Dunia hiburan jadi tempatnya bermain, ia lah pekerja di belakang layar suksesnya penampilan para artisnya. Orang yang mengorganisir segala sesuatu agar tertata dengan indah dan rapi, orang yang di tuntut untuk sempurna agar menyempurnakan artisnya. Artisnya yang salah, ia yang bertanggung jawab.
Helena Cady, wanita ceria 28 tahun yang sejak awal usia 20an sudah bergabung dengan Huge Ent, sebuah agensi hiburan besar di Mithnite, dalam waktu lima tahun ia berhasil menjabat sebagai manager seorang artis besar yang dinaungi oleh Huge Ent.
Dan ia tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan menjadi pemecah hubungan baik, antara member kakak dan adik di sebuah boy grup terkenal NEMESIS, yang terdiri dari 5 orang pria tampan. Helena terjebak cinta segitiga diantara dua member Nemesis dan semua kerumitan di dalamnya.
🍁🍁
Yuk, kepoin yeorobun 💜
Borahae 💜💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Toddler
Ps : Huge Ent adalah Agensi, Nemesis adalah Boy Group, dan Villain adalah Fandomnya Nemesis.
Pov Theo :
Hampir 8 tahun Nemesis debut, gua sebagai main visual, gua cakep men, satu dunia ngaku, lu tanya aja Villain pasti mereka serentak bilang 'IYA', tapi member tertua di grup ini Yogie, yang terkenal dengan sebutan kulkasnya Nemesis, pagi ini kayaknya si kulkas itu lupa di colok. Gua sampe ngucek - ngucek mata, mastiin gua ngga salah liat.
Dia senyum, senyum tipis ketika cewe gua yang aduhai ini ngasih dia susu kotak. GUA KESEL. Gua paling ngga bisa liat Helena ngomong sama cowo lain, entah emang gua kelainan atau memang terlalu cinta gua juga bingung. Pokonya ngga boleh, cewe gua ngga boleh ngomong atau deket siapapun selain GUA.
🍁🍁
Terbentuk lengkungan indah di bibir pria putih pucat yang sudah di beri lipstik itu. Theo langsung overthinking karena bisa di hitung jari berapa kali ia melihat Yogie tersenyum selama mereka bersama sudah 9 tahun ini. Kali pertama ia melihat Yogie tersenyum ketika Nemesis meraih penghargaan pertama mereka sebagai boy group rookie terbaik setelah 2 tahun sebut, lalu kemudian setahun sekali setelahnya karena mereka menang perhargaan setiap tahunnya, hanya itu.
Makanya ia cukup tersita perhatiannya melihat Helena, kekasihnya menjadi salah satu alasan Yogie tersenyum, sepele sekali senyuman mahal itu hanya untuk se kotak susu stroberi. Yogie memang tidak memandang Helena berlama-lama, tapi tetap saja Theo tidak suka. Helena hanya miliknya kan?
Lalu setelah 15 menit berkendara mereka tiba di lokasi konser nanti malam, mereka melewati jalur khusus agar tidak dikerubungi fans. Kemudian Helena melakukan semuanya seperti biasanya, cek panggung, cek logistik artisnya dan lain sebagainya. Ia menyelesaikan bagian Theo secepat yang ia bisa karena harus memperhatikan Yogie juga.
Image kasar Theo kepada manajernya sudah tersebar di seluruh staff, ia terkenal ramah kepada semua orang kecuali manajernya. Hal itu sepertinya memang mereka sepakati bersama agar kedok pacaran itu tertutup dengan rapat, tanpa mengundang curiga siapapun, dan ternyata cara itu ampuh sekali, buktinya mereka sudah hampir dua tahun berjalan. Meski terkadang Helena terkejut atau ilfeel karena teriakan Theo terlalu keras, sepertinya itu masih bisa ia maklumi toh kesepakatan mereka begitu kan? Meski bicaranya kedengaran selalu nyelekit diluar, aslinya Theo adalah pria soft spoken dan setia pada kekasihnya. Itu yang membuat Helena nyaman dengan pacaran diam-diam ini.
Tapi satu yang selalu ia sayangkan, Theo agak posesif. Kesalahan yang sangat fatal jika Helena berbicara dengan pria lain terlalu lama, apa lagi sampai skin ship misalnya saking semangatnya bercanda sampai menimpuk bahu lawan bicaranya, misalnya seperti itu. Ketika Helena sadar dari tawa seru nya, ia akan mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan disana lah ia menemukan mata tajam macannya Nemesis sedang tertuju lurus ke arahnya, lalu ia langsung terdiam, karena setelah itu akan ada omelan panjang yang harus ia dengarkan.
Sama seperti hari ini, ia sadar Theo akan sangat kesal jika ia berlama-lama dengan Yogie, apa boleh buat kesuksesan konser malam ini lebih penting ketimbang omelan Theo. Jika konser malam ini kurang baik, maka bukan hanya dirinya yang kena dampak, tapi seluruh Huge Ent.
🍁🍁
Para member sedang mempersiapkan diri mereka di backstage dengan staf masing-masing termasuk manajer mereka. Lima tahun belakangan Huge Ent membuat kebijakan baru untuk semua member Nemesis, satu artis satu manajer, jadi ada empat lagi yang seperti Helena.
Berhubung manajernya Yogie benar-benar sakit dan sampai di rawat dirumah sakit, ia meminta tolong Helena untuk mengurus dirinya juga.
Jangan tanya bagaimana wajah tampan Theo itu kini seperti hendak menerkam sesuatu. Tidak tanggung-tanggung, tidak hanya bicara lama dengan pria lain, Helena bahkan mengurus Yogie sama seperti Helena mengurus dirinya. Seperti sekarang, karena keluhan Yogie yang katanya lapar, tidak cukup dengan sandwich yang tadinya ia makan di mobil, Helena menyuruh seorang staff untuk membelikan makanan lengkap.
"Ayo kak... Buka mulutnya."
Deg
"Hah?", Yogie bingung, jantungnya berdebar, tapi setelan wajahnya tetap datar.
"Ayo aku suapin. Kalo kamu makan sendiri ngga akan keburu, kamu di make up, di hair do, kepala kamu gerak-gerak nanti bikin lama. Ayo buka mulutnya."
Yogie pun akhirnya membuka mulutnya dan begitulah ia diperlakukan Helena, se totalitas itu. Tidak ada yang heran, tidak ada yang merasa itu adegan yang wah, karena selama ini Helena juga begitu kepada Theo, menyuapinya makan ketika di persiapkan untuk naik ke panggung sudah hal biasa ia lakukan, apalagi ini Yogie yang tidak susah di atur. Tapi wajah kesal pria tampan lainnya di sudut sana benar-benar tidak bisa ditutupi lagi. Sejenak Yogie seperti sengaja meliriknya ketika disuapi Helena, cemburu dan kesalnya meninggi.
"HELENA...!!!". teriak Theo.
Seluruh staf saling lirik satu sama lain, seolah sudah paham bahwa tuan muda Theodore kumat lagi.
"Iya, sebentar." Jawab Helena santai, mengelap bibir Yogie dengan tisu yang baru selesai makan.
"HELENA.....!!!". lagi.
"Udah kan kak? Ada lagi? Nanti panggil aku ya, kalau butuh sesuatu, aku mau urus anak monyet itu dulu." serunya setengah berbisik.
Detik itu juga Yogie tertawa lirih, tapi menunjukkan gummy smilenya yang indah.
Deg
"Dia bisa ketawa ternyata, cakep bener." batin Helena yang membalas tawa itu dengan senyuman tipis.
Bukan hanya Helena yang terkagum, staf yang didekatnya yang melihat adegan itu sama speechlessnya. Baru kali ini, Yogie Nemesis terlihat seperti manusia, bukan patung lagi. Juga Theo yang sampai mangap.
Yogie ketawa?
.
.
"Aku kesana dulu ya, Kak." Ucap Helena ditanggapi anggukan dan senyuman oleh Yogie lalu ia pergi.
"Prengat-prengutnya ntar aja ya sayang, konser terakhir ini harus sukses, aku siap denger semua omelan kamu malam ini, I'll come to your bed to night." serunya sangat lirih dengan kedok membetulkan pakaian Theo sambil ditepuknya pelan.
Wajah yang tadinya sudah kusut bak tumpukan pakaian yang belum setrika seminggu, tiba-tiba terlihat tenang dan biasa saja.
"Nah... gitu dong, kan langsung pengen gua kokop sekarang juga...h.. ".
"Akh... ", pekik Theo karena Helena mencubit bokongnya berikut pipinya pun ikut memerah.
🌵
Sekarang stadion terbesar di Seleste Ville, Seleste Bowl sudah di penuhi Villain, orang-orang yang menyebut diri mereka penggemar Nemesis. Stadion besar yang mampu menampung lebih dari 80.000 orang itu sudah riuh dengan teriakan-teriakan para Villain yang excited akan bertemu dengan idola mereka.
Hijau neon adalah warna kesepakatan antara Nemesis dan Villain, bias cahaya itu sudah memenuhi seluruh stadion karena hampir semua Villain mempunyai lightstick Nemesis. Helena sudah duduk di kursi khusus yang berdekatan dengan kameramen. Ia tidak ikut bersorak-sorai seperti Villain dibelakang sana, ia tetap duduk tenang dan siaga memperhatikan dua artis yang menjadi tanggung jawabnya hari ini.
Theo dan Yogie.
Seperti biasa penampilan Nemesis tidak pernah tidak membuat riuh stadion manapun yang mereka datangi. Meski tidak terlalu muda lagi seperti boy group lainnya, tapi Nemesis tetap populer bahkan posisinya selalu berada di atas boy group lainnya. Bagaimana tidak wujud mereka yang seperti dewa Yunani itu, suara merdu, fans service yang totalitas, juga koreo mereka yang mumpuni, membuatnya selalu di elu-elukan dimana pun. That's Nemesis.
"Ahh.. Cowo gua cakep nya ngga ngotak, bisa-bisanya dia ngejar-ngejar gua yang spek kentang mekdi ini." Batin Helena tersenyum lebar melihat kekasihnya melayangkan flying kiss ke arahnya.
Ahh Theodore...
Setelah sumringah sendiri dibawah sana, pandangannya teralih pada sosok lain yang ia jaga hari ini, Yogie. Pria yang sedikit lebih pendek dari Theo itu terlihat lebih putih dari biasanya dan geraknya pun lambat, koreo mereka yang seharusnya energik terlihat ogah-ogahan dibuatnya, melihat hal itu Helena semakin mendekati panggung dan mengikuti kemana pun gerak Yogie, lalu penerangan di atas panggung redup total, itulah kesempatan bagi Helena untuk mendatangi dan memeriksa artisnya yang kini sudah melangkah ke backstage.
"Kak... Kenapa?". Helena mendatangi Yogie disaat tidak ada seorang pun yang memperhatikan keadaannya.
Yogie hanya terdiam menatap wajah cantik yang selalu dibalut make up super tipis itu. Wajahnya kuatir dan serius sekali, keningnya sampai berkerut.
"Kak, pusing ya? Hah? Gimana? Ada yang sakit?", panik Helena karena Yogie hanya diam seperti orang linglung sambil menempelkan punggung tangannya ke kening Yogie yang berkeringat itu untuk memeriksa apakah suhunya normal atau tidak.
"Kak Yogie... ".
"Haa? Ahh... Aku lemes banget Hel, ada yang manis manis ngga?".
"Manis? Ah bentar-bentar... ", Helena berlari ke loker di pojok ruangan tempat ia menyimpan barangnya dan barang milik Theo, ia mengambil sebatang coklat dari pouchnya dan langsung berlari kepada Yogie lagi tanpa memperhatikan ada tatapan membunuh dari pojok sana.
Helena yang bahkan tidak mengingat lagi mana artisnya terus memperhatikan Yogie, selain ia takut artisnya sakit, ia takut konser terakhir ini tidak memuaskan karena tanpa hadirnya Yogie pertunjukan di atas panggung tidak akan sempurna, karena dia adalah rapper satu-satunya di Nemesis.
Syutt... Seorang staf menyikut pelan lengan Helena, agar memberikan perhatian ke sudut ruangan.
"Astaga... Aohhh.. Aku lupa ternyata anakku ada dua hari ini." Keluh Helena.
"Iya, satunya anak monyet." Balas Yogie pelan tapi masih sanggup terdengar Helena dan staff yang berada disampingnya.
"Pppfttt... Kak... ", ringis Helena menahan tawa.
Pandangan tajam itu terus menusuk Helena yang melangkah mendekat, tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai, Theo langsung beranjak dari tempat duduknya dan melangkah keluar ruangan.
Hal itu langsung mendapat perhatian dari seluruh penghuni ruangan, baik dari seluruh member Nemesis maupun manajer-manajernya.
"Itu anak kayak cewe mens aja tiap hari ya, heran gua... ", celetuk Jimmy.
"Sabar-sabar ya, Hel... Kita do'ain aja semoga beliau segera dipanggil." timpal Hose yang memang kadang mulutnya tidak punya saringan.
"Heh... Kamu berdosa banget kak. Hahaha... Aku udah biasa, ntar juga baik sendiri. Bentar ya aku samperin dulu, maklum toddler." Balas Helena lalu keluar ruangan.
"Gebrakan apa lagi sekali ini?", batin Helena mengikuti Theo yang masih kelihatan punggungnya masuk ke sebuah ruangan di pojok lorong.
Klek...
"Theo... ", serunya pelan membuka pintu sedikit dan memasukkan kepalanya saja untuk mengintip.
Terdengar suara grasak grusuk didalam sana, dengan yakin ia masuk ke dalam sana. Itu pasti Theo karena dengan jelas ia melihat Theo masuk.
"The..."
.
.
.
TBC ... 🌵