Saat Suamiku Berubah

Saat Suamiku Berubah

1. Perasaan Zicka

"Mas, malam ini kamu pulang cepet ya!" ujar Zicka sambil mengulas senyum.

"Liat aja ntar," ketus Marcel dingin membuat jantung Zicka rasanya bergemuruh.

Lagi-lagi sikap dingin Marcel yang ia dapatkan. Namun, Zicka tetap berusaha untuk sabar. Mungkin Marcel sedang ada masalah pikirnya.

"Ayolah Mas, masa' pulang larut terus. Dulu gak segitunya deh. Masih sempat buat kumpul keluarga, tapi sekarang kok susah banget. Sibuk terus. Sampai nggak ada waktu untuk anak dan istri," protes Zicka sambil memasang mimik cemberut.

Bila dulu Zicka bersikap demikian, maka Marcel akan segera memeluk dan menciumi pipinya, ia harap saat ini pun masih. Walaupun ia sedikit ragu mengingat sifat dan sikap suaminya saat ini hampir berubah 180°.

"Namanya juga sibuk," ketus Marcel lalu pergi meninggalkan kopinya yang belum disentuh sedikitpun.

"Selalu aja gitu. Apa salah kalo aku minta waktu untuk kumpul bareng. Anak istri itu bukan hanya butuh duit, tapi juga butuh kehadiran seorang suami sekaligus ayah anak-anaknya," keluh Zicka saat Marcel telah menghilang dari pandangannya.

Raut wajah cemberut tadi seketika berubah menjadi berkaca-kaca. Hatinya bertanya-tanya, apakah gerangan yang membuat sikap suaminya berubah seperti ini?

Hari ini adalah hari anniversary pernikahan mereka yang ke 4 tahun. Jadi Zicka ingin merayakannya walau hanya mereka bertiga saja, Zicka, Marcel, dan Meyra. Tapi keinginannya pupus sudah.

Entah kenapa, 2 tahun ini sikap suaminya benar-benar ketus. Zicka tahu, memang dari dulu sifat suaminya seperti itu, Marcel itu agak egois, tapi ia tak tahu kenapa makin hari sikapnya bukan hanya makin egois, tapi juga ketus, dan kasar. Tak pernah mau mengalah apalagi mengaku salah.

Setiap melakukan kesalahan, bukannya mengaku salah, justru sebaliknya menyalahkan dan marah-marah. Ia tak segan melayangkan tangan atau melempar apapun yang ada di hadapannya. Sikap Marcel terkadang membuat Zicka frustasi, namun ia sadar ia memiliki seorang putri yang harus ia lindungi. Oleh karena itu, ia berusaha untuk terus bertahan. Walaupun ia tak tahu sampai kapan batas kesabarannya ini diuji. Ia hanyalah perempuan biasa. Hatinya tak seluas samudera. Bila rasa sakit ini terus-menerus dipupuk, bukan tidak mungkin ia akan menyerah.

Tok tok tok ...

"Pagi, Ka," sapa Marvin saat pintu telah terbuka lebar. Marvin adalah adik dari Marcel. Usianya tak jauh berbeda dari Zicka.

"Eh, kamu Vin. Pagi juga. Tumben nih pagi-pagi dah datang," sahut Zicka sambil mempersilahkannya masuk.

"Taraaa ... Aku bawain ini nih buat kamu."

Marvin pun memberikan sebuah bingkisan pada Zicka. Zicka menerimanya dengan senang hati. Sebaik itulah Marvin. Ia begitu peduli dan perhatian dengan Zicka dan juga Meyra, keponakan kesayangannya.

"Apa nih Vin?" Tanya Zicka penasaran.

"Dah, buka aja!" jawab Marvin sambil mengulum senyum.

"Wah, mie ayam. Tau aja aku sama Meyra belum sarapan," seru Zicka sambil tersenyum lebar.

"Tau donk, aku kan ... oppps. Ah gak jadi. Hehee ..."

"Aku kan apa, ayo selesain kata-katamu tadi!" perintah Zicka dengan mata melotot pura-pura galak.

"Mau tau aja atau mau tau banget?" goda Marvin seraya mengedipkan sebelah matanya.

"Iii ... mata oom ada cacingnya ya, kedip-kedip ke mama," celetuk Meyra dengan wajah polosnya.

"Iya, bener, di mata oom banyak cacingnya tuh soalnya jarang mandi. Hehehe ..." Zicka terkekeh geli ikut menimpali.

"Enak aja jarang mandi, oom rajin mandi yeee malah udah kayak makan, bisa 3x sehari, biar wangi terus. Kalo nggak percaya nih cium-cium," Marvin mendekatkan tubuhnya ke Zicka supaya Zicka mencium aroma tubuhnya yang wangi namun Zicka malah berlari-lari sambil menertawakan Marvin. Meyra pun ikut menertawakan Zicka dan Marvin yang sedang berkejar-kejaran.

Ya, Marvin memang sangat baik. Sikap Marvin selalu dapat membawa kebahagiaan bagi Zicka dan Meyra. Malah Meyra cenderung lebih dekat dengan Marvin dibanding Marcel. Saat sakit pun, Meyra bukannya ingin bertemu Marcel, tapi justru ingin bertemu sang paman, Marvin.  Marvin akhirnya menemani Meyra layaknya seorang ayah padahal statusnya hanya paman Meyra. Kehadiran Marvin membawa kehangatan yang selama ini Zicka rindukan. Bahkan tanpa sepengetahuan Marcel, Marvin memiliki panggilan tersendiri pada Zicka, yaitu Icka. Bila di depan Marcel ia memanggil seperti biasa, Zicka, tapi di belakang ia memanggilnya Icka. Zicka pun tak pernah mempermasalahkan itu.

"Vin, kok cuma beli 2 bungkus? Emang kamu udah sarapan?" tanya Zicka sambil memakan mie ayam miliknya.

"Belum sih, tadi kehabisan, cuma pas-pasan sisa 2 bungkus aja," jawab Marvin dengan tersenyum sambil memperhatikan kedua ibu dan anak itu menyantap mie ayamnya.

"Duh, maaf aku gak tau. Kalo tau tadi, sudah aku bagi 3 sama kamu mie ayamnya," ujar Zicka merasa sedikit menyesal dan tak enak hati.

"Udah, nggak papa. Makan aja yang penting kamu dan Meyra kenyang," ujar Marvin yang tak begitu mempermasalahkannya.

"Hmmm ... gimana kalo kamu makan yang aku aja, aku juga nggak terlalu laper kok dari pada entar nggak habis," tawar Zicka pada Marvin yang justru mengerutkan keningnya kemudian ia tersenyum menyeringai.

"Nggak mau kalo ambil yang kamu, tapi kalo makan berdua aku mau," jawab Marvin yang sontak membuat wajah Zicka memerah, suaminya saja enggan makan sepiring berdua dengannya eh malah adiknya, Marvin dengan senang hati mau makan berdua dengannya.

"Ka-kamu serius?" Tanya Zicka terbata.

Tanpa basa-basi, Marvin menarik mangkok mie ayam yang ada di hadapan Zicka dan memakannya dengan lahap sambil sesekali menyuapi Zicka.

Meyra tak pernah protes sikap pamannya itu, justru sebaliknya kehadiran pamannya itu selalu Meyra nantikan.

"Eh Vin, emang kamu gak kerja hari ini, ini udah jam 8 lho," tukas Zicka mengingatkan.

"Itulah enaknya punya usaha sendiri Ka, mau datang kapan aja bebas. Yang penting karyawan aku udah tau jadwal buka tutup tokonya. Nggak kayak kak Marcel, kerjanya terikat waktu, jadi nggak punya waktu walau sekadar untuk kumpul sama anak dan istri sendiri," ucap Marvin santai namun begitu menusuk relung hati Zicka yang memang sedang tidak baik-baik saja.

Tanpa Marvin sadari, ucapannya itu membuat Zicka sedih. Bukan sedih karena tersinggung, tapi karena memang begitulah kenyataannya. Bekerja dengan orang lain, membuat suaminya sulit untuk menyisihkan waktu walau untuk berkumpul dengan anak dan istri sendiri. Pergi pagi-pagi sekali dan pulang begitu larut. Bahkan Meyra sering bertanya-tanya tentang ayahnya yang jarang ia jumpai.

'Mas, apa kau tak pernah merindukan kami, istri dan anakmu? Kami merindukanmu, Mas. Sangat.' batin Zicka bermonolog.

...***...

Hai kak, mungkin di sini ada pembaca setia othor dari zaman baheula dan pernah baca cerita ini. Cerita ini pernah othor publish, tapi dah lama banget dan sudah othor hapus. Tapi sekarang mau othor publish lagi setelah revisi.

Selamat membaca. Semoga suka. ❤️

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

Terpopuler

Comments

Pisces97

Pisces97

Marvin tubuh benih² cinta sama kakak ipar gk mungkin lah mereka sedekat itu melebihi sama suami sendiri ..

2024-07-30

0

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

dr awal udah hrs curiga kl palsu Berubah.hrs nyelidiki...

2024-06-29

0

sherly

sherly

duh Thor novelmu tu smuanyaa buat baper, emosi, pokoke dpat banget feelnya...

2024-03-27

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!