NovelToon NovelToon
Doris Hart 2

Doris Hart 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perperangan / Cinta Murni
Popularitas:858
Nilai: 5
Nama Author: Febby Sadin

Sebuah kisah tentang seorang yang telah dikutuk menjadi Tua sejak lahir. Dimana segala yang melekat dalam dirinya mengandung misteri di balik apa yang membuatnya berbeda.....

Novel Doris Hart 2 ini merupakan kelanjutan kisah dari Doris Hart yang pertama.

Kutukan, Sihir dan Cinta selalu berkecimpung di dalam kehidupannya.....

Dapatkah Doris hidup dengan Uzda Masson seorang yang telah membuatnya berubah menjadi sosok manusia yang sesuai dengan usianya seperti sekarang ini?

Uzda yang di cintai nya belum pernah dapat bersama dengan Doris karena banyak hal yang menghalangi keduanya. Apakah itu? dan bagaimana kah Doris menghadapi nya?

Baca kisahnya sampai tamat! tinggalkan jejak kalian yang membaca kisah ini dengan cara dukung author melalui vote, nilai, like, subscribe, follow dan komentar.

Disarankan untuk membaca Doris Hart yang pertama dulu ya 😊

happy reading 😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mata Biru

Tangannya sibuk membuka tiap lembaran buku yang kini ada di tangannya. Buku yang telah selesai dibaca Thorn. Buku tentang sejarah, termasuk salah satu buku kesukaan ayahnya itu.

Berkali-kali dia menyunggingkan senyum membaca isi dari buku itu. Dan berkali-kali pula dia menggeleng.

"Hem! Mana mungkin ada kisah cinta yang begitu sejatinya seperti itu! Tidak mungkin!" pekik Doris, sambil meletakkan kembali buku milik ayahnya itu.

Lalu berjalan ke dekat jendela, hatinya mulai gelisah bila kedua matanya terus melihat ke apartemen Uzda. Ingin rasanya dia menjerit sekeras mungkin, bukti akan penderitaannya di siksa oleh kerinduan akan sosok seorang muslimah.

Kedua matanya menatap sayu nanar, bila dia membandingkan akan cintanya dulu pada Aivrle dengan Uzda. Perlahan dia pun menggeleng, dia baru menyadari akan perbedaan Aivrle dengan Uzda. Padahal sebelumnya dia selalu menganggap sama antara cinta keduanya, terlebih lagi dulu dia lebih mencintai Aivrle daripada Uzda, karena dia menganggap Aivrle adalah seorang perempuan pertama yang membuatnya mendapatkan jati diri di mata masyarakat. Tapi ternyata semua itu salah, kini dia benar-benar tak menyangka dengan semua kenyataan akan cintanya.

"Mengapa aku seperti ini? Mengapa kau begitu membuatku terpuruk Uzda? Mengapa kau begitu berpengaruh dalam hidupku? Bukankah kau hanyalah perempuan sederhana yang selalu berlalu lalang ke masjid Al-'Alam? Tapi, mengapa kau begitu menyiksaku bila tidak ada kau di sudut kota ini? mengapa kau berbeda?" ucap Doris lirih, sambil mengusap air matanya yang tanpa terasa membasahi pipinya.

Lama dia hanya berdiri menunduk, tangannya juga terus memijat kening, dia berpikir.

"Masjid?!" pekiknya tiba-tiba.

"Ya... Mungkin benar kata ayah. Dan.... bukankah bila aku berada di dalam masjid aku selalu tenang, meski Uzda tak kunjung pergi dari bayanganku? Dan... Bukankah biasanya jam seperti ini aku masih berada di dalam masjid? Ya, mungkin karena aku terus melihat i apartemen nya yang membuatku semakin merasa tersiksa! sebaiknya sekarang juga aku pergi!" ucapnya, lalu masuk ke dalam kamar, berganti pakaian yang sedikit tebal, karena di luar rumah dia melihat cuaca mulai menusuk kulit, meski tak turun salju. Setelah itu pun, dia langsung pergi.

...****************...

Doris berdiri terdiam di depan Masjid Al-'Alam. Dia merasa kebingungan, seolah kakinya tak ingin memasuki masjid yang tepat disamping kanan rumahnya itu.

"Sepertinya.... lebih baik aku ke masjid yang lain ...." ucapnya lirih, sambil melihat masjid Al-'Alam dan apartemen Uzda secara bergantian.

"Bila aku di masjid ini, aku akan tetap tersiksa....karena setiap aku menoleh ke luar masjid, aku akan teringat lagi tentangnya...." dan perlahan dia pun mengangguk.

"Ya, aku harus bisa secepat mungkin melupakannya, meski ku tahu tak akan pernah bisa!" lalu dia menatap ke langit yang terlihat gelap itu.

"Bismillah! tolong aku, Allah!" ucapnya.

Dia pun berbalik badan dan menoleh kanan kiri menunggu angkutan umum lewat. Dan tak lama, tangannya pun langsung melambai ke tengah jalan, lalu dia pun menaiki angkutan umum.

"Terima kasih, pak..." ucap Doris.

Lalu angkutan umum pun melaju menjauhi Doris. Setelah sampai di tempat tujuan.

Doris menyunggingkan senyum indah, saat kini dia lihat masjid megah di depannya itu. Masjid yang ada di daerah Komberg. Masjid Al-Adli, masjid yang belum pernah di datanginya, dan masjid itu lah masjid yang ingin dia tunjukkan kepada Uzda.

Dan seketika mengingat semua itu, dia langsung menggeleng. "Aku mengingat dia lagi!" pekiknya. Lalu dia pun mulai melangkah memasuki masjid, sambil tetap menggeleng.

"Oh, Uzda... mengapa kau terus melayang di ingatan ku?" ucapnya lirih.

Namun tiba-tiba dia begitu terkejut, sampai membuat suaranya terasa tercekat, kedua matanya menatap tak berkedip, langkah kakinya berhenti seketika, dan angin pun seolah berhenti bergerak, hanya obyek yang kini telah membuatnya seperti itu saja yang tetap bergerak, dan kini dia seolah tak bernyawa, namun detak jantungnya semakin kencang berdetak, seolah melihat sosok yang baru, dan asing bagi penglihatan dan perasaannya. Meski ingatannya terus berontak meneriakkan kenyataan bahwa dialah...

"Uzda....?!" ucapnya lirih, dan hampir tak terdengar.

Dan saat dia menyebut sosok yang dimaksud, angin seolah langsung berhembus kencang, bagaikan angin topan yang ramah, menerbangkan ujung kerudung sosok yang dia lihat. Dan seketika sosok itu menoleh pada suara yang memanggilnya, meski terdengar lirih oleh pendengarannya.

Dan tidak jauh berbeda apa yang kini dirasakannya, namun dia berusaha tetap tenang, dengan sedikit kesulitan menahan keterkejutan dan kebahagiaan melihat sosok yang dirinduinya, dia pun akhirnya tersenyum dan tetap berdiri ditempatnya, tak berpindah, membiarkan orang yang dirindukannya itu yang mendekatinya.

Sedangkan orang yang tadinya berbincang dengannya, sebagai obyek penelitiannya, saat tahu dia akan ada tamu lain, orang itu pun berpamitan.

"Ya sudah, kalau begitu saya permisi...." ucapnya. Dan bersamaan dengan jawabannya pada orang itu, kini orang yang tadi memanggilnya, telah berada disamping kirinya.

"Ya...." jawabannya pada orang yang berpamitan. Dan saat dia ingin mengucap, "Terimakasih." suaranya tercekat, membuatnya tidak jadi mengucapkannya, karena seketika dia terdengar begitu dekat baginya.

"Uzda...."

Dan bersamaan dengan menolehnya dia pada orang yang memanggilnya, terlihatlah olehnya orang itu sama-sama terkejut sebagaimana dirinya. Namun dia dengan cepat mengatur emosinya, dan dia pun tersenyum. Meski kini jantungnya berdegup kencang karena tatapan mereka bertemu.

"Ada yang bisa saya bantu....?" ucap Uzda. Mencoba tetap menjadi orang asing.

Sedangkan Doris masih tercengang, dia tetap diam. Hatinya bertanya-tanya. Lagi-lagi dia membandingkan Uzda dengan Aivrle.

"Mata biru?!" pekik Doris dalam hati.

"Ada yang bisa saya bantu....?" ulang Uzda, saat tahu Doris hanya membisu.

Namun saat Doris menjawab, "Ya...." jawab Doris, lalu melanjutkan, sambil perlahan mengangguk. "Aku ingin kau membantu untuk melupakan kekasihku yang bernama Uzda Masson!!!" seketika itulah Uzda yang menjadi membisu, terdiam kaku tak mampu menjawab.

Dan seketika itu pula Uzda menatap hati, berusaha biasa, meski hatinya begitu terkejut mendengar pertanyaan Doris. Lalu dengan sekuat mungkin, Uzda pun tersenyum dan perlahan menggeleng, "Hem....! Anda sangat lucu!"

"Aku tidak bercanda!!" tiba-tiba Doris memotong ucapan Uzda, membuat dia seketika terdiam, senyuman itu pun perlahan pudar.

Sambil menunjuk ke dada, "Aku tak tahu harus mencari kekasih itu ke dunia bagian mana lagi, aku mohon..." sambil menumpuk kedua tangan di depan dada. "Bantulah aku....." ucap Doris dan perlahan dia menunduk.

Kini Uzda benar-benar terdiam kaku, tak dapat tersenyum, tak dapat lagi bersandiwara di depan orang yang telah lama di rinduinya itu, dia pun menunduk dan keduanya sama-sama menunduk lama.

Tapi setelah lama keduanya hanya terdiam, Uzda benar-benar tak sanggup lagi untuk terus menjauh dari Doris, dan dia tak tahu lagi harus berbuat apa, dia pun berkata.

"Maafkan lah aku bila selama ini menyakitimu! Maafkanlah aku bila selama ini aku membuatmu resah! maafkan aku karena aku selalu menghilang dari pandanganmu! Maafkan aku.... Maafkan aku...." ucap Uzda sambil menelungkupkan kedua tangannya di depan dada, dan perlahan tanpa dia sadari butiran bening jatuh membasahi pipinya dari ujung mata birunya yang kini menatap sayu ke bawah.

Sedangkan Doris seketika itu langsung menatap sayu orang yang ada di depannya, dia begitu lemah seketika mendengar ucapan mulia dari lisan kekasihnya itu.

"Andai aku adalah orang yang halal bagimu, telah ku rengkuh dan menghapus air mata yang membasahi pipi merahmu itu, dan sungguh! Aku kini hanya bisa menegaskan bahwa tak perlu ada yang dimaafkan apa yang terjadi di antara kita... Tak perlu .. Tak perlu, Uzda..." ucap Doris, kini giliran jemarinya yang sibuk menghapus air matanya.

Mendengar ucapan Doris, perlahan Uzda mendongakkan pandangannya, menatap sayu pada Doris, dan perlahan pula senyumnya pun tercipta.

...****************...

Doris mengajak Uzda ke suatu tempat yang menjadi jantung kota Oak Park, Illinois. Dan di tempat yang dinamakan taman itulah Doris dan Uzda duduk berjauhan sambil terus berbincang-bincang. Sedangkan Doris, setelah tahu Uzda hanya memakai soft lens selama ini untuk menutupi mata birunya, dari pengakuan Uzda. Doris pun langsung menatap serius pada Uzda.

"Mengapa kau melakukan semua itu?...." tanya Doris. Sambil menatap serius Uzda yang duduk agak jauh di samping kirinya itu.

Uzda yang terus menatap lurus tanpa menoleh pada Doris pun tersenyum, mengingat usahanya dan tujuannya melakukan hal itu, lalu tanpa ragu dia pun menjawab.

"Hem!! Entahlah, dulu tujuanku itu mulia atau tidak bagimu.... Aku melakukannya ingin menyembunyikan keaslian diriku... Aku tak ingin seorang pun mengetahuinya, kecuali dari pihak keluargaku, dan sungguh aku begitu takut mereka tahu, termasuk kau.... Karena bila ada seorang pun yang tahu, aku takut mereka hanya mencintaiku dari fisikku saja... dan mereka kau mendekatiku dari fisikku saja... Dan saya berfikir inilah cara terbaik, dengan aku menjadi orang yang sederhana aku yakin bahwa bila mereka mencintaiku tulus dari hati mereka bukan hanya di bibir saja...." ucap Uzda panjang lebar. Lalu dia menoleh pada Doris, dan bertanya.

"Dan kau tahu? Di zaman kini kita hidup.... Semuanya harus diketahui dari hati...."

Doris pun kini benar-benar membisu menatap Uzda, sedang Uzda tetap melanjutkan pengakuannya.

"Dan bila kau bertanya-tanya mengapa kini aku melepas soft lens ku, sesungguhnya.. kini aku telah lelah berlari tanpa arah dari kenyataan...."

"Dan karena kini kau tahu telah ada seseorang yang mencintaimu tulus dari hati.... Bukan hanya dibibir saja...." tiba-tiba Doris memotong ucapan Uzda, membuat seketika Uzda menoleh pada Doris, membuat tatapan keduanya pun bertemu.

"Sungguh! Dengan menatap kedua matamu yang indah bagaikan lautan yang penuh kejernihan itu dan senyummu lagi .... Tanpa kau menjawab ucapanku, aku telah bisa membaca apa jawaban yang diteriakkan oleh hatimu...."

Doris berhenti sejenak, membiarkan desiran jantung dan aliran deras darahnya teratur kembali, lalu dia melanjutkan.

"Dan kau tahu? Hal itulah yang selama ini terus menghantuiku, segala dari kesederhanaan mu... Tak satu pun dapat terlupakan, membuat rindu di hati ini semakin menyiksaku, tapi itu sebelum kau duduk disini... Kini... Tak dapat ku gambarkan bagaimana suasana hatiku setelah ku tahu kedua mata ini kembali bisa melihatmu ..." ucap Doris, tetap saling menatap dengan Uzda.

"Berapa lama kurun waktu yang kau habiskan untuk merangkai kata-kata itu, Doris....?" tanya Uzda, tiba-tiba. Ditengah-tengah keterkejutannya.

Namun seketika Doris tersenyum, senyuman yang begitu dirindukan Uzda. Dan perlahan Doris menggeleng.

"Hem!.... Andai kau tahu bahwa dengan melihatmu aku tak perlu menghabiskan banyak waktu untuk berkata-kata untukmu...." lalu sambil menunjuk ke dada,

"Hati inilah yang menciptakan kata-kata itu .... Dan sungguh! Aku selalu memakai alasan hati yang melakukannya bukan karena setelah aku mendengar bahwa kau lebih senang hal yang berasal dari hati, tapi... Karena bagiku bila semuanya telah berbohong, hanya hatilah yang jujur... Dan kemana lagi kita bisa percaya kalau bukan pada hati?...." ucap Doris, dan seolah bertanya pada diri sendiri.

Seketika itu pula, Doris benar-benar telah membuat Uzda tak lagi dapat berkata sepatah katapun.

Dan saat itu pula, tatapan keduanya seolah ter rekat erat tak dapat terpisahkan. Suasana setelahnya pun menjadi begitu hening, keduanya sama-sama terdiam. Dan ternyata benar, hanya saat adzan terdengar mereka akhirnya berkedip dan keduanya pun saling berpamitan.

"Uzda...." panggil Doris, saat Uzda telah menjauh. Membuatnya langsung menoleh ke belakang.

"Jangan lagi kau menghilang dari tatapan kedua pelupuk mataku ..." ucapnya, dengan tatapan sayu.

Seketika Uzda tersenyum. Dan perlahan dia berkedip.

"Insyaallah... Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam...."

...****************...

1
Sholahuddin Bara
bagussss
Sholahuddin Bara
mantap
𝑩𝒆𝒓𝒍𝒊𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒎𝒂𝒕𝒂
baguss author 👍🏻👍🏻
Sholahuddin Bara
bagus
Sholahuddin Bara
mantap
𝑩𝒆𝒓𝒍𝒊𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒎𝒂𝒕𝒂
lanjut author 👍🏻👍🏻
Sholahuddin Bara
bagus
Sholahuddin Bara
👍👍 bagus author
𝑩𝒆𝒓𝒍𝒊𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒎𝒂𝒕𝒂
lanjut author 😊
Sholahuddin Bara
bagus banget
Sholahuddin Bara
bagus banget author
𝑩𝒆𝒓𝒍𝒊𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒎𝒂𝒕𝒂
bagus author 👍🏻👍🏻
Sholahuddin Bara
bagus banget 🤗
𝑩𝒆𝒓𝒍𝒊𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒎𝒂𝒕𝒂
bagus author 👍🏻
Sholahuddin Bara
sangat bagus author👍
𝑩𝒆𝒓𝒍𝒊𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒎𝒂𝒕𝒂
lanjut author Semakin penasaran nihh/Hey/
Sholahuddin Bara: wkwkwkwk pdo
𝑩𝒆𝒓𝒍𝒊𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒎𝒂𝒕𝒂: gk seh GK tak Moco🤭🤭
total 3 replies
𝑩𝒆𝒓𝒍𝒊𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒎𝒂𝒕𝒂
lanjut author 👍🏻👍🏻👍🏻😊
𝑩𝒆𝒓𝒍𝒊𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒎𝒂𝒕𝒂
bagus author👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻♥️
Sholahuddin Bara
😎👍👍👍
Sholahuddin Bara
bagus author👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!