Zicka merupakan seorang ibu rumah tangga yang baru berusia 25 tahun. Ia memiliki seorang putri yang cantik dan pintar berusia 5 tahun. Ia selalu melakukan tugas-tugasnya baik sebagai seorang ibu maupun istri dengan baik. Tak pernah menuntut, selalu menerima baik kelebihan maupun kekurangan sang suami. Tapi namanya seorang wanita pastinya ingin dimengerti, disayangi, dan diperhatikan. Tapi sayang, sikap suami berbanding terbalik dengan harapannya. Perlahan-lahan, sikap Marcel selaku suami makin berubah membuat Zicka bertanya-tanya apakah gerangan yang terjadi? Apalagi semenjak kenaikan jabatannya di sebuah hotel ternama membuatnya lebih sibuk dengan dunianya sendiri. Tak mempedulikan anak dan istri.
Di sisi lain, ada Marvin yang merupakan adik kandung Marcel yang begitu peduli dan perhatian dengan Zicka. Hingga kadang sikap Marvin ini membuat Zicka salah tingkah. Namun apakah kehadiran Marvin ini mampu mengobati luka hatinya atau akan ada sosok lain yang yang mampu melakukannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Khawatir
Hari sudah malam, jarum jam sudah menunjukkan pukul 9 tapi Marcel belum juga pulang ke rumah. Padahal dulu biasanya setiap pukul 5 sore, ia telah pulang. Paling telat pun sebelum maghrib ia sudah tiba di rumah. Jadi setelat-telatnya Marcel pulang, mereka masih sempat mengerjakan sholat maghrib bersama. Entah karena kesibukannya yang sudah makin bertambah atau ada hal yang lain yang dilakukannya, Zicka tak tahu.
Dulu bila Marcel tiba-tiba harus lembur atau pulang malam, ia selalu menyempatkan berkirim kabar baik via telfon maupun sms atau zaman sekarang via whatsapp. Tapi sekarang, boro-boro memberi kabar pun tidak, telfon atau chat dari Zicka pun tak pernah lagi direspon.
Mengapa Marcel begitu berubah? Mengapa ia seakan sudah tak peduli lagi pada istri dan anaknya? Sikapnya sungguh membuat Zicka bertanya-tanya, apakah yang telah membuat suaminya itu berubah sedemikian rupa?
Tring ...
Sebuah pesan masuk ke aplikasi perpesanan di ponsel Zicka. Awalnya Zicka pikir itu Marcel, tapi ternyata harapan tinggallah harapan. Justru Marvin lah yang mengiriminya pesan.
Marvin : "Hai Ka, lagi ngapain?"
Me : " Nggak lagi ngapa-ngapain."
Marvin : "Emang kak Marcel belum pulang?"
Me : "Belum."
Marvin : "Udah hampir jam 10 kok belum pulang. Apa dia lembur?"
Me : "Nggak tahu."
Marvin : "Kok jutek amat sih?"
Me : "Nggak jutek ah, cuma lagi badmood aja."
Marvin : "Udah ah badmoodnya, nanti cantiknya hilang lho!"
Me : "Biarin."
Marvin : "Ihhh juteknya ... Entar cepet tua juga terus dikirain oma nya Meyra, mau?"
Me : "Apa sih enak aja dipanggil oma. Iya kalo aku dipanggil oma, kamu opa nya."
Marvin : "Nggak papa asalkan oma nya kamu."
Me : "?@($_-"
Marvin : "Ka, udah makan malam belum?"
Me : "Belum."
Marvin : "Lho kok belum, nanti sakit magh mu kambuh lho!"
Me : "Biarin, nggak ada yang peduli juga."
Marvin : "Kata siapa gak ada yang peduli?"
Me : "Tuh liat kakak kamu, ngasi kabar kenapa belum pulang pun nggak mau, apa namanya itu kalo bukan nggak peduli."
Marvin : " Mungkin kak Marcel sibuk. Tapi kan aku peduli sama kamu, Ka. Kalo nggak peduli nggak mungkin aku belain chat malam-malam keq gini."
Me : "😭😭😭"
Marvin : "Lho kok nangis? Please, jangan sedih ya! Kalo kamu mau apa-apa atau butuh sesuatu hubungin aku aja. Aku selalu siap sedia kok. Atau kamu lagi pingin makan sesuatu?"
Me : "Iya sih, ada yang pingin. Tapi udah malam, gimana mau belinya. Mau keluar nggak bisa bawa motor, mau g'food, tadi dah lihat-lihat gak ada, giliran ada eh jauh-jauh semua kan kasian abang ojolnya kalo anter jauh-jauh. Mau minta beliin Mas Marcel sekalian pulang kerja, boro-boro dibeliin, dari tadi chat nanyain pulang jam berapa dibaca aja nggak apalagi dibales, gimana mau nitip coba."
Marvin : "Emang kamu pingin apaan sih?"
Me : "Pingin martabak telor bebek."
Me : "Vin ..."
Me :" Marvin, kamu tidur ya?"
"Ikh pasti tidur nih anak. Dia yang ajakin chat, giliran dibales, eh dia malah ngilang, pasti udah molor tuh. Hmmm ... apa lagi udah hampir jam 11. Duh, Mas Marcel mana sih kok belum pulang juga! Aku coba telfon aja lah."
"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau di luar jangkauan, mohon hubungi beberapa saat lagi."
"Duh, kemana sih kamu Mas kok gak bisa dihubungin," gumam Zicka mulai frustasi karena mengkhawatirkan keadaan Marcel yang tak kunjung bisa dihubungi.
tok tok tok...
"Nah, itu mungkin mas Marcel."
Zicka pun segera membuka pintu, "Mas kamu kok pul ... eh kamu Vin, kirain aku mas Marcel. Kenapa kamu malam-malam kesini, aku kira kamu tadi udah ketiduran sampai nggak bales-bales chat aku lagi."
"Nih, ambil! Dimakan ya! Aku nggak mau kamu sakit." Marvin memberikan sebuah kantong yang entah apa isinya.
"Apa ini, Vin?" Tanya Zicka penasaran.
"Buka aja," ujar Marvin sambil tersenyum manis.
"Martabak telor? Astaga, jadi kamu tadi ngilang karena mau beliin aku martabak telor ya?" tanya Zicka dengan mata yang sudah berkaca-kaca yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Marvin.
"Makasih banyak ya, Vin." Tiba-tiba saja air mata Zicka mengalir sendiri dari sudut matanya. Ia benar-benar terharu dengan sikap Marvin yang tak terduga.
"Udah, nggak usah pake terharu gitu," ucap Marvin sambil menyeka air mata Zicka yang sudah mengalir di pipi.
"Aku kan udah bilang, kalo kamu mau apa-apa atau butuh sesuatu, hubungin aja aku, aku pasti akan selalu siap sedia. Ya udah, aku pulang dulu ya!" Pamit Marvin yang segera berlalu dari hadapan Zicka lalu melambaikan tangan.
"Nggak mampir dulu, Vin?" Pekik Zicka membuat Marvin menoleh.
"Nggak usah, udah malem, entar orang kirain kita ngapa-ngapain. Bye Ka, selamat makan and selamat malam. Udah makan, segera tidur ya," ucap Marvin sambil melambaikan tangan lagi sebelum benar-benar menghilang dari pandangan Zicka.
"Marvin, seandainya mas Marcel sebaik kamu, pasti aku akan jadi wanita yang paling bahagia di dunia ini. Sayangnya itu hanya mimpi," gumam Zicka yang masih berdiri di depan pintu. Setelah itu, ia pun segera masuk ke dalam rumah.
Lalu Zicka segera mengambil piring dan memasukkan martabak plus kuahnya ke dalam piring dan mulai memakannya dengan lahap. Meyra sudah tertidur lelap jadi ia tidak membangunkannya untuk mengajak makan bersama. Sesekali ia terhenti dari makannya saat mengingat entah dimana keberadaan suaminya saat ini. Tak ada kabar sama sekali. Seakan lupa ia memiliki anak dan istri yang selalu menanti kepulangannya di rumah.
Selesai makan, Zicka pun segera membereskan peralatan makannya barusan dan langsung mencucinya. Setelah itu, ia pun kembali ke kamar dan mengetikkan sebuah pesan untuk Marvin.
Me : "Vin, makasih banyak ya untuk semuanya."
Marvin :" Sama-sama."
Hari sudah makin larut, bahkan jarum jam pun sudah menunjukkan pukul 11 lewat. Namun Zicka masih saja terjaga. Ia tak dapat memejamkan matanya walau sejenak karena terus teringat pada sang suami yang tak juga menunjukkan tanda-tanda akan pulang. Ia pun mengisi waktunya dengan membaca novel online untuk mengusir rasa suntuknya. Selain itu, ia harap dengan membaca bisa membuat matanya segera mengantuk sehingga ia bisa segera tertidur lelap seperti Meyra.
Percuma juga menunggu Marcel pikirnya, suaminya itu saja tak mau menghubunginya sama sekali. Namun, ternyata rasa khawatirnya lebih besar dari pada ego untuk tak mempedulikan suaminya. Ia khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada sang suami, jadi Zicka pun sesekali berusaha menghubungi Marcel kembali walaupun yang menjawab masih saja mesin operator provider. Zicka hanya bisa menghela nafas seraya berdoa, semoga saja suaminya baik-baik saja dimana pun berada.
...***...
...HAPPY READING ❤️❤️❤️...
𝐧𝐚𝐬𝐢𝐛 𝐌𝐚𝐫𝐯𝐢𝐧 𝐢𝐩𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐭𝐫𝐮𝐬 𝐬𝐦 𝐳𝐢𝐜𝐤𝐚
𝐭𝐞𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐪𝐮 𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡 𝐬𝐢𝐫𝐢𝐡 𝐣𝐠 𝐛𝐬 𝐝𝐩𝐭 𝐚𝐤𝐭𝐞 𝐚𝐧𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚.... 𝐭𝐩 𝐲𝐠 𝐭𝐫𝐜𝐧𝐭𝐮𝐦 𝐧𝐦𝐚 𝐢𝐛𝐮.... 𝐧𝐦 𝐚𝐲𝐚𝐡 -
𝐤𝐞𝐭𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐞 𝐬𝐩𝐫𝐭𝐢 𝐢𝐭𝐮 𝐧𝐭𝐢
𝐤𝐫𝐧 𝐝𝐥𝐦 𝐢𝐬𝐥𝐚𝐦 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐲𝐠 𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫 𝐝𝐢 𝐥𝐮𝐚𝐫 𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡 𝐣𝐠 𝐧𝐚𝐬𝐚𝐛 𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞 𝐢𝐛𝐮
𝐦𝐚𝐚𝐟 𝐛𝐤𝐧 𝐬𝐨𝐤 𝐭𝐚𝐮 𝐭𝐩 𝐢𝐧𝐢 𝐭𝐫𝐣𝐝 𝐝𝐈 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐪𝐮 𝐭𝐡𝐨𝐫 🙏🙏
𝐮𝐭𝐨𝐰𝐨 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐤𝐞 𝐭𝐚𝐤 𝐩𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐛𝐚𝐭𝐡𝐮𝐤 𝐛𝐞𝐧 𝐦𝐚𝐭𝐢 𝐩𝐢𝐬𝐧
𝐤𝐥𝐨 𝟏𝐚𝐫𝐚𝐡 𝐧𝐦 𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐡𝐨𝐭𝐛𝐚𝐡
𝐤𝐥𝐨 𝐝𝐥𝐦 𝐫𝐭 𝐠𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐨𝐦𝐮𝐧𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐠𝐧 𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧, 𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐬𝐢𝐧𝐠𝐥𝐞 𝐡𝐚𝐩𝐩𝐲