NovelToon NovelToon
TERBAKAR PESONA ZARA

TERBAKAR PESONA ZARA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Teen School/College / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Telo Ungu

"Kenapa selalu gue yang harus ngertiin dia? Gue pacar elo Marvin! Lo sadar itu ga sih? Gue capek! Gue muak!" ucap Ranu pada kekasihnya dengan nada marah.

"Maafin gue, Ranu. Gue ga maksud buat ngerebut Kara dari elo" Zara menatap takut takut pada Ranu.

"Diem! Gue ga butuh omongan sampah elo ya" Ucap Ranu dengan nada tinggi.
.
.
.

"Shit! Mati aja elo sini Zara!" hardik Fatiyah setelah membaca ending cerita pendek tersebut.

Fatiyah mati terpanggang setelah membakar cerpen yang dia maki maki karena ending yang tak dia sukai. Dia tidak terima, tokoh kesayangannya, Ranu harus mati mengenaskan di akhir cerita. Tapi, siapa sangka kalau Fatiyah yang harusnya pergi ke alam baka malah merasuki tubuh Zara. Tokoh yang paling dia benci. Bagaimana kelanjutan kisahnya. Kita lihat saja. Apakah Fatiyah bisa menyelamatkan tokoh favoritnya dan mengubah takdir Ranu? Apakah dia malah terseret alur novel seperti yang seharusnya?

sorry guys, harus revisi judul dan cover soalnya bib...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Telo Ungu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11 Sebelas

Sejak kejadian di rumah sakit, Fatiyah selalu berusaha menghindari Marvin dalam kesempatan apapun. Hal ini juga di dukung oleh Lengkara cs. Marvin sampai geram dengan Lengkara cs karena menghalanginya berbicara dengan Zara.

"Zara, berhenti! Zara! Gue cuma mau ngomong sebentar" Zara terus mengabaikan Marvin yang terang terangan mengikutinya.

Fatiyah belaga tuli dan buta terhadap keberadaan Marvin. Dia terus berjalan ke kantin tanpa menoleh sedikitpun. "Zara please dengerin gue sekali aja"

"Gue ga mau ngomong apapun. Gue ga mau denger apapun. Titik! Jadi berhenti ngikutin gue Marvin Tenggara!" ketus Fatiyah pada Marvin. Fatiyah menatap Marvin dengan penuh kebencian. Ia tak lagi memandang lembut kepada Marvin. Hanya ada rasa muak pada cowok tersebut.

Fatiyah fokus melihat sekeliling kantin. Dia berusaha menemukan keberadaan Lengkara yang hari ini tidak masuk kelas. Sepertinya, cowok itu lagi lagi bolos. Fatiyah hanya menebak saja kalau Lengkara atau sahabatnya akan berkumpul di kantin saat jam istirahat.

Fatiyah berjalan dengan cepat meninggalkan Marvin yang terdiam. Ia sudah tak peduli lagi dengan rencana asli tokoh Zara yang ingin menaklukan Marvin. Yang Fatiyah pedulikan saat ini adalah menjauh sejauh jauhnya dari para tokoh utama. Kalau bisa, dia ingin berubah menjadi NPC saja. Fatiyah sudah tak ingin merusak alur cerita. Fatiyah hanya ingin hidup tenang disini. Persetan dengan niat awalnya!

Detra dan Catur yang dari tadi mengekori Marvin mulai jengah dengan tingkah sahabatnya itu. Mereka menepuk bahu Marvin yang terdiam membeku setelah mendengar penolakan dari Zara. "Bro, sudahlah. Zara lagi ga pengen ngomong sama elo. Jangan sampai Ranu kesini dan buat semuanya tambah runyam" tutur Catur.

"Diam! Gue ga butuh omong kosong elo Catur!" ketusnya.

"Vin, elo tahu sendiri gimana posesifnya tunangan elo. Gue sebagai teman sekelas Zara dan sahabat elo ga mau kalian harus terus terusan terjerat dalam drama yang tidak perlu. Vin, kasih jeda waktu buat Zara berpikir. Biarin dia tenang dulu. Sepenting apa penjelasan elo, sampai segitunya pengen Zara dengar. Inget, elo bukan pacar Zara apalagi tunangannya yang harus ngasih penjelasan atas tindakan yang elo lakuin" sambung Detra sambil menepuk bahu Marvin.

"Lagian gue penasaran.Apa yang sebenarnya terjadi di rumah sakit sehingga Zara menolak dan Lengkara cs menghalau elo buat ga ngomong apalagi berinteraksi dengan Zara?"

Kalimat yang diucapkan Catur dan Detra bukan hal yang diharapkan oleh Marvin mampir di telinganya. Dia hanya ingin waktu untuk berbicara pada Zara. Itu saja. Tapi, kenapa semua malah memojokkannya.

"Gue harus ketemu papa buat mutusin pertunangan gue dengan Ranu. Kalau gue putus, Zara pasti bakalan balik lagi ke pelukan gue. Gue yakin, sebenernya itu maksud dari omongan Zara di rumah sakit" kata Marvin penuh tekad dalam hatinya.

.

.

Di sisi lain, Fatiyah terus mencari Lengkara tapi batang hidungnya tak terlihat sedikitpun. Ia sebenarnya ingin memberikan bekal pada cowok itu. Fatiyah mendengus kesal. Kakinya sudah lelah menyusuri setiap sudut sekolah.

Bodohnya Fatiyah sih, kenapa dia lupa meminta nomer Lengkara. Kan kalau begini Fatiyah sendiri yang repot. Untung saja tadi dia bisa lolos dari kejaran Marvin. Kalau tidak, dia pasti kena jeratan alur cerita. Fatiyah sudah kena mental harus terus terusan jadi samsak hidup Ranu.

Saat ini, Fatiyah membelokkan kakinya menuju taman belakang sekolah. Dia berjalan melalui lorong panjang yang menjadi penghubung antar gedung di sekolah ini.

Baru beberapa langkah Fatiyah berjalan, apesnya malah berpapasan dengan Ranu. Dari raut wajahnya sih terlihat sekali raut wajah Ranu kesal dan menahan sesuatu. "Akhirnya gue ketemu elo disini. Gue udah keliling ke semua penjuru sekolah buat nyari elo doang" cerocosnya.

"Jara elo ikut gue sekarang juga!" titah Ranu sambil menarik tangan Fatiyah menuju taman belakang sekolah yang terlihat kosong.

Fatiyah yang tiba tiba ditarik tangannya oleh Ranu hanya bisa pasrah. Oh God! Dia sudah berusaha sekuat tenaga menjauhi para tokoh utama. Tapi, lagi lagi dia selalu dipertemukan dengan mereka.

"Bisa tidak, kutuk saja dirinya jadi NPC. Ubur ubur ikan lele. Udah muak banget lee" batin Fatiyah frustasi.

"Duduk!" perintah Ranu sambil menunjuk kursi taman.

Fatiyah dengan ogah ogahan mengikuti arahan Ranu. "Kenapa lagi Ran, gue udah ga ada ganggu atau deketin Marvin. Gue udah nyerah. Tolong jangan ngajak berantem lagi. Gue udah capek masuk keluar rumah sakit sama UKS" keluh Fatiyah yang setengah curhat.

"Jara, gue cuma mau ngasih penawaran menarik ke elo. Elo harus dengerin baik baik omongan gue!" Ranu ikut duduk di samping Fatiyah. Terdengar helaan napas panjang dari bibirnya.

"Penawaran apa?" tanya Fatiyah kepo.

"Penawaran pertemanan. Elo jadi temen gue" kata Ranu yang mencoba untuk tidak terlalu bersemangat.

"Ha? teman? Ga salah?" Fatiyah buru buru berdiri dari posisi duduknya. Ia langsung menjauh dalam jarak satu meter dari posisi Ranu duduk.

"Elo siapa? Jangan jangan elo Ranu yang palsu! Atau elo sebenernya hantu yang menyerupai Ranu. Ngaku elo!" todong Fatiyah. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari sesuatu yang dapat digunakan sebagai pertahanan diri.

Hei, jangan salahkan Fatiyah yang terlalu parno. Kalian pasti tahu, track record Ranu seperti apa? Dari awal Ranu sangat antipati pada tokoh Zara. Awal Fatiyah datang ke cerpen ini saja dia sudah disiram oleh Ranu.

Lalu, bagaimana bisa Ranu tiba tiba mengajaknya berteman. Apakah ini tanda tanda kiamat untuknya?

Ranu terkekeh geli melihat respon Zara. Apalagi Zara memasang ekspresi waspada padanya. Ditambah dia memegang erat ranting yang ia dapatkan dari bawah kakinya itu. Ranting itu bak senjata pertahanan yang Zara todongkan padanya. "Selow girl, gue bener bener Ranu yang asli. Jadi, elo bisa buang ranting itu. Gue ga bakalan apa-apain elo kok. Suwer!" ucap Ranu dengan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Ranu, gue tahu kalau elo segitu frustasinya sama kondisi kita yang aneh gini. Elo pasti capek harus terus terusan cemburu melihat Marvin yang ngasih perhatian ke gue. Padahal gue bukan siapa siapanya. Gue tahu itu. Gue minta maaf kalau itu buat elo ga nyaman. Tapi, tolong jangan lagi seret gue ke hubungan kalian. Gue udah berusaha buat jaga jarak Ran. Jadi, tolong lupain apapun rencana elo jebak gue pakai cara pertemanan ini" pinta Fatiyah dengan nada putus asa.

Lagi lagi tanpa bisa dikontrol oleh Fatiyah, air matanya jatuh membasahi pipinya. " Sial, kenapa dirinya begitu cengeng seperti ini. Padahal dia cuma mengeluarkan unek unek dihatinya. Namun, emosinya terlalu larut tanpa di sadari" batin Fatiyah.

"Zara, gue bener bener tulus ngajak elo temanan. Gue, gue tahu elo di kepala elo pasti sudah banyak sekali pertanyaan yang muncul. Pertama, gue hargai kejujuran dan permintaan maaf elo ke gue. Zara, elo tahu sendiri betapa seringnya gue ngamuk ngamuk ke elo. Itu semua gue lakukan karena gue takut Zara. Gue takut kalau Marvin bakalan ninggalin gue dan pergi ke pelukan elo" keluhnya.

Fatiyah tak memberi respon apapun. Dia hanya menyimak perkataan Ranu dengan baik. Fatiyah ingin memberi waktu yang banyak untuk Ranu jujur dengan perasaannya. Fatiyah memang tidak percaya awalnya. Manusiawi dong ya, siapa yang akan percaya musuh bebuyutan elo tiba tiba ngajak temenan.

Tapi, lagi lagi sebagai jiwa perempuan dewasa berumur 23 tahun. Fatiyah berusaha menempatkan diri untuk berpikir positif pada Ranu. Mungkin, ini bisa jadi titik balik hubungan antara dirinya dan Ranu ke depannya.

"Zara, elo harus tahu. Gue udah kenal Marvin dari kita TK. Gue selalu sekolah bareng bareng sama Marvin. Gue selalu sama dia sampai gue tunangan. Selama gue bareng Marvin, dia ga pernah terlihat perhatian sama perempuan manapun kecuali gue. Tapi, setelah elo masuk ke dalam hidup kami. Marvin menunjukkan banyak perubahan Zara. Untuk pertama kalinya dia ngasih perhatian ke cewek lain. Sialnya, orang itu adalah elo" ucap Ranu lirih di akhir kalimatnya.

Suara Ranu mulai serak seperti menahan tangis. Dia berusaha untuk tetap tegar dan menahan air matanya yang akan jatuh. Ranu mendongakkan kepalanya sebentar ke atas untuk menghalau air matanya yang akan turun. Ia menarik napas panjang. Lalu, melanjutkan lagi ucapannya. "Zara, gue awalnya selalu berusaha berpikir positif atas perubahan itu. Gue pikir Marvin melakukan itu supaya dia lebih banyak teman selain Detra dan Catur yang baru saja dia kenal di bangku SMA. Tapi Zara, hati gue entah kenapa selalu bilang kalau Marvin punya rasa sama elo. Terlihat sekali dari banyaknya pertengkaran kita, Marvin selalu refleks pasang badan buat elo. Ia bahkan tega ngebentak gue berkali kali cuma buat belain elo Zara. Zara, gue selalu ragu sama alasan Marvin yang bilang dia bantuin elo karena kasian"

Fatiyah makin terisak isak mendengar pengakuan Ranu. Hatinya terasa teriris mendengar Ranu yang sesakit itu. "Memang babik ini author cerpen! Kenapa bikin hidup Ranu menyedihkan begini" batinnya.

"Ranu, maaf. Gue, gue ga sadar kalau gue selalu ngerepotin Marvin!" sesalnya sambil melepas ranting ditangannya.

Ranu tertawa miris. Akhirnya air matanya jatuh dari pelupuk matanya. "Zara, gue ga tahu harus ngomong gimana buat jelasin betapa sakitnya hati gue yang selalu harus memaklumi Marvin. Memaklumi Marvin yang lebih mentingin elo daripada gue"

"Ran, gue__"

"Ssssst! Biarin gue ngomong. Kali ini biarin gue egois buat ngungkapin semua sakit hati gue Zara. Gue____"

Gue, gue bersambung guys. Lanjut di next chapter ya. Biar ga mumet baca dialog mereka berdua.

.

.

.

.

See you. Don't forget vote, subscribe, like, and komen. Apapunlah buat ngasih jejak kehidupan kalian di karyaku. Biar aku tambah semangat Weh updatenya.

1
Nur Adam
lnjut
Cicih Sutiasih
aku mampir😊
Telo Ungu: terima kasih sudah mampir. love love
total 1 replies
Ayari Khana
Keren parah!
Telo Ungu: wow, terima kasih kak
total 1 replies
bea ofialda
Aku suka banget tokoh utamanya, terasa sangat hidup. ❤️
Telo Ungu: terima kasih komentarnya kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!