NovelToon NovelToon
Meraih Mimpi

Meraih Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: isha iyarz

" Tapi sekarang kamu jauh dari abang. Siapa yang melindungimu kalo dia kembali merundung? " Arya menghela napas berat. Hatinya diliputi kebimbangan.
" Kalo dia berani main tangan pasti Diza balas, bang! " desis Diza sambil memperhatikan ke satu titik.
" Apa yang dia katakan padamu? " Arya menyugar rambut. Begitu khawatir pada keselamatan adiknya di sana. Diza menghela napas panjang.
" Mengatakan Diza ngga punya orang tua! Dan hidup menumpang pada kakeknya! " ujarnya datar.
" Kamu baik-baik saja? " Arya semakin cemas.
" Itu fakta 'kan, bang? Jadi Diza tak bisa marah! " pungkasnya yang membuat Arya terdiam.
Perjuangan seorang kakak lelaki yang begitu melindungi sang adik dari kejamnya dunia. Bersama berusaha merubah garis hidup tanpa menerabas prinsip kehidupan yang mereka genggam.
Walau luka dan lelah menghalangi jiwa-jiwa bersemangat itu untuk tetap bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isha iyarz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

" Siapa mereka, yah? " seorang lelaki tiga puluhan berdiri dari balik jendela dapur. Menatap tajam Arya yang sedang menanam jahe di sudut pekarangan halaman belakang.

" Yatim piatu yang ayah temukan di ujung jalan " sahut Dirga sambil membalik majalah di tangannya. Anak lelakinya yang mengenakan setelan jas itu menoleh heran.

" Mereka tinggal di sini, lho, mas Ben! " wanita dengan riasan flawless itu menarik kursi makan. Melirik sekilas kakak lelakinya yang ikut duduk.

" Ayah mengajak mereka tinggal karena kasihan. Masih kecil harus mencari makan sendiri. Mereka bisa bekerja membantu ayah. Menemani kami. Adiknya ayah sekolahkan. " Dirga meletakkan majalah keatas meja.

" Bikin masalah ngga, yah, ntar? Masa' mereka ngga punya orang tua? Sanak keluarga lain? " Beno menatap tajam kearah jendela. Wajahnya terlihat risau.

" Mereka anak-anak baik, Ben! Ayah bisa menilainya " Dirga menoleh. Arya mencangkul menambah tanah dalam polibeg di dekat toren. Mengisinya hingga penuh dan menambah butiran pupuk di bagian tengah.

" Kok, ayah ngga nanyain pendapatku dan Beyna dulu? " Beno menatap protes ayahnya yang hanya tertawa pelan.

" Ayah hanya tinggal berdua dengan ibu kalian. Membawa mereka bersama tidak akan membuat kami miskin. Kehadiran mereka terus terang membawa warna baru dalam hidup kami yang sunyi. Ibu kalian terlihat lebih bersemangat menjalani hari-harinya " Dirga tersenyum.

Matanya mencari sosok istrinya di dapur. Namun wanita lembut itu entah berada di mana sekarang. " Ibu lagi ke warung " Beyna yang melihat ayahnya mencari keberadaan ibunya menyela.

" Mereka sudah lama tinggal di sini, yah? " Beno sekali lagi mendesah. Entah mengapa dia merasa kehadiran Arya dan adiknya seperti sesuatu yang menghalangi kegembiraannya berkunjung kemari.

" Hampir empat bulan. Kalian tak perlu khawatir. Arya tinggal disini tidak gratis. Walau ayah menolak memperkerjakannya, namun dia juga menolak ketulusan ayah merawat mereka. " Dirga mengusap wajah.

" Hh, baguslah jika dia tau diri! " gerutu Beyna dengan sinis. Wanita itu tak bisa menutupi keengganannya menerima dua beradik itu di rumah orang tuanya.

" Ayah bilang tidak gratis. Bagaimana dengan sekolah adiknya? " Beno menatap sang ayah menuntut penjelasan.

Dirga menarik napas panjang. Dia sejak lama merasa kedua anaknya berubah. Mereka kehilangan simpati pada orang-orang di sekeliling mereka sejak tinggal di ibu kota. Kehidupan hedonis di sana, juga toleransi yang rendah membuat keduanya tumbuh jadi makhluk apatis dengan sekitar.

Itu sebabnya dia kembali mengajak istrinya menetap di pinggiran kota ini. Kehidupan lama mereka membuat hari tuanya terasa lebih tenang. Kota yang jadi tempatnya terakhir mengabdi sebagai seorang aparatur negara.

Dirga diam-diam juga berharap, jika kedua anaknya sering berkunjung dia bisa kembali menanamkan kebaikan bagi hati mereka. Setidaknya, Beno dan Beyna bisa bersyukur memiliki kehidupan yang lebih baik dibanding saat mereka masih di kota lama ini.

" Karena mereka tinggal bersama ayah jadi ayah menanggung biaya sekolah Diza. Tidak menghabiskan gaji pensiunan ayah tiap bulan, kok! " Dirga mengulum bibirnya pelan.

" Dia tidak sekolah? " Beno menoleh kearah Arya yang masih betah dengan pekerjaannya. Dirga menggeleng.

" Dia menolak sekolah lagi. Hanya ayah masukkan paket saja. Anaknya pintar. Dia hanya sekali duduk membaca ilmu terserap diotaknya. " Dirga meraih gelas kopinya yang tinggal separuh.

" Baru SD, yah. Emang dia tak ingin melanjutkan setelahnya? " Beyna menyela. " Mengapa jadi ayah yang harus mengurusnya? Benar yang mas Ben bilang, emang kemana keluarganya yang lain? " wanita muda itu terlihat gundah.

" Dengar, Beyna! Ayah tidak meminta uang pada kalian tentang urusan kedua anak itu! Jadi berhentilah cerewet! " Dirga menatap tajam kedua anaknya yang saling melempar pandang.

" Ada apa, sih? " tiba-tiba Masayu datang mendekat. Dia bisa merasakan aura panas di meja makan.

" Mereka menanyakan Arya dan adiknya " sahut Dirga datar. Wajahnya tampak muram. Perlahan dia bangkit meninggalkan meja makan.

" Mengapa dengan mereka? " Masayu memeriksa sajian diatas meja.

" Kita cuma keberatan dengan keberadaan mereka di rumah ini, bu! " Beno menoleh ibunya yang menghela napas panjang.

" Tak ada yang minta pendapat kalian! " cetus Masayu sambil tersenyum kecil. Beyna mengusap wajah kasar.

" Bukannya mereka hanya merepotkan, bu? Pagi-pagi ibu bangun nyiapin sarapan untuk mereka. Sibuk memasak setiap hari. Mencuci pakaian. Ibu sama ayah kami izinkan kembali kesini biar bisa istirahat diusia senja kalian! Bukannya sibuk mengurusi mereka yang entah siapa! " Beyna gusar.

Masayu tergelak. Membuat Beno dan adiknya terdiam heran. " Kalian tak akan percaya jika tidak melihat sendiri. Mereka anak-anak mandiri, Bey! Bahkan Diza bisa mencuci baju, lho! Siapa yang ngajarin? Kakaknya. Diza dididik disiplin sejak dini. Kalian pikir mereka merepotkan? " Masayu kembali tertawa.

" Keduanya bangun setiap menjelang subuh. Sendiri. Arya mengerjakan pekerjaan rumah setelah selesai sholat. Diza mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan ibu. Mandi, memakai baju, berkemas ke sekolah.

Arya yang menyiapkan sarapan untuk adiknya. Dia bisa memasak. " Masayu menunjuk terong balado di dalam mangkuk. " Enak 'kan? Tadi Beno bilang kayak masakan chef " Masayu tersenyum melihat Beno terpana.

" Arya dan adiknya adalah teman bagi kami. Mereka tidak mengganggu siapa pun di rumah ini. Jadi ibu harap kalian bisa bersikap baik pada keduanya! " Masayu meremas lembut tangan Beyna.

" Terserahlah! " Beyna mendengus. Terus terang dia muak mendengar penjelasan ayah ibunya tentang Arya dan adiknya itu. Namun dia tahu, percuma mempengaruhi pikiran kedua orang tuanya jika mereka telah sepakat tentang sesuatu. Takkan bisa dibantah.

" Oh, ya, kalian mengapa datang hanya berdua? Pasangan, anak-anak kalian pada kemana? " Masayu menatap anaknya bergantian.

" Ben hanya menemani Beyna kemari, bu! Makanya kami ngga sempat belanja beli oleh-oleh. Beyna langsung pesan tiket pesawat begitu Ben bilang bisa pulang " pria itu membuka dua kancing kemejanya. Dia merasa gerah.

Beyna beranjak ke kamar karena mendengar dering ponselnya berbunyi nyaring. Arya yang sudah menyelesaikan pekerjaannya masuk dari pintu belakang. Mengangguk sopan saat Beno menatapnya.

" Bagaimana ceritanya ibu mengenal mereka? " Beno yang masih penasaran kembali bertanya. Setelah memastikan Arya masuk ke kamarnya di ruang tengah.

" Rumput di halaman sudah tinggi banget waktu itu. Tapi ayah ngga sempat mau mangkas karena kami berangkat melihat anak Bey yang masuk rumah sakit kemarin. Mau nyuruh orang juga belum ketemu siapa.

" Tiba-tiba sore sebelum kami berangkat seorang anak datang menawarkan tenaganya. Dia bilang butuh pekerjaan. Jadi ayah terima aja. Mengawasinya lewat bulek Nur yang di depan itu. Pekerjaannya rapi. Anaknya jujur.

" Dua minggu berlalu, dari laporan Nur kami mengawasi sendiri keseharian mereka. Malam itu ayah melakukan pembicaraan panjang membahas keduanya. Kami memang jatuh hati pada mereka. Jadi, ibu setuju saat ayah bilang mau mengajak mereka tinggal bersama " Masayu mengulas senyum tipis.

Beno menghembuskan napas kasar. Dia dan adiknya buru-buru kesini juga karena mendengar laporan Nur yang mengatakan ayah ibunya mengangkat dua orang anak. Namun melihat kedua orang tuanya yang ngotot menceritakan semua hal baik tentang kedua anak itu, Beno tak yakin opininya dan Beyna bakal didengar.

1
Iza Kalola
Ada lucunya juga padahal jantung lagi dag dig dug mikirin Diza...😃
Iza Kalola
nenek lucnut, 😡🔥
Iza Kalola
Akhirnya mulai terungkap dalangnya.
Iza Kalola
Rekomendasi untuk cerita ini. keren kerenn bangeet
Iza Kalola
makin tegang, makin seru. /Smile//Determined//Kiss/
Pecinta Bunga
Wah, bakalan bertemu nih Arya dan Segara dengan Tama. Mereka memang harus bersatu supaya bisa menyelamatkan Diza
Pecinta Bunga
Wah, bakalan ketemu Arya Segara dan Tama. Mereka memang harus bersatu supaya bisa menyelamatkan Diza
Dhedhe
deg²an bacanya ..ikut berimajinasi 🤭🤭
Iza Kalola
wow woww... sport jantung..🫠
Iza Kalola
penuh misteri 🫠
Aisha Lon'yearz
thanks dukungannya, kaka
Iza Kalola
cukup menegangkan dan aku suka cerita yang seperti ini... semangat thor, masih nungguin kelanjutan ceritanya./Determined/
Iza Kalola
keren, semoga makin banyak yg baca karya ini. semangat selalu author/Determined/
Aisha Lon'yearz
makasihhh 😊
Jasmin
lanjut Thor
Jasmin
aku suka, aku suka... gaya bahasa yg enak dan gak bisa di lewatkan per kata 🥰
Jasmin
mantap Thor
Jasmin
Arya 💥
Jasmin
keren Thor ..
Jasmin
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!