Elsheva selalu percaya keluarga adalah tempat paling aman.
Sampai malam itu, ketika ia menjadi saksi perselingkuhan terbesar ayahnya—dan tak seorang pun berdiri di pihaknya.
Pacar yang diharapkan jadi sandaran justru menusuk dari belakang.
Sahabat ikut mengkhianati.
Di tengah hidup yang runtuh, hadir seorang pria dewasa, anggota dewan berwajah karismatik, bersuara menenangkan… dan sudah beristri.
Janji perlindungan darinya berubah jadi ikatan yang tak pernah Elsheva bayangkan—nikah siri dalam bayang-bayang kekuasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Private class
.
.
.
Awalnya Heksa berpikir hanya akan menggunakan Els sesaat saja seperti kedua temannya yang juga mempunyai kelinci peliharaan seperti Els. Tapi begitu melihat kepolosan lahir dan batin gadis itu, Heksa makin ingin terus memilikinya. Lebih dari sekedar untuk mendengar desahannya lalu ia mendapatkan pelepasan yang memuaskan.
Membayangkan akan mencampakan Els setelah ia pakai membuat pikirannya terganggu, ia tidak rela.
Tidak, ia tidak ingin melepas gadis itu. Ia ingin terus memilikinya,
“Then, mau dilanjut? Atau ada yang ingin kamu tanyakan lagi sebelum aku mulai lagi nii,” tanya Heksa terus menggodanya berharap Els bersedia melayaninya lagi sepagi itu. Sayangnya, Els masih tahan godaan.
Ia buru-buru ngeloyor menuju kamar mandi. Tidak mau adegan semalam terulang bahkan sebelum ia mengisi perutnya. Namun, Heksa lebih cepat berhasil menahan lengannya.
Els ingin mengumpat rasanya. Kenapa dia begitu menikmati tadi?
Tok... Tok... Tok
Belum sempat Els mengalihkan rasa yang bergejolak dalam dirinya, suara bel pintu appartemen berdenting. Els hampir melompat kaget, ia menoleh gugup. “Itu siapa? Bukan kak Gwen kan? Kalau dia bisa masuk langsung?” tanyanya panik.
“Buka baju kamu.”
“Ish… itu ada tamu.”
Heksa mendekatkan wajahnya di samping telinga Els. “Buka baju kamu, lalu ganti dengan baju yang lebih tertutup sekarang, Elsheva!”
“Ganti baju? Itu jangan-jangan istri kamu yaa? Tuh kan? Aku ngumpet aja deh!” Els yang panik langsung berdiri modar mandir sambil menggigit bibirnya. Berbeda dengan Heksa yang nampak santai. Pria itu mendorong pelan tubuh Els sampai ke depan walk in closet.
“Nggak usah mikir yang macem-macem. Sekarang ganti baju kamu. Atau, memang kamu mau aku yang gantiin? Kita lanjutin yang tadi?” Els berlari cepat memasuki ruangan di depannya.
Sedangkan Heksa menuju ruang tamu. Ketika pintu dibuka, seorang pria paruh baya dengan seragam koki rapi berdiri sopan membungkukan badannya. “Selamat pagi pak Heksa.”
“Pagi, mari silahkan masuk.”
Heksa membawa chef itu menuju dapurnya, lagi-lagi Elsheva belum keluar dari ruang gantinya.
“Sayanggg… udah belum?”
“I-iyaa. Udah,” sahut Els tergagap, panggilan sayang yang begitu lembut dari mulut Heksa diam-diam membuatnya salah tingkah. Namun begitu membuka pintu, seketika alisnya bertaut, takjub sekaligus bingung. “Itu Chef?”
Menunggu Els berinisiatif mendekat terlalu lama, jadi Heksa yang mengalah. Ia menarik pelan pergelangan tangannya, menuntun menuju dapur. “Perkenalkan chef, my wife. Mohon bimbingannya, buat dia sampai mahir.”
Chef Niko, itulah nama yang tertulis di apronnya. Dia mengangguk sopan, “Baik pak. Mari bu…”
“Aku?” Els menunjuk dirinya sendiri. Setalh ini pasti Els akan mengoceh tidak terima. Sembarangan sekali dia memanggilnya 'bu'.
“Ya, kamu. Ini tugas kedua kamu. Belajar masak. Aku nggak suka makan di luar, jadi kamu harus bisa masak yang enak,” bisiknya pada Els. Suara rendahnya membuat pikiran Els kemana-mana, gadis itu menjauhkan sedikit wajahnya.
“Ohh, jadi masak nih? Tugas aku? Terus kenapa kamu masih minta aku pake baju terkutuk kayak tadi?”
“Terkutuk???”
“Iyaa, itu lingerie hitam.”
“Aku nggak nyuruh kan? Dari semalam juga kamu pake itu. Aku cuma bilang kamu ganti baju. Dari awal juga aku ngomong gitu. Kamu aja yang otaknya mesum ternyata.” Heksa terkekeh keras, menyenangkan sekali rasanya melihat wajah gadis itu tersipu malu.
“Kenapa sepagi ini?” tanya Els lagi.
“Besok kamu sudah bisa kuliah, kalau private class-nya ganti malam gimana? Siang takut ganggu kuliah kamu kan?”
Diam-diam Elsheva menghela napas lega. Ternyata Heksa tidak seburuk yang ia bayangkan. Coba dari awal mengatakan akan ada chef yang datang untuk mengajarinya masak, pasti Els dengan senang hati menyambutnya. Ini malah harus membuat jantungnya meloncat kemana-mana dulu tadi. Els menggelengkan kepalanya cepat, mengusir pikiran mesum, di dalamnya.
"Mm, iya malam aja."
Chef Niko baru saja selesai menyiapkan bahan dari kulkas. Els yang sudah berganti pakaian santai meraih apron di sisi kulkas, memakainnya lalu memperhatikan dengan teliti apa yang chef Niko katakan.
*‘Lebay sekali\, harus membayar private class segala demi untuk bisa membuat istrinya pandai memasak.’*Gumam Els dalam batinnya. Memang benar dia tidak pandai memasak\, namun tidak mengira juga sampai dipanggilkan chef untuk mengajarinya.
Tidak mau ambil pusing, Els kembali fokus memperhatikan step by step yang chef instruksikan. Dia bertekad akan membuktikan kalau semua uang yang Heksa keluarkan tidak akan berakhir sia-sia di tangannya. Els bukan tipe yang suka memanfaatkan orang, harus ada hubungan timbal balik di antara keduanya.
Begitulah pekerjaan Els kedepannya, ia hanya perlu menjaga tubuh dan wajahnya, merawatnya dengan perawatan terbaik, dan rajin olahraga. Dia harus siap melayani Heksa yang biasanya akan menginap saat weekend, atau datang pada siang hari saat ia bisa meloloskan diri dari sibuknya pekerjaan di kantor.
Dewasa itu seru ya Els, yang bangsat cuma prosesnya.
***
Senin pagi selalu menjadi waktu yang cukup sibuk untuk Heksa, apalagi bertepatan dengan dia ada jadwal kunjungan kerja ke beberapa tempat. Pagi-pagi sekali dia sudah selesai mandi dan bersiap untuk berangkat ke kantor. Kalau di appartemen pasti sudah Els siapkan pakaiannya, tapi, karena di rumah ia harus memilih dan menyiapkan sendiri semuanya. Davina tidak setelaten itu menyiapkan keperluan suaminya.
Semalam Els menyelesaikan kelas privat memasaknya sekitar pukul 22:00. Heksa tidak menginap malam itu, ia tetap pulang meski sudah larut.
"Mas, aku mau arisan dirumahnya Bella yaa? Kayaknya sampai sore deh," ucap Davina, istri Heksa.
"Hm, " hanya kata singkat itu yang keluar dari bibir Heksa. Sambil sibuk memilih kemeja.
Manik mata hitam Davina menatap sesuatu yang berbeda dari suaminya tersebut. "Mas, itu bahu kamu kenapa? Kok kayak bekas gigitan,?"
Ahh! Sial, Heksa melupakan itu. Biasanya dia keluar kamar mandi mengenakan bathrope agar bekas gigitan Els tidak terlihat. Pagi ini dia buru-buru jadi keluar hanya mengenakan handuk saja.
Heksa menahan napas, sepersekian detik."Oh, itu... Arash lagi mabuk kemarin kelepasan gigit aku. Tahu kan Arash gimana kalau lagi mabuk?" sahut Heksa santai.
Davina hanya ber-oh ria, ia memang mengenal beberapa teman Heksa termasuk Arash yang suka mabuk-mabukan.
Melihat bekas gigitan Els, pria itu jadi merindukannya. Kilatan insiden panas mereka yang pertama hari itu, kembali menari dalam otak Heksa. Sejak saat itu ia hanya mengunjunginya beberapa kali. Memberikan les privat ala Heksa pada gadisnya, agar semakin mahir dalam menghiburnya.
Beberapa kali melakukan rutinitas adegan panas yang selalu menyita energi itu membuat Els merasa terbiasa dan justru sangat menikmatinya sekarang. Ia bahkan rela mempelajari buku dewasa di sela-sela menumpuknya buku kedokteran. Karena Heksa menuntut gadis itu untuk bisa memuaskannya tidak dengan satu gaya atau tidak hanya diam seperti pohon pisang lalu mendesah. Heksa suka Els yang aktif,
Patah hati akut dari pengkhianatan yang Els terima membuatnya tidak percaya lagi apa itu cinta. Sekarang dia mengabdikan hidupnya untuk Heksa seorang. Tidak hanya dia, ada dua perempuan lain yang dikenalkan Heksa beberapa hari lalu, mereka juga mempunyai pekerjaan sama seperti Els. Kelinci manja milik dua sahabat Heksa. Kebetulan mereka satu fakultas, satu profesi dan satu frekuensi lebih tepatnya.
.
.
.
semangat kakak 🤗🤗