Jodoh Pilihan Abah
"Apa Abah tidak salah? Mana mungkin Nizma akan menikah dengan pria berandal itu?" suara wanita paruh baya yang tengah menatap sang suami dengan perasaan tidak percaya.
"Insya Allah keputusan Abah ini sudah benar Umi, Abah yakin ini yang terbaik untuk mereka." Ujar Ustad Yusuf.
Ustadzah Mia Annisa, istri dari Ustad Yusuf Mahfud yang merupakan pemimpin pesantren Al Mumtaz.
"Tapi abah, Bagas itu bukan orang baik. Dia adalah preman yang suka bikin onar belum lagi kebiasaannya yang suka berantem dan mabuk-mabukan. Mana penampilannya penuh tatto menyeramkan." gumam Ustadzah Mia resah.
"Atau jangan-jangan Bagas sudah mengancam Abah agar dia bisa menikahi Nizma?" kini Ustadzah Mia mulai berasumsi.
"Astaghfirullah, kenapa Umi berpikir seperti itu? Nak Bagas tidak pernah mengancam Abah bahkan ini murni keinginan Abah." ujar Ustad Yusuf.
"Umi, jangan nilai seseorang dari penampilan luarnya. Siapa tahu nak Bagas bisa membawa kebahagiaan bagi putri kita. Kuasa Allah siapa yang tahu." Ustad Yusuf mencoba memberi pengertian sang istri.
Ustadzah Mia hanya bisa menghela nafasnya dengan berat. Sebagai seorang ibu tentu ingin putrinya memiliki pendamping hidup yang terbaik. Apalagi sang putri merupakan anak sulung yang diharapkan bisa meneruskan untuk memimpin pesantren.
Sementara itu seorang gadis baru saja memasuki rumah. Nizma Aida Mahfud, Gadis cantik berusia dua puluh lima tahun yang merupakan putri kebanggan ustad Yusuf dan istrinya.
"Assalamualaikum Abah, Umi." ucap Nizma seraya mencium tangan kedua orang tuanya.
"Waalaikumsallam Nizma. Bagaimana mengajar hari ini?" ucap Ustad Yusuf.
"Alhamdulillah lancar Abah." kegiatan Nizma sehari-hari adalah mengajar para santriwati yang berada di pesantren.
"Nizma, boleh abah berbicara sebentar?" Ustad Yusuf oun meminta Nizma untuk duduk di sampingnya.
Sementara Ustadzah Mia hanya bisa menatapnya dengan tatapan penuh kegelisahan.
"Boleh Abah, memangnya ada apa?" jawab Nizma.
Ustad Yusuf mengusap lembut puncak kepala sang putri yang tertutupi oleh hijab.
"Abah ingin kamu segera menikah Nizma. Usiamu sudah tepat untuk menikah. Dan abah sudah memiliki calon suami untukmu." ujar Ustad Yusuf.
"Menikah abah?" tanya Nizma kembali.
"iya nak, apa kamu sudah siap?" tanya Ustad Yusuf.
"Insya Allah kalau memang abah menghendaki demikian maka Nizma akan siap Abah." dengan santun Nizma menjawab pertanyaan abahnya.
"Alhamdulillah, abah ingin kamu menikah dengan Bagas Abimana, Nizma. Apa kamu siap?" tanya Ustad Yusuf lagi.
Nizma sempat terdiam beberapa saat. Bagas Abimana, tentu semua orang di kampung tahu siapa pria itu. Bahkan bisa dibilang orang paling dihindari di kampung karena semua orang enggan berurusan dengan pria itu.
"Bagas Abimana? Bagas yang.." ucapan Nizma terpotong.
"Abah.. Sudah lah. Umi nggak ingin putri kita jadi istri preman berandal itu." Ustadzah Mia tampak berembun kedua netranya. Rasanya dia tak ingin suaminya membahas hal ini.
Nizma tentu tahu siapa sosok Bagas. Melihat perdebatan kedua orang tuanya tentu membuatnya merasa tak nyaman. Apalagi selama ini hubungan kedua orang tuanya sangatlah harmonis.
Ustadzah Mia selalu menurut akan perintah Ustad Yusuf. Dan ini pertama kalinya dia tak menyetujui keputusan suaminya.
"Abah, Umi. Nizma siap menikah dengan Bagas Abimana." ucapan Nizma sontak saja membuat keduanya terkejut.
Jika ustad Yusuf terlihat senang namun tidak dengan Ustadzah Mia.
"Nizma siap menjadi istri dari Abang Bagas. Kalau memang ini yang terbaik insyaallah Nizma ikhlas menjalaninya sepenuh hati." Nizma meyakinkan.
"Alhamdulillah.. Abah akan mengabari Nak Bagas." ujar Ustad Yusuf.
...****************...
"Berhenti lo.. Bangs*t.." Dengan geram pria itu mencoba menangkap seorang yang kabur. Hanya sebuah dompet yang ditinggalkannya.
Bagas Abimana, pria dingin dengan penampilan menyeramkan. Rambut gondrong serta tatto yang menghiasi sekujur tubuhnya serta wajah sangarnya membuat orang sudah mengira bahwa dia adalah seorang preman.
Bagas memungut dompet tersebut dan membukanya. Melihat identitas pemilik dompet agar dia bisa mengembalikan kepada yang bersangkutan.
Namun tak berselang lama datanglah segerombol warga menghampirinya.
"Dia ternyata copetnya. Hah Bagas dasar copet kau." teriak salah satu warga.
Dengan emosi yang sudah tersulut para warga itu langsung menyerang Bagas tanpa mencari tahu kebenarannya.
Bagas yang sendirian melawan sekitar dua puluh warga. Mereka masing-masing membawa senjata berupa balok kayu serta beberapa barang lainnya.
Meski kemampuan bela diri Bagas cukup baik namun melawan orang sebanyak itu dalam waktu bersamaan membuatnya sedikit kewalahan.
Kebetulan ustad Yusuf yang sedang melintas langsung melerai para warga tersebut.
"Ada apa ini?" tanya ustad Yusuf.
"Bagas kepergok nyopet Pak Ustad." ujar salah satu warga.
"Sudah yakin kamu kalau Bagas yang melakukannya?" ustad Yusuf seolah tak percaya.
"Kami memergokinya membawa dompet seseorang Pak Ustad." ujar warga lagi.
"Sudah-sudah stop. Jangan main hakim sendiri. Ayo hentikan." dengan segera Ustad Yusuf melerai perkelahian itu.
Akhirnya warga pun berhenti. Tampak Bagas sudah memar di beberapa bagian wajahnya. Bahkan ujung bibirnya tampak mengeluarkan darah. Dia hanya menatap tajam ke arah Ustad Yusuf.
Tak berselang lama datanglah seorang ibu-ibu menghampiri mereka. Dia yang mengaku kecopetan.
"Maaf bu, apa ini dompet ibu?" tanya ustad Yusuf.
"Benar ini dompet saya. Alhamdulillah akhirnya ketemu." ujar Ibu itu.
"Bu, apa pria ini yang sudah mencopet anda?" tanya salah satu warga.
"Loh, bukan. Justru Mas ini yang menolong saya mengejar pencopetnya. Saya bahkan ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada Mas nya." Pengakuan ibu itu seketika membuat warga langsung terdiam.
"Bagaimana semuanya? Apa yang kalian sangkakan tidak benar kan? Tolong lain kali jangan main hakim sendiri. Kalau begini sama saja kalian telah mendzolimi Nak Bagas." ujar Ustad Yusuf.
Akhirnya para warga tersebut meminta maaf kepada Bagas dan membubarkan diri.
Bagas yang hendak pergi langsung dicegah oleh ustad Yusuf.
"Nak Bagas, apa kamu baik-baik saja?" tanya ustad Yusuf.
"Pak ustad nggak perlu sok perhatian. Kenapa repot-repot menolong saya?" ucap Bagas dingin.
"Karena saya tau kamu orang baik." ujar ustad Yusuf.
"Baik? Hahaha.. Luar biasa aku dipuji baik. Aku bukan Pak Ustad yang berhati malaikat. Bahkan semua orang sudah tahu aku seburuk apa." Bagas tertawa getir.
"orang hanya menilai luarnya saja tanpa mengetahui bagaimana sifat asli orang tersebut." ujar ustad Yusuf.
"Ya karena semua orang tahunya aku begitu. Lantas bagaimana aku bisa membuktikan bahwa aku bukan orang jahat?" tanya Bagas sinis.
"Menikahlah dengan putriku Nizma. Abah yakin kalian akan cocok." ucap Ustad Yusuf.
Bagas semakin tidak mengerti dengan ucapan Ustad Yusuf. Bagaimana bisa dirinya yang seorang berandalan diminta untuk menikahi gadis baik-baik seperti Nizma. Bahkan semesta pun sepertinya akan menertawakan dirinya jika itu sampai terjadi.
"Pak Ustad sakit atau Pak Ustad habis kejedot pintu? Bisa-bisanya mau menikahkan aku dengan putrimu." ujar Bagas remeh.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Ai Siti Rahmayati
menyimak dulu Thor
2024-01-15
0
Nur Lizza
mampir lagi thor
2023-10-06
2
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
penasaran jdi gak sabaran smpe nunggu tamat ᥬ🤭᭄ ᥬ🤭᭄
2023-09-30
0