NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Pembaca Pikiran / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

Lin Hua mengangguk kepada Chong Rui, anak buahnya yang lain, memberikan isyarat agar ia mengawal dan menemani perjalanan keluarganya ke kota dengan selamat. Sementara itu, ia sendiri, bersama dengan Shen Jian yang selalu setia mendampinginya, akan pergi menuju markas rahasia mereka. Di sana, mereka akan mempersiapkan diri untuk memenuhi undangan Kaisar Han Ruo Xun ke istana, sebuah tugas yang mau tidak mau harus ia jalani.

Dengan gerakan lincah, Lin Hua menaiki kuda kesayangannya. Ia memacu kudanya dengan kecepatan sedang, melintas tepat di depan Pangeran Han Yuan dan tangan kanannya, Zheng Bai, yang masih berdiri di depan rumahnya yang kosong. Sebuah senyum sinis terukir di bibir Lin Hua saat ia menatap sekilas wajah Pangeran Han Yuan yang tampak kebingungan. Kemudian, dengan sengaja, ia menjatuhkan selembar kertas tepat saat melewati sang pangeran.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Lin Hua memacu kudanya secepat mungkin, meninggalkan Pangeran Han Yuan yang masih terpaku di tempatnya. Ia berharap, sebelum sang pangeran menyadari isi kertas tersebut, ia sudah berada jauh dari sana. Kertas itu berisi informasi penting mengenai praktik korupsi yang dilakukan oleh beberapa pejabat daerah di Desa Qingquan dari tahun ke tahun. Ia juga menjelaskan bahwa keluarganya sama sekali tidak terlibat dalam jaringan korupsi tersebut, melainkan menjadi korban yang dirugikan oleh tindakan para pejabat serakah itu.

Zheng Bai, yang pertama kali menyadari keberadaan kertas tersebut, segera memungutnya. Ia terkejut melihat kaligrafi yang sangat rapi dan indah menghiasi kertas itu. Meskipun ukurannya sangat kecil, setiap huruf tertulis dengan jelas dan mudah dibaca. "Pangeran," ucap Zheng Bai, dengan nada terkejut sekaligus hormat. Ia segera menyerahkan kertas itu kepada Pangeran Han Yuan.

Pangeran Han Yuan menerima kertas itu dengan dahi berkerut. Matanya menelusuri baris demi baris tulisan kaligrafi yang elok namun berisi informasi yang mengejutkan. Semakin ia membaca, ekspresinya semakin mengeras, rahangnya mengatup rapat. Kertas itu tidak hanya merinci nama-nama pejabat korup, tetapi juga jumlah uang yang mereka gelapkan, serta bagaimana mereka memanipulasi pasokan pedang untuk militer, bahkan merugikan pandai besi seperti keluarga Wei.

"Korupsi... sebesar ini?" gumam Pangeran Han Yuan, suaranya rendah dan penuh amarah. Ia telah menduga ada yang tidak beres, tetapi skala dan detail yang tertera di kertas ini jauh melampaui perkiraannya. Terlebih lagi, informasi bahwa keluarga Wei adalah korban, bukan pelaku, membuatnya merasa bersalah atas kecurigaannya sebelumnya.

Zheng Bai berdiri tegap di sampingnya, menunggu perintah. "Pangeran, apakah kita akan mengejar nona itu?" tanyanya, menunjuk ke arah Lin Hua yang sudah menghilang di kejauhan.

Pangeran Han Yuan menggelengkan kepala. "Tidak perlu," jawabnya, matanya masih terpaku pada kertas di tangannya. "Dia sudah memberikan apa yang kita butuhkan. Informasi ini... sangat berharga." Ia kemudian melipat kertas itu dengan hati-hati dan menyimpannya di balik jubahnya.

"Kita kembali ke ibukota," perintah Pangeran Han Yuan. "Aku perlu melaporkan ini kepada Kaisar secepatnya. Dan Zheng Bai, persiapkan pasukan terbaik kita. Kita akan melakukan penyelidikan mendalam terhadap semua nama yang tertera di sini. Tidak ada satu pun yang akan lolos dari keadilan."

Zheng Bai mengangguk patuh. "Siap, Pangeran!"

Pangeran Han Yuan menatap ke arah jalan yang dilalui Lin Hua. Sebuah senyum tipis, nyaris tak terlihat, terukir di bibirnya. 'Gadis yang menarik,' pikirnya. 'Dia tidak hanya cerdas, tetapi juga berani. Dan dia tahu bagaimana bermain catur.' Ia merasa ada benang merah takdir yang menghubungkannya dengan gadis misterius itu. Pertemuan tak terduga ini telah membuka tabir korupsi yang selama ini tersembunyi, dan ia bertekad untuk membersihkan kekaisaran dari parasit-parasit tersebut.

Di dalam markas rahasia yang tersembunyi dari dunia luar, Lin Hua mendapati dirinya dikelilingi oleh beberapa anggota inti pasukan pembunuh bayarannya. Mereka adalah orang-orang yang paling setia, yang selalu berada di sisinya dalam suka maupun duka, dan yang memiliki ikatan yang lebih dekat dengannya daripada sekadar rekan kerja.

"Ini, aku sudah membuatkannya lebih banyak," ucap Yuwen, salah satu anak buahnya yang paling terampil, sambil menyodorkan beberapa botol kecil berisi cairan berwarna cokelat kemerahan.

Selama beberapa bulan terakhir, Lin Hua telah berkali-kali mencoba membuat tato permanen, namun ternyata bahan-bahan yang digunakan terlalu berbahaya jika tidak melalui proses pengolahan yang lebih mendalam. Oleh karena itu, untuk sementara waktu, ia hanya membuat tato henna dari daun Lawsonia inermis, sebuah solusi sementara yang cukup aman dan efektif.

Lin Hua berencana untuk menggunakan tato henna sebagai identitas resmi organisasinya, sebagai upaya untuk mencegah semakin banyaknya orang yang mengaku-ngaku sebagai anggotanya dan melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Yuwen kemudian mendekati Lin Hua dengan hati-hati, dan dengan lembut menyeka wajah wanita itu dengan kain basah yang sejuk.

Lin Hua hanya diam dan membiarkan Yuwen mulai membuat pola tato henna yang rumit di wajahnya, menambahkan sentuhan warna lain yang terbuat dari bahan-bahan alami yang tahan lama. Bunga lotus, lambang organisasi mereka, menjadi fokus utama dari desain tersebut. Warna merah pekat dari daun Lawsonia inermis benar-benar terlihat sangat indah dan memukau, menonjolkan kecantikan alami Lin Hua.

Mengapa Lin Hua memilih menggunakan henna daripada langsung membuat tato permanen? Tentu saja, alasannya adalah untuk menyembunyikan identitas aslinya. Tidak mungkin bagi mereka untuk terus-menerus berhadapan dengan musuh dengan wajah identitas organisasi yang sama setiap saat. Itu terlalu berbahaya, dan bisa membahayakan keselamatan mereka semua.

Satu jam berlalu dengan sabar, dan akhirnya tato henna itu selesai dibuat. Lin Hua kemudian membasuh wajahnya dengan air bersih, membersihkan sisa-sisa henna yang tidak diperlukan. Gambar yang dibuat oleh Yuwen memang benar-benar indah dan sempurna, sama persis dengan gambar yang terukir di wajah anggota inti lainnya yang akan ikut bersamanya memasuki istana kekaisaran. Tato itu bukan hanya sekadar hiasan, tetapi juga sebuah simbol persatuan, identitas, dan komitmen mereka terhadap organisasi.

Lin Hua menatap pantulan dirinya di cermin. Tato henna berbentuk bunga lotus merah yang menghiasi wajahnya memberikan kesan misterius namun anggun. Kelopak bunga itu melingkari pelipisnya, menjalar lembut ke pipi dan dagunya, seolah menyatu dengan garis wajahnya. Di tengah bunga lotus, terdapat simbol kecil yang hanya diketahui oleh anggota inti organisasi mereka.

"Sempurna," gumam Lin Hua, merasa puas dengan hasilnya. Tato henna ini akan menjadi identitas sementara mereka di istana, sekaligus melindungi identitas asli mereka dari mata-mata musuh.

"Nona, apakah kita sudah siap?" tanya Shen Jian, yang sedari tadi berdiri di dekat pintu.

Lin Hua mengangguk. "Ya, kita berangkat sekarang," jawabnya tegas. Ia kemudian mengenakan jubah hitam panjang yang menutupi seluruh tubuhnya, menyembunyikan identitasnya lebih jauh.

Dengan langkah mantap, Lin Hua dan Shen Jian keluar dari markas rahasia mereka, diikuti oleh anggota inti lainnya. Mereka menaiki kereta kuda yang sudah disiapkan, dan segera melaju menuju istana kekaisaran.

Di sepanjang perjalanan, Lin Hua memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi di istana. Ia tahu bahwa Kaisar Han Ruo Xun memanggilnya bukan tanpa alasan. Pasti ada sesuatu yang ingin ia ketahui, atau sesuatu yang ingin ia minta darinya.

1
Murni Dewita
double up thor
Murni Dewita
lanjut
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hai kak aku mampir
SamdalRi: halo kakak, makasih udah mampir ☺
total 1 replies
Murni Dewita
tetap senangat
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
💪💪💪💪
Murni Dewita
menarik
Murni Dewita
next
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
👣
Andira Rahmawati
kerennn
Andira Rahmawati
lanjutt..crasy up dong thorrr💪💪💪
SamdalRi: Gak bisa crazy up, 3 bab aja ya/Smile/
total 1 replies
Gedang Raja
bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!