Karya ini orisinal, bukan buatan AI sama sekali. Konten *** Kencana adalah sang kakak yang ingin menikah beberapa waktu lagi. Namun kejadian tak terduga malah membalikkan keadaan. Laut Bening Xhabiru, menggantikannya menjadi istri pria dingin berusia 30 tahun yang bahkan belum pernah berciuman dengan wanita lain sebelumnya. Akankah mereka bahagia dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Air Chery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada apa dengan Bening?
Segara menyeruput kopinya dengan gelisah. Sejak tadi, wajah Bening yang kusut terus menghantui rasa penasaran dan kekhawatirannya.
Sementara Grace terus menempelkan diri di bahu Segara. Segara merasakan risih dengan perlakuan Grace. Ia berusaha menepis perasaan itu, berharap hanya karena lelah dan tidak semangat hari ini. Namun, semakin lama ia bertahan, semakin ingin melepaskan diri.
“Grace, sepertinya aku harus ke perusahaan,” kata Segara sambil melepaskan tangan Grace dari lengannya.
“Apa masalah awak? Kenapa nampaknya ada sesuatu yang membuat awak tidak mahu meluangkan masa dengan saya? Adakah awak mempunyai wanita lain?” tanya Grace, terdengar marah.
“Maaf, Grace. Tapi aku benar-benar harus meninggalkanmu dahulu. Besok aku akan menemui lagi.”
“Tidak bolehkah awak pulang dari kerja dan berjumpa saya di sini semula?”
“Kurasa aku akan pulang terlalu malam. Aku harus bergegas,” kata Segara sambil beranjak. Ia tidak ingin lebih lama berada di kamar hotel bersama Grace.
Grace memperhatikan kepergian Segara dengan wajah masam. Ia tahu kekasihnya memang selalu lebih peduli pada pekerjaan. Namun kali ini, dingin lelaki itu terasa lebih tajam.
“Saya rasa ada sesuatu yang pelik. Hati-hati kalau ada perempuan lain selain aku. Saya akan pastikan wanita itu tidak akan hidup dengan aman jika dia merampas awak dari saya,” gumam Grace.
...🥜🥜🥜...
Bening membiarkan Kencana istirahat dahulu. Kakaknya sedang mengandung, harus lebih memperhatikan kesehatan diri dan bayi.
Bening duduk di tepi kolam renang hotel. Matanya tertuju pada hamparan langit penuh bintang dan bulan sabit. Ia tersenyum kecil melihat bintang-bintang berkelipan, memainkan jarinya, menyambungkan bintang menjadi rasi.
“Bintang-bintang dalam satu rumpun mungkin sebenarnya berjauhan, tetapi dari bumi terlihat berkelompok. Salah satu konstelasinya membentuk kalajengking seperti zodiakmu,” kata suara di belakang Bening. Ia memutar tubuh, ingin tahu pemilik suara itu.
“Hilwa?” gumam Bening ragu. Penampilan Hilwa sedikit berbeda, tapi ia tetap mengenalinya.
“Aku memperhatikan kamu sejak tadi siang. Karena ada pekerjaan, aku baru sempat menemuimu sekarang,” kata Hilwa dengan senyum manis. Senyum yang sama seperti 9 tahun lalu. Bening bagai melihat masa lalu.
“Kamu di hotel ini juga?” tanya Bening, lebih tepatnya salah tingkah bertemu Hilwa setelah 9 tahun.
“Aku sedang melakukan perjalanan dinas, kebetulan kami ada diskusi panel dan simposium di hotel ini,” ucap Hilwa.
“Oh, kalau begitu kita ngobrol di sana,” kata Bening sambil menunjuk kursi dan meja bundar. Hilwa mengangguk, berjalan mengikuti arahan Bening.
“Butuh beberapa menit meyakinkan diriku bahwa yang kulihat tadi siang adalah Laut Bening Xhabiru,” kata Hilwa. Bening tertawa kecil.
“Itu artinya kamu telah melupakan aku,” balas Bening.
“Oh tentu tidak. Aku hanya terpaku denganmu yang dulu. Melihat kamu sekarang, semakin cantik dan kharismamu bertambah memesona,” ungkap Hilwa santai dan lugas.
“Semakin bertambah waktu, setiap orang harus maju dari sebelumnya. Termasuk penampilan,” balas Bening. Hilwa mengangguk, memandangi Bening sekali lagi.
“Apa kesibukanmu sekarang?”
“Aku bekerja di Citra Media sebagai jurnalis bisnis.”
“Wah, bukankah itu cita-citamu dulu? Kamu memang berpendirian,” kata Hilwa.
“Kalau kamu? Menetap di ibu kota?”
“Tidak juga. Sebulan dalam setahun aku ke Indonesia. Aku menjalankan perusahaan teknologi pendidikan yang menyediakan layanan pendidikan: kelas virtual, platform ujian online, marketplace les privat. Aku mendirikan perusahaan ini untuk mendukung kegiatan belajar mengajar berbasis web,” jelas Hilwa.
“Bagus sekali, hal itu menunjang pendidikan. Lingkungan digital saat ini sangat dibutuhkan untuk memperkaya proses pembelajaran,” balas Bening.
“Ya, oh iya, ini minggu pertamaku di Indonesia. Akhir pekan bisa temani aku berkeliling?” tanya Hilwa. Bening mengangkat alis.
“Sayangnya, aku dikejar deadline wawancara edisi pekan depan, harus menyelesaikan dan merevisi draft. Jadi maaf, tak bisa menemanimu,” kata Bening.
“Tidak apa-apa, setelah itu aku masih punya waktu. Karena ada kamu, aku bisa lebih lama di sini,” ucap Hilwa. Bening hanya membalas tertawa kecil.
“Baiklah, aku pergi duluan. Aku sedang bersama kakakku, harus menemaninya,” kata Bening.
“Oh, tapi Ben, boleh aku minta nomormu? Agar bisa menanyakan waktu luangmu,”
“Oh baiklah,”
...🍩🍩🍩...
Di ruang kerja luas, Segara bergelut dengan berkas dan komputer di depannya.
“Pak Segara, saya sudah atur waktu kemarin untuk kau menghabiskan waktu dengan Bening di rumah orang tuanya. Mengapa tadi malam kau minta laporan keuangan Jusa Lapak?” tanya Shaka.
“Untuk memahami dan memperdalam kemajuan perusahaan yang akan kita tanamkan modal,” balas Segara.
“Jusa Lapak menghubungi beberapa perusahaan investasi lain, salah satunya bank penanaman modal asing,” kata Shaka.
“Itu artinya Pak Endra, CEO Jusa Lapak, ambisius dan mungkin agresif. Kita harus bertindak seperti biasa. Jusa Lapak tetap menunggu hasil akhir setiap investor,” ucap Segara.
“Baik. Oh iya, setelah pekan ini, Citra Media akan mewawancarimu,” kata Shaka. Segara menatap Shaka.
“Kurasa itu bukan hal besar, masih cukup lama. Mengapa kau menyampaikannya sekarang?”
Segara menghentikan aktivitasnya, mengangkat alis. Ia tahu kebiasaan Shaka memperhitungkan jadwal.
“Karena jurnalis yang akan mewawancaraimu adalah istrimu, Pak Segara,” kata Shaka. Segara menatap intens. Terdiam sejenak, cukup kaget mendengar pernyataan Shaka.
Segara menelan ludah. Dengan cepat ia bereaksi seperti biasa, menatap monitor dan memainkan jarinya di keyboard.
“Dia menghubungimu?” tanya Segara santai.
“Ya, tapi sepertinya dia belum tahu yang akan diwawancarainya adalah suaminya sendiri. Bahkan dia tidak mengenaliku saat chat di WhatsApp,” kata Shaka.
“Itu karena kau memasang profil hasil chat GPT,” kata Segara, membuat Shaka menahan tawa. Ia ingat foto profilnya adalah gambar anime yang ia desain sendiri di aplikasi chat GPT.
“Oh iya, Grace datang ke Indonesia sejak kemarin. Kau bawakan makanan dan tanyakan hal lain yang dia inginkan. Carikan sesuatu bila dia meminta barang atau semacamnya,” kata Segara.
Shaka mengernyit. Grace adalah pacar pria ini, lalu mengapa harus dia yang merawatnya?
“Kau akan melanjutkan hubunganmu?” bisik Shaka.
“Mengapa tidak.”
“Sepandai-pandainya tupai meloncat …”
“Pasti akan jatuh jua,” sambung Segara.
“Kau harus mempersiapkan diri!” kata Shaka.
“Menunggu waktu yang tepat,”
“Waktu yang tepat untuk melepaskan nona Bening?” bisik Shaka.
“Sejak kapan kau jadi tukang gosip?” ujar Segara, membuat Shaka menutup mulut dan berhenti bertanya.
...🍰🍰🍰...
...Bukan Hasil AI...
makasih banget dee
update, bab ini sangat kenyang
bab ini sangat pendek sedikit😁
ok thax u🙏
karya mu sangat bagus thor,
ga gersang
bening²😆
berani negur segara langsung😅
tapi segara masih cuek guys😂
thx u thor 🙏