memberikan jawaban. Bagaikan malas dengan semua ini. Pernyataan cinta yang baginya hanya ilusi, karena otak orang ini sedang konslet.
"Aku akan ke luar negeri 3 hari lagi, jadi jaga rumahku. Mengerti!?" Ucap wanita gemuk itu menatap sengit.
"Kamu tidak jadi mengusirku? Aku diijinkan tetap tinggal?" Pertanyaan dari Ervan, dijawab dengan anggukan kepala oleh Bella. Pemuda yang dengan cepat memeluk tubuh kekasihnya."Terimakasih! Aku jadi semakin cinta kamu!"
Bella masih tertegun diam, Ervan benar-benar memeluk timbunan lemak erat. Mata pemuda itu melirik ke arah sekitar, tidak ada orang, mall belum buka sepenuhnya.
Melepaskan sedikit pelukannya."Aku belum meminta hadiah kemenangan dari taruhan sebelumnya."
"Hadiah apa---" Kalimat Bella terhenti kala Ervan mencium bibirnya. Hal yang membuat sang badak tertegun dengan betapa buasnya harimau musim kawin ini.
Namun, aroma yang familiar, bibir yang bergerak pelan, membuat tangannya yang hendak mendorong bagaikan terhenti. Dirinya hanya dapat menerima dengan kaku. Sebuah ciuman pertama yang tidak berlangsung terlalu lama.
Hingga pada akhirnya perlahan Ervan melepaskannya penuh senyuman.
Sedangkan Bella menutup mulutnya sendiri menggunakan kedua tangannya. Wanita yang kemudian melarikan diri ke wastafel terdekat guna untuk berkumur.
"Brengsek!" Teriak Bella, merasa sedikit air liur mereka telah bercampur.
"Enak begitu dibilang brengsek. Lain kali aku tambah dosisnya." Ervan tersenyum mendekati Bella.
"Kamu tidak tau malu ya!? Itu ciuman pertamaku! Lain kali jangan lakukan lagi." Peringatan dari Bella dijawab dengan anggukan kepala oleh Ervan.
"Itu juga ciuman pertamaku. Karena itu jadilah pacarku."
Dua orang yang pada akhirnya melangkah menuju sekolah. Wajah Bella terlihat kusut, sesekali memegangi dadanya sendiri yang masih berdebar. Sedangkan Ervan membelai bibirnya sendiri. Bagaimana pun rupa Bella, Bella tetaplah Bella. Istri gemuknya yang menangis berucap terimakasih di malam pengantin. Sebelum waktu terulang dirinya adalah pengantin pengganti, tapi kali ini dari awal Bella adalah miliknya.
"Bella, bisa sisakan sedikit lemak? Nanti saat ke luar negeri jangan pangkas habis ya?" Pinta Ervan kala memasuki mobil.
"Kenapa?"
"Agar tidak terlalu cantik, kalau banyak pria yang mengejarmu, aku yang susah."
"Paling saat aku kembali kamu sudah pacaran dengan Ruby."
"Astaga! Pacarku cemburu! Manisnya!"
"Idih! Narsis!"
Itulah percakapan mereka, tidak seperti sebelum waktu terulang dimana ini adalah hubungan suami-istri yang panas. Cinta yang membara. Kali ini segalanya bagaikan dimulai dari nol, cinta masa SMU yang manis, pelan, dan hangat.
***
Menagih pertanggung jawaban, itulah yang akan dilakukan Erika. Wanita yang datang bersama suaminya, ke rumah calon besan mereka.
kangen buntalan angin
otak konslet ervan brgerk cpt/Grin//Grin/