NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Abah

Jodoh Pilihan Abah

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Cinta Murni / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Siska Dewi Annisa

Nizma Aida Mahfud, gadis cantik putri sulung dari Ustad Yusuf Mahfud, pemimpin pondok pesantren Al Mumtaz. Berparas cantik dan lulusan Al-Azhar Kairo membuat dirinya begitu didamba oleh semua orang.
Namun dia harus menerima kenyataan ketika sang Abah menjodohkannya dengan seorang pria bernama Bagas Abimana. Pria menyeramkan penuh tatto di sekujur tubuhnya dan merupakan ketua geng preman penuh masalah dan jauh dari Tuhan.
Sebagai seorang putri yang berbakti akhirnya Nizma menerima perjodohan itu meski banyak pihak yang menentang.
Akankah Nizma mampu menaklukkan hati seorang Bagas yang sekeras batu? mungkinkah Bagas akan berubah menjadi sosok imam yang baik bagi Nizma? ikuti terus kisah rumah tangga dengan bumbu cinta didalamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Dewi Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 02 pertemuan pertama

Bagas tak pernah menyangka jika seorang ustad Yusuf menawari dirinya menikah dengan putrinya.

"Cih, apa-paan pak tua itu? Kayaknya bener habis kebentur tu kepalanya. Kalau nggak mungkin sudah rabun." gerutu Bagas.

Dia terus berjalan sambil menyeka darah yang sempat keluar di ujung bibirnya dengan sebuah saput tangan. Dan sialnya saput tangan itu lagi-lagi pemberian ustad Yusuf.

...****************...

Keesokan harinya setelah berbicara dengan Nizma, Ustad Yusuf kembali menemui Bagas di markas tempat dirinya biasa tinggal bersama anak buah sesama preman. Bukan tempat tinggal permanen hanya sebuah tempat singgah saja. Sebuah bangunan yang sebenarnya gudang tua terbengkalai.

Kedatangan Ustad Yusuf tersebut tentu membuat para preman-preman itu keheranan.

"Assalamualaikum." ucap Ustad Yusuf kepada salah satu preman.

"Pak ustad ngapain? Mau ceramah. Salah tempat Pak. Hahaha." cemooh para preman itu.

"Saya kesini mau ketemu Nak Bagas. Apa dia ada di sini?" ucap Ustad Yusuf dengan santun.

"Ada di dalam Pak ustad cari sendiri." ucap preman-preman itu.

Ustad Yusuf pun berjalan masuk ke dalam bangunan itu. Dia melihat sosok bagas sedang tertidur dengan begitu pulas.

"Hidupmu begitu jauh tak seperti dulu." gumam Ustad Yusuf sembari menggelengkan kepalanya.

Perlahan dia menepuk lengan Bagas. Pria itu tak merespon hingga beberapa kali tepukan baru membuatnya terbangun.

"Arghh.. Siapa sih berani banget ganggu gue tidur." gerutu Bagas.

"Nak Bagas, ini saya." ucap Ustad Yusuf.

"Pak Ustad?" Bagas mengerjapkan kedua netranya untuk mengumpulkan kesadarannya.

"Ngapain Pak Ustad kemari?" tanya Bagas dengan dingin.

"Melanjutkan pembicaraan kita tempo hari nak Bagas. Tentang rencana pernikahan dengan Nizma putriku." ucap ustad Yusuf.

Bagas hanya tertawa sambil berdecak. Rupanya ucapan Ustad Yusuf tempo hari bukan sekedar iseng belaka.

"Hah, Pak Ustad masih ingat ucapan itu. Ku kira cuma bercanda. Ujar Bagas.

"Nizma sudah menerima perjodohan ini. Bagaimana kalau nak Bagas pergi ke rumah dan kita bicarakan bersama." ujar ustad Yusuf.

"Pak Ustad sebenarnya kenapa sih? Laki-laki di luar sana banyak yang jauh lebih baik dariku. Bisa-bisanya berandalan begini mau dijadikan mantu. Oh, atau jangan-jangan putri Pak Ustad penyakitan dan mau mati? Atau jangan-jangan dia bunting terus prianya kabur?" Bagas langsung berasumsi.

"Astaghfirulloh. Sama sekali tidak seperti itu Nak Bagas. putriku dalam keadaan sehat wal afiat serta tidak sedang mengandung. Dia dalam keadaan yang baik." ujar Ustad Yusuf meyakinkan.

"Lebih baik nak Bagas bersiap-siap dan temui saya di rumah. Abah tunggu." ucap Ustad Yusuf kemudian pergi meninggalkan tempat itu.

"Abah." Entah kenapa mendengar panggilan itu membuat Bagas merasakan sebuah gemetar aneh di dalam hatinya.

Panggilan yang begitu dia rindukan kepada seseorang. Seseorang yang kini sangat jauh darinya hingga membuat dirinya seperti ini.

Bagas menghela nafas kasar. Telah lama hatinya dia tutup untuk semua orang bahkan kepada Tuhannya sendiri. Kepercayaan yang dulu begitu teguh tiba-tiba luntur oleh keadaan.

Namun teringat permintaan Ustad Yusuf akhirnya Bagas bergegas untuk bersiap menemuinya.

Bukan karena ingin segera menikah namun dia hanya penasaran dengan sosok putrinya. Seperti apa gadis yang bernasib apes karena hendak dinikahkan dengan dirinya.

"Bos, tumben rapi amat. Mau ikut kultumnya Pak Ustad?" celetuk salah satu anak buahnya.

Bagas tak menjawab dia hanya menatap tajam anak buahnya tersebut. Penampilan Bagas memang jauh lebih rapi ketimbang biasanya.

Jika setiap hari dia memakai kaos oblong berwarna hitam serta jaket kulit warna senada serta berbagai aksesoris seperti gelang rantai dan cincin bergambar tengkorak

Kini Bagas tampak lebih rapi dengan kemeja yang meski juga berwarna hitam. Lengan kemeja tersebut dia gulung sampai siku sehingga menunjukkan tatto di lengannya. Serta rambut gondrongnya dia kuncir sehingga terlihat lebih rapi.

Bagas mengendarai motor kesayangannya menuju pesantren Al Mumtaz dimana kediaman Ustad Yusuf berada.

Saat sampai di pesantren tersebut Bagas memarkirkan motornya kemudian berjalan memasuki gerbang pesantren.

Tampak orang-orang yang ada di tempat itu tampak heran sekaligus terkejut melihat Bagas. Namun Bagas tetap cuek dan melangkahkan kakinya memasuki tempat itu.

Namun saat berada di dalam Bagas sedikit bingung melihat banyak sekali bangunan. Dan mencari keberadaan rumah Ustad Yusuf sepertinya akan memakan waktu lama karena dia batu pertama kali memasuki area pesantren itu.

Bagas pun mencoba untuk bertanya kepada salah seorang tukang kebun yang kebetulan sedang membersihkan taman.

"Mang, rumah Pak Ustad Yusuf sebelah mana ya?" tanya Bagas.

"Oh, belakang bangunan itu belok kiri terus nganan Mas. Emang Masnya mau nagapainya?" ucap pria paruh baya tersebut.

"Mau cari bini." ucap Bagas.

"Astaghfirulloh.. Emangnya bininya Mas ini ada di rumah ustad Yusuf?" tanya mamang itu lagi.

Belum sempat Bagas menjawab pertanyaan mamang tadi tiba-tiba Ustad Yusuf sudah datang.

"Nak Bagas, akhirnya datang juga." senyum senang terpancar dari wajah pria paruh baya itu. Tak dipungkiri senyum ustad Yusuf begitu teduh dan sangat mengayomi sebagai sosok pemimpin pesantren. Bapak bagi banyak santri dan santriwati.

"Saya kesini karena permintaan Pak Ustad." ujar Bagas dingin.

"Ayo Nak Bagas, kita jalan-jalan di pesantren ini dulu sembari menunggu Nizma selesai mengajar " Ustad Yusuf pun mengajak Bagas berjalan mengelilingi pesantren tersebut.

Bagas menghela nafas kasar. Berada di tempat seperti ini membuat Bagas merasa risih sendiri. Banyak pasang mata yang menatapnya aneh karena penampilannya yang begitu kontras dengan ustad Yusuf.

Sepanjang berjalan Mengelilingi pesantren Ustad Yusuf tampak antusias menceritakan seluk beluk tentang pesantren ini. Meski sebenarnya Bagas tak terlalu menanggapinya.

Namun saat berjalan di depan salah satu ruang kelas Bagas mendengar suara yang begitu merdu. Pandangan Bagas langsung tertuju pada sumber suara itu. Dia mendekati jendela ruang kelas tersebut.

Namun langkahnya langsung terhenti saat seorang memanggilnya.

"Assalamualaikum, Ustad." ucap seorang pria dengan penampilan alim berbaju koko serta sarung dan peci.

"Waalaikumsallam, Arya. Sudah selesai mengajar?" tanya Ustad Yusuf.

"Alhamdulillah Ustad. Sudah selesai tinggal satu kelas lagi. Pak Ustad sedang ada keperluan?" jawab pria tersebut. Namun pandangannya sejak tadi mengarah pada Bagas. Tatapan yang begitu tak enak dilihat.

"Hanya sedang mengajak Nak Bagas berkeliling pesantren." ujar Ustad Yusuf.

Sebenarnya Arya penasaran dengan sosok Bagas ini. Namun dia urung bertanya karena merasa terintimidasi sendiri dengan tatapan tajam Bagas.

"Baiklah, Saya mau melanjutkan berkeliling dulu dengan Nak Bagas. Assalamualaikum." ustad Yusuf kemudian kembali mengajak Bagas berkeliling.

Setelah puas berkeliling mereka akhirnya menuju kediaman ustad Yusuf. Rumah yang cukup besar berada di dalam kawasan pesantren tersebut. Dengan suasana sejuk karena banyak tanaman hias tertata rapi di halamannya.

"ayo Nak Bagas silahkan masuk. Sebentar lagi putri Abah pasti sudah pulang." Ustad Yusuf mempersilahkan Bagas untuk masuk ke dalam rumah.

Sementara Ustadzah Mia tampak mengintip dari balik pintu kamarnya. Dia tahu bahwa suaminya pasti membawa pria itu ke rumah. Rasanya masih tak rela jika harus melepas putrinya untuk menjadi istri dari pria tersebut.

Tapi dia tak bisa berbuat banyak. Dia tahu suaminya tak pernah salah dalam mengambil keputusan. Biar hati ini belajar mengikhlaskan meski berat.

Bagas duduk di ruang tamu sementara ustad Yusuf memanggil Ustadzah Mia untuk menemui Bagas. Meski enggan namun dia tak mau menolak perintah suami.

Tak berselang lama datang seorang gadis dengan penampilan anggunnya memakai gamis berwarna ungu muda. Wajahnya begitu cantik meski tanpa polesan make up. Hidung mancung, mata hitam kecoklatan yang tampak bersinar dan bibir tipis berwarna pink alami.

"Assalamualaikum, Abah.. Umi." suara lembut gadis itu langsung menyalami dan mencium tangan kedua orang tuanya dengan begitu santun.

Bagas tertegun melihat gadis itu. Gadis secantik bidadari yang mungkin baru kali ini Bagas temui.

"Waalaikumsallam. Nizma sudah selesai mengajar? Duduklah disini nak." ujar Ustad Yusuf meminta Nizma putrinya duduk di sebelahnya.

"Nak Bagas, ini putriku yang bernama Nizma. Nizma ini nak Bagas yang abah bicarakan kemarin." Nizma hanya memandang Bagas sekilas kemudian kembali menunduk untuk menjaga pandangannya.

Sementara Bagas, entah kenapa tanpa sadar melengkungkan bibirnya menjadi sebuah senyum tipis tatkala melihat Nizma. Padahal pria itu terkenal dingin dan arogan. Bahkan sebuah senyum nampaknya tak pernah muncul selain seringaian mengejek. 'apa-apaan ini?'

"Sesuai dengan pembicaraan kemarin bagaimana Nak Bagas? Sudah melihat putri Abah? Sudah siap menikah kan dengan putri abah?" tanya Ustad Yusuf.

"Abah akan sangat senang jika kalian sama-sama setuju maka abah bisa segera menikahkan kalian. Kan Nizma juga sudah setuju." sebuah senyum penuh harapan terpancar di wajah ustad Yusuf namun tidak dengan ustadzah Mia.

Entah kenapa Bagas merasa seolah menangkap sesuatu yang aneh dari keluarga ustad ini. Bukannya senang tapi justru dia malah was-was sendiri. Jangan-jangan dia malah dijebak dalam pernikahan ini.

"Saya perlu bicara berdua dengan Nizma." ujar Bagas akhirnya.

...****************...

1
Nur Atika
hahahahahh
Nur Atika
keren
Winnie 💛
salah Bagas gak bisa tegas sm uler keket..
Lini
Gnteng ny oiiiiiii
Sama cntik
Lini
Hahahahahaha
Rita Mahyuni
alhamdulillah
Esther Lestari
nikmati hasil dari niat jahatmu Ayu
Esther Lestari
dasar bibit pelakor. jangan dibiarkan pelakor merajalela dirumahmu Nizma
Esther Lestari
pasti itu musuhnya abang Bagas
Nur Lizza
lah kok jd Qila nikah SM yg lain
artsiska: dibaca dulu kak ceritanya..
total 1 replies
Istrinya Minyoongi 💜
lahh kenapa dirubah author padahal seru lohh yang kemaren juga ceritanya 💪💪 fighting lanjutkan author 🤗😍
artsiska: baca ceritanya ya kak
total 1 replies
Winarti Winarti
judul novel terbaru author mengejar cinta sahabat di rak buku saya tdk ada
Kamisah 75: mengejar cinta sahabat
artsiska: maaf kak.. untuk buku itu saya revisi dan ganti judul. dengan versi cerita yang berbeda. Namun tetap dengan tokoh yang sama. Karena novel yang sebelumnya cerita kurang sesuai
total 2 replies
Monah
di tunggu thor
Wahyu Widyasari
Lumayan
Wahyu Widyasari
Biasa
Shxxbi
Pinter bgt thorr milih visual nya, sesuai kriteria ku sebagai pembaca 😆😆
tsuraya kenko
yg sok alim mlh sombong yaaa....
tsuraya kenko
abah sm bagas pny rhs masing2.

ahhh.. pinisirin.
lanjut thor
tsuraya kenko
adem bnr thor... lanjut ah
Ai Siti Rahmayati
ceritanya semakin seruu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!