NovelToon NovelToon
Dijebak Di Malam Pengantin

Dijebak Di Malam Pengantin

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:564.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Aura, gadis berusia 26 tahun yang selama hidupnya tidak pernah memahami arti cinta.

Karena permintaan keluarga, Aura menyetujui perjodohan dengan Jeno.

Akan tetapi, malam itu akad tak berlanjut, karena Aura yang tiba-tiba menghilang di malam pengantinnya.

Entah apa yang terjadi, hingga keesokan harinya Aura justru terbangun di sebuah kamar bersama Rayyan yang adalah anak dari ART di kediamannya.

"Aku akan bertanggung jawab," kata Rayyan lugas.

Aura berdecih. "Aku tidak butuh pertanggungjawaban darimu, anggap ini tidak pernah terjadi," pungkasnya.

"Lalu, bagaimana jika kamu hamil?"

Aura membeku, pemikirannya belum sampai kesana.

"Tidak akan hamil jika hanya melakukannya satu kali." Aura membuang muka, tak berani menatap netra Rayyan.

"Aku rasa nilai pelajaran biologimu pasti buruk," cibir Rayyan dengan senyum yang tertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Ada apa?

Bab 2

"Jadi ... kamu setuju dengan rencana pernikahan kita, Ra?"

Aura mengangguk atas pertanyaan Jeno, dia sudah pasrah dengan rencana pernikahan yang diatur oleh kedua orangtuanya. Di usianya yang sudah melewati angka 25 tahun. Aura tidak mau banyak memilih, kendati penampilannya sendiri masih layaknya anak kuliahan bahkan remaja SMA.

"Baiklah, tapi ada yang harus kamu tahu sebelum kita menikah, Ra."

"Apa?"

"Aku ... gak sebaik yang kamu dan orang lain kira. Ya, mungkin aku memang gak bisa menjadi diriku sendiri di hadapan keluarga. Tapi, jika kamu memang mau menikah denganku maka kamu berhak tau siapa aku sebenarnya."

Ucapan Jeno membuat Aura tersenyum. Dia menghargai jika pemuda ini mau jujur dan terbuka kepadanya sebelum pernikahan mereka dimulai.

"Memangnya, siapa kamu yang sebenarnya?"

"Aku gak sebaik kelihatannya. Aku masih suka kelayapan." Jeno nyengir. "Aku juga punya pacar, Ra," tambahnya.

Ucapan Jeno yang terakhir, membuat senyum di wajah Aura perlahan surut.

"Hanin. Kami sudah berpacaran selama kurang lebih dua tahun," jelas Jeno seolah menjawab rasa ingin tahu yang muncul di kepala Aura.

"Jadi? Kamu gak akan nerima pernikahan kita?" tebak Aura.

Jeno tersenyum, untuk ukuran tampang memang wajah Jeno cukup tampan. Dia pria campuran, karena Mamanya–Tante Jenifer–adalah wanita berketurunan Prancis-Australia, sedangkan Papanya–Om Beno adalah pria keturunan Jawa-Medan.

"Tentu saja aku gak akan nolak, Ra. Aku udah suka kamu sejak lama," kata Jeno.

Kali ini, jawaban Jeno membuat Aura speechless. Sejak kapan? Pikirnya.

"Jadi ... pacar kamu, gimana?"

"Aku sama Hanin gak pernah serius." Jeno mengedikkan bahu. "Just have fun. Cuma bersenang-senang," imbuhnya.

"Tapi, apa nanti dia gak keberatan? Tiba-tiba kamu menikah sama aku? Aku pikir kamu gak punya pacar, Jeno. Kenapa kamu gak tolak aja tawaran ini? Toh, orangtua kita juga gak pernah memaksakan, kan?"

Jeno menggeleng samar, ada kulumann senyum yang tertahan di bibirnya. "Kan udah aku bilang, aku gak akan nolak karena aku emang udah suka kamu sejak lama, Ra," pungkasnya.

"... soal Hanin, dia akan ngerti karena selama ini kita hanya jalin hubungan berdasarkan suka sama suka, gak pake perasaan," sambung Jeno menjelaskan.

Sejak kesepakatan itu tercetus, Jeno dan Aura akhirnya sepakat untuk menikah. Mereka pun mulai sibuk menyiapkan rencana pernikahan itu.

Dalam jangka waktu satu bulan, perlengkapan nikah telah rampung hampir 90%. WO, catering, tempat, vendor, semua sudah lengkap.

Tidak ada tanda-tanda Jeno akan kembali bersama Hanin. Sepertinya pemuda itu benar-benar serius dengan pernikahannya dengan Aura hingga memutus kontak dengan mantan kekasihnya tersebut, setidaknya itulah yang ada dalam pengamatan Aura terhadap calon suaminya.

Seminggu menjelang pernikahan keduanya, Bi Dima–Asisten rumah tangga–membawa serta putranya untuk ikut membantu di kediaman orangtua Aura.

"Saya ... Rayyan, Mbak."

"Jangan panggil mbak. Panggil Aura aja, sama kayak yang lain."

Respon Aura yang ramah membuat Rayyan tersenyum. Pria dengan lesung pipi itu menularkan senyumnya pada Aura yang melihatnya.

"Baiklah, Aura ..."

"Nah, begitu lebih baik. Semoga kamu betah ya disini. Bantuan kamu berarti disini karena kita memang kekurangan tenaga cowok. Adik aku dua-duanya emang cowok sih, tapi mereka sibuk masing-masing," kata Aura panjang lebar.

"Eh, Mas Rayyan udah kenalan sama Non Aura?" Bi Dima tiba-tiba datang dan menginterupsi percakapan antara Rayyan dan Aura.

"Udah, Bi. Ini aku tadi ngeliat Rayyan disini, aku pikir siapa, jadi aku tanya aja sama dia. Ternyata dia putranya Bi Dima, ya?" Aura menjelaskan.

Bi Dima menatap Rayyan dan dibalas pemuda itu dengan senyuman tipis.

"Ng—iya, Non. Ini Mas Rayyan memang putra saya," kata Bi Dima agak kikuk, tapi Rayyan mengangguk-angguk untuk mengiyakan ujaran sang ibu.

"Bi Dima gak pernah bilang kalau punya anak cowok." Aura nyengir pada asisten rumah tangganya itu.

"Saya baru balik dari kampung, Ra." Rayyan menyahut akrab.

"Oh ... oke, deh. Semoga kamu betah disini ya, Ray."

"Lho, memangnya Mas Rayyan mau menginap disini?" tanya Bi Dima yang justru terkejut seolah tidak tahu mengenai hal itu.

"Gak apa-apa ya, Bu? Aku bisa kerja dan bantuin disini, kok."

"Ng— tapi?" Bi Dima menggaruk pelipisnya, tampak ragu.

"Disini kayaknya lagi repot. Mau ada acara ya, Bu?"

"Iya, seminggu lagi pesta pernikahanku. Aku harap, kamu gak keberatan ya bantu-bantu Bi Dima disini." Aura yang menyahut.

Rayyan terkejut dengan jawaban Aura. Tapi, sesaat kemudian dia mengangguk. "Ya, saya akan membantu disini," katanya.

"Aura?"

Saat mereka masih asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar suara Papa Sky yang memanggil putrinya.

Aura sontak melihat pada ibu dan anak yang sangat kontras tingginya itu.

"Bi Dima, Rayyan, aku tinggal dulu, ya."

Gadis itu pun berlalu setelah undur diri pada keduanya.

Aura kembali menangis saat mengingat momen-momen dimana pertama kalinya dia menyetujui perjodohan dengan Jeno. Begitupun dengan perkenalan pertamanya dengan Rayyan tempo hari, semua itu seperti film yang sedang diputar dalam tempurung kepalanya.

Mama Yara tidak sampai hati melihat dan mendengar tangisan putrinya. Dia merasa sangat terenyuh. Segala kalimat untuk menyemangati Aura seakan tidak berarti.

Beberapa kali pula Mama Yara mengatakan pada Aura bahwa semuanya akan baik-baik saja, tapi nyatanya Aura tetap sangat terpukul seperti ini.

Tentu saja, Mama Yara memahami bagaimana syoknya Aura saat ini. Apalagi di masa lalu Aura pernah mengalami pelecehan saat masih remaja hingga menyebabkannya trauma selama bertahun-tahun. Apalagi sekarang? Kini Aura justru mengaku telah ternoda dan kehilangan kehormatan.

Mama Yara sendiri, bingung dan nyaris pingsan saat mendengar kenyataan ini. Tapi, sebisa mungkin wanita paruh baya itu mencoba untuk kuat hati agar sang putri tidak merasa semakin terpojok.

Klek …

Pintu kamar Aura dibuka, ada Cean berdiri disana dengan tampang yang menyiratkan ketidaktahuannya. Tapi, beberapa detik kemudian pemuda itu mulai berujar pelan.

"Ma, Rayyan udah menunggu di bawah."

Mama Yara mengangguk, dia memang meminta Bi Dima untuk memanggil Rayyan dan mereka akan membahas hal terkait masalah yang sudah Aura ceritakan.

Mama Yara kembali melihat pada Aura yang masih menunduk dalam dan terisak-isak.

"Kita bahas ini sekarang ya, Nak. Ayo kita turun dan minta pertanggungjawaban Rayyan."

"Apa?"

Bukan cuma Aura saja yang terkejut dengan pernyataan sang Mama, tetapi Cean yang masih berdiri diambang pintu–juga sama terkejutnya. Otak pemuda itu langsung menstimulasi untuk mencerna apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Ma, Aura kenapa sebenarnya? Dan kenapa harus memanggil Rayyan? Terus, apa maksud Mama dengan meminta pertanggungjawaban?" serobot Cean tak tanggung-tanggung.

Mama Yara memberi isyarat dengan gelengan. "Kita bahas nanti. Biar ini menjadi urusan Mama, Papa dan Aura. Sementara ini Mama minta tolong sama kamu dan Rion untuk tenang dulu dan jangan memberikan statement apapun."

Kendati sang Mama sudah berkata demikian, tapi pemikiran Cean sudah kemana-mana dan sulit baginya untuk menahan emosi.

Mama Yara kembali menoleh pada Aura yang tidak bergerak sedikitpun. "Ayo, apa kamu mau masalah ini gak selesai dan berlarut-larut?" tanyanya.

Aura akhirnya mengiyakan ajakan sang Mama untuk turun ke lantai bawah. Dia berusaha untuk menata perasaan dan siap untuk kembali bertatap muka dengan pemuda yang sempat terbangun disisinya pagi tadi.

Bersambung …

...Visual Jeno...

1
Erry Shintia
Luar biasa
Sita Sit
kereñnn ,buat aura bener2 menyesali perbuatannya sama rayyan
Sita Sit
baru nyesel ya ra ,kasian Rayyan ya
Sita Sit
rasain kau aura,gak ada rasa syukurnya dpt suami sempurna gitu
Anonymous
Biasa
Anonymous
Buruk
Chyntia Rizky 🖋️: gak baca tp bisa menilai karya saya dgn bintang satu. besok-besok buat karya sendiri saja ya kak... yg mungkin bisa sampe bintang 10. terimakasih sudah kesini. sepertinya semua novel yg dikunjungi tidak ada yg bagus menurut kakak🙏🏻
total 1 replies
Sita Sit
karyamu bagus bagus Thor ,semangat ,aku mau coba baca semua
Siti Nina
oke
74 Jameela
Bagus ceritanya..smngt&sukses kak
Juan Sastra
bagus thorr
Juan Sastra
hadeeeh rayyan harusnya tuh bilangnya,, makasih sayang sembari cium cium
Juan Sastra
syukur,,,
Juan Sastra
mati saja kau aura,,, semoga di perkosa benaran oleh sandy biar gila sekalian kau.. bego banget
Juan Sastra
lama amat sih masalah man bisa buat aura klepek klepek,, bikin cemburu baru bisa
Juan Sastra
kasih poto aja lagi makan siang perempuan cantik, pasti uring uringan tuh
Syahilla Naazifa
Luar biasa
Syahilla Naazifa
Lumayan
khitara
ya.....rasakan sendiri
khitara
wow wow wow
khitara
aaaa....bagus banget ceritanya thor.....mampir juga kelapak q thor, di paksa mencintai dan cinta gadis dingin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!