Pagi yang cerah di suatu pulau bagian utara Jawa, desiran ombak dan suara burung-burung pagi sudah menghiasi dermaga, beberapa nelayan yang baru pulang melaut sedang memilah-milah hasil tangkapan, seorang pemuda yang tegap dan gagah terlihat sibuk dengan perahu cadiknya.
“hoooyyy... Wahai laut, hari ini aku akan mengarungimu, aku akan menjadi penjaga laut Kesultanan, kan ku berantas semua angkara murka yang ingin menjajah tanah Jawa, bersiaplah menerima kekuatan otot dan semangatku, Hahahaha..
”Rangsam berlayar penuh semangat mengarungi lautan, walau hanya berbekal perahu cadik, tidak menurunkan semangatnya menjadi bagian dari pasukan pangeran Unus. Beberapa bulan yang lalu, datang Prajurit Kesultanan ke pulau Bawean, membawa selembar kertas besar yang berisi woro-woro tentang perekrutan pasukan Angkatan laut pangeran Unus Abdurrahman, dalam pesan itu tertulis bahwasanya pangeran akan memberantas kaum kuning yang selama ini sudah meresahkan laut Malaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dimas riyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEKACAUAN
Mereka berdua duduk di kursi dekat perapian, Arthur tidak berbicara sepatah kata pun, Anne kesal, kemudian ia memulai pembicaraan.
“Hey, kenapa kau kemari?”
“karna aku mencintaimu” jawab Arthur singkat.
Senyum Anne merekah, ia mendekatkan kepalanya ke Arthur “coba katakan lagi”
“kurasa itu sudah cukup, dan telinga mu kurasa baik-baik saja” jawab Arthur sambil mengelap keringat.
“Baiklah, kau harus menikahi aku” kata Anne, “dan kau barusan menyarankan keluar dari koloni, kau harus bertanggung jawab atas ucapanmu, kami berdua bergantung padamu”
“besok aku kesini lagi, aku datang membawa kabar baik, sekarang aku pamit dulu” Arthur berdiri hendak pulang, namun lagi-lagi Anne memeluk Arthur, kali ini Arthur tidak canggung lagi.
“Arthur, terimakasih sudah datang”, bisik Anne yang tenggelam dalam pelukan Arthur, Arthur mengusap rambut Anne yang panjang, lalu mencium keningnya, “aku sangat mencintaimu Anne”.
Jim masih memikirkan apa yang dikatakan Mayor Neville, ia takut terjadi teror yang tidak menyenangkan, kemudian Jim memikirkan saran dari Arthur, tapi tidak mudah juga untuk keluar dari koloni, di sini ia dan Anne sudah nyaman namun jika kenyamanan diganggu oleh beberapa orang, maka tidak ada salahnya hijrah ke tempat yang baru, tapi ke mana mereka akan pergi. Pikiran Jim saling berdebat, bagaimana ia harus bertindak, ia hanya menunggu kedatangan Arthur saja, seperti pesan yang di sampaikan Anne kemarin, Arthur memiliki solusi soal ini.
Beberapa jam sudah berlalu, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, Arthur datang dengan membawa secarik kertas, wajahnya terlihat puas, Jim dan Anne semakin penasaran.
“ Aku lega kau datang nak” kata Jim, “lantas, apa yang kau bawa saat ini?”.
“aku membawa kabar baik, ini untuk berjaga-jaga saja” belum selesai Arthur menjelaskan, Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari luar, rupanya ajudan Lie.
“Tuan !! Tuan!! Gawat tuan, taman belakang rumah ada yang merusak, dan aku menemukan mayat ajudan Xie di sana”
Jim sangat terkejut, ia berdiri dan hendak melihat sendiri, dan benar saja, ajudan Xie sudah terbujur kaku diantara puing-puing taman yang hancur.
“Ya tuhan, apalagi ini” jim terkejut. “Aku tidak pernah mencelakai orang lain, kenapa aku harus menerima perlakuan seperti ini, dan kenapa mereka tega membunuh Xie, keluargaku yang berharga”, Jim bersimpuh di samping mayat ajudan Xie, ia menangis sejadi-jadinya, Anne yang melihat itu dari jendela rumah ikut menangis, tapi ada Arthur yang menenangkan.
Belum selesai dengan keterkejutan itu, dari arah semak-semak terlontar berondongan peluru bertubi-tubi, ajudan Lie dan Jim tiarap, Anne dan Arthur langsung menjauh dari jendela.
Ajudan Lie mengeluarkan tarkul nya, membalas tembakan se kena nya ke arah semak-semak, selang beberapa lama terdengar suara orang berlarian dari semak-semak, Arthur sudah keluar dengan membawa senjata laras panjang, menembak ke arah semak-semak yang sudah sepi, dengan perlahan Arthur mendekati tempat tujuannya, ajudan Lie bangun dan mengikuti Arthur, mereka memeriksa semak-semak tadi, lantas terkejut dengan mayat seorang laki-laki Tionghoa bertopeng opera, rupanya tembakan ajudan Lie mengenai salah satu dari mereka.
Ajudan Lie dan Arthur memeriksa mayat tersebut, Jim yang baru bangun dari tiarap turut mengikuti, keadaan menjadi tegang, ajudan Lie membuka topeng mayat pria itu, ia agak terkejut, rupanya ajudan Lie mengenali mayat itu, Tjia lung, seorang pembunuh bayaran dari selatan, ia juga tergabung dalam organisasi pemberontak Tiongkok yang anti kolonial dan Kekaisaran.
“ Aku mengenal orang ini tuan, dia Tjia lung, orang selatan, kemungkinan ada yang menyuruhnya, aku bisa menyelidikinya”
Wajah Jim menjadi pucat pasi, walau tidak hanya sekali ia mengalami hal seperti ini, selama di militer ia sudah sering melihatnya, namun jika sudah menyangkut Anne, semua terasa lain.
Arthur mencoba menenangkan, memapah orang tua itu ke dalam, ajudan Lie mengutus salah satu pembantu rumah untuk meminta bantuan orang-orang yang bekerja di kapal Jim di pelabuhan, selang satu jam mereka sudah datang, dipersenjatai guna menjaga rumah mantan Letnan Jim Watson.
Jim, Arthur dan Anne kembali berdiskusi, kali ini keadaan semakin mencekam.
“Arthur, ayah sangat bergantung padamu tentang keselamatan Anne, adakah solusi darimu” kata Arthur sambil memegangi wajahnya.
“aku membawa peta wilayah selatan ayah, aku dapat dari seorang saudagar besar dari Jepara, katanya wilayah mereka aman, jarang sekali orang-orang yang mempunyai senjata, bahkan hanya pegawai kerajaan yang punya”
“baiklah kalau itu memang solusi yang terbaik, ayah mengikuti saja, sesampainya di sana, ayah akan menikahkanmu dengan Anne, semoga kehidupan kita tentram di selatan”
“terimakasih ayah atas kepercayaanmu, yang sekarang aku pikirkan adalah keselamatanmu dan Anne, besok kita mulai berlayar, aku harus pamit dulu kepada keluargaku”
Anne merasa sedih sekali melihat kondisi ayahnya, matanya sembab, ia terus memeluk lengan ayahnya, Arthur menyerahkan secarik kertas tadi pada Jim, dan ia pamit untuk pulang.
“kuharap besok ayah dan Anne sudah bersiap di pelabuhan, bawa perbekalan yang cukup, kemungkinan tiga bulan kita akan berlayar”, Arthur undur diri dengan masih membawa senjata laras panjang milik Jim.
Malam hari pun tiba, keadaan semakin mencekam, ada sekitar tiga puluh orang yang berjaga di rumah Jim, mereka semua dipersenjatai, Jim dan Anne tidak bisa tidur, mereka terus terjaga, Anne malam ini tidur di kamar Jim, mereka berdua terus waspada, dan benar saja, belum lama mereka hendak memejamkan mata, suara tembakkan dan teriakkan mulai terdengar, Jim tiarap, begitu pula dengan Anne, sepertinya salah satu anak buah Jim ada yang tertembak, suara derap langkah menaiki tangga, tidak berselang lama terdengar suara ketukan di daun pintu.
“Siapa?” seru Jim. “ini aku tuan, Lie hung lai”.
Jim mengintip dari lubang kunci, dan benar saja, ajudan Lie sudah berdiri di depan pintu, Jim membukakan pintu.
“Bagaimana keadaan di luar Lie?”
“di luar sangat genting tuan, lima orang dari kita berhasil ditumbangkan, tapi tuan jangan khawatir, semua akan baik-baik saja sampai fajar nanti”
“Baiklah, aku percaya padamu, tolong jaga keselamatan kami”
Hingga fajar menjelang serangan datang bergelombang, delapan orang anak buah jim tewas, dan sepertinya mereka menemukan mayat penyerang, jumlahnya ada dua belas, kemungkinan mereka semua tumbang di tangan ajudan Lie.
Anne dan Jim mengemasi barang-barang yang sekiranya perlu. Jim tidak habis pikir, kenapa begitu kejamnya orang yang telah membuat mereka seperti ini, padahal mereka tidak pernah menyakiti siapapun, hatinya condong kepada Mayor Neville, karena setelah kejadian itu serangan demi serangan datang ke rumah Jim.
Mereka pun tiba di pelabuhan, di Sana sudah ada Arthur dan anak buahnya, mereka semua bersenjata.
“Bagaimana Arthur, apakah semuanya aman?” tanya Jim.
“Semua terkendali sejauh ini ayah”
“Arthur, ayo kita pergi sama-sama” Anne memegangi tangan Arthur.
“iya Anne kita akan pergi bersama, sekarang kau dan ayah segera naik, aku akan menyusul belakangan”
Anne melepas genggamannya sambil memandang wajah Arthur, seakan tak mau kehilangan pemuda yang ia cintai.
Baru saja Anne dan Jim menaiki anak tangga, serangan pun datang kembali, kali ini dengan jumlah yang lebih besar. Dari setiap gang bermunculan orang-orang bertopeng, tembakan dan luncuran anak panah menghujani mereka, beberapa anak buah Jim tumbang, Arthur terus meng komandoi mereka.
“Anne, ayah, cepat kalian masuk ke dalam kapal!!, Frank, kau ambil alih kemudi!!”
Layar terkembang, kapal perlahan melaju, meninggalkan pelabuhan yang kacau, Anne menangis berteriak sejadi-jadinya, karena Arthur belum juga naik ke kapal. Pertempuran masih berlangsung, kini kedua kelompok sudah saling bertemu, peperangan sekarang menggunakan pedang, satu-persatu anak buah Jim dihabisi, Arthur masih bertahan, namun dari belakang sabetan pedang tak bisa ia hindari, Arthur roboh, Anne yang menyaksikan tidak bisa berkata apa-apa lagi, matanya nanar melihat tubuh Arthur jatuh bersimbah darah, seketika Anne pingsan tak sadarkan diri, Jim hanya menangis memeluk tubuh putrinya.
“tuan, cepat masuk, jarak kita belum a..”
Frank belum selesai dengan kalimatnya, sebuah anak panah sudah menembus kepalanya, Jim menyaksikan dengan terbelalak, cepat-cepat Jim menyeret tubuh Anne yang pingsan dan membiarkan Frank meregang nyawa.
Kapal melaju dengan pasti, meninggalkan pelabuhan Shanghai menuju wilayah selatan, Jim mengambil alih kemudi, hanya dia dan putrinya saja, mengarungi lautan demi kehidupan yang baru, demi sebuah keselamatan yang sangat berharga, tidak ada pengejaran dari pihak musuh, beberapa menit kemudian, pemandangan berubah, yang ada hanyalah lautan yang seakan tak bertepi, kini nasib mereka berdua dipertaruhkan.