Kania Ishaq telah mencintai suaminya Daniel Saliem selama 10 tahun sejak Ia masih Remaja.
Namun, meskipun telah menikah dengan Daniel selama 7 tahun, bahkan Mereka telah memiliki seorang putri yang cantik bernama Elisa Saliem, Tetap saja tidak membuat Daniel bisa mencintainya.
Bahkan selama 2 tahun terakhir, Daniel malah berhubungan dengan adik tirinya Serena Gunawan tanpa malu dihadapannya.
Yang lebih menyedihkan, Putrinya sendiri, Elisa lebih menyukai Serena dibandingkan dirinya.
Akhirnya, Kania menyadari bahwa Ia telah melakukan hal yang sia-sia. Ia meninggalkan karirnya yang cemerlang sebagai dokter spesialis muda genius yang begitu dibanggakan profesornya namun berakhir mengecewakannya hanya untuk mengejar cinta.
Kania mengambil keputusan. Ia lelah mencintai sendirian dan sakit sendirian. Ia memutuskan untuk bercerai dan memulai hidupnya kembali.
Ia tak mau menyia-nyiakan waktunya lagi.
Bagaimana kisah Kania dan Daniel?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Calon Mantu Yang Cocok!
Pertemuan dengan Pak Handoko berjalan lancar, Kerjasama pun sudah di sepakati untuk produk kolaborasi Guardian dan Cakrawala Group.
Selesai melakukan pertemuan dengan Pak Handoko, Kania berpisah dengan Alex untuk pergi ke rumah sakit. Kania memiliki janji temu dengan dokter Singgih Swasono, dokter pribadi Keluarga Ishaq.
Kania baru saja mendapatkan kabar yang cukup bagus untuk pengobatan lanjutan bagi Ibunya. Sejak mengalami kejang kemarin, Dokter Singgih menemukan bahwa Kondisi Karen mulai mengalami kemajuan. Sebelum di pulangkan, Karen sempat menggerakkan jari tangannya. Meskipun setelah itu kondisinya kembali diam seperti semula.
Sesampainya di rumah sakit, Kania langsung diminta masuk ke ruangan Dokter Singgih.
"Selamat sore dok, Maaf sedikit terlambat"
Kania memberi salam begitu tiba di ruangan dokter spesialis penyakit dalam berusia 48 tahun itu.
"Tidak masalah, kebetulan saya juga sudah selesai melakukan kunjungan pasien. Silahkan duduk"
Kania mengangguk kemudian duduk di di kursi yang berhadapan langsung dengan dokter Singgih.
"Jadi, begini Kania. Saya melihat potensi Karen untuk sembuh sebenarnya cukup besar. mengingat kondisi organ-organ vitalnya masih normal, apakah setelah kejang kemarin Saya melihat mulai ada pergerakan di beberapa titik seperti jari tangan, jari kaki dan bibir. Jadi, Saya menyarankan agar Karen menjalani pengobatan di luar negeri. Selain fasilitas dan teknologi rumah sakit di sana lebih baik dari dalam negeri. Keadaan di luar negeri juga lebih tenang dan kondusif daripada di rawat di rumah seperti sekarang ini"
Kania menyimak dengan seksama, tapi masih belum bisa memberikan komentar apa-apa, Karena Dia sendiri bingung.
Pengobatan di luar negeri? Kania baru saja memulai kembali karirnya di Guardian Group, pamannya juga sedang berusaha keras membangkitkan kembali perusahaan Keluarga Ishaq. Jika Mamanya berobat ke luar negeri, Siapa yang akan menjaga Mamanya?
Melihat kebimbangan di wajah Kania, Dokter Singgih tentu mengerti. Karena Sedikit banyak Dokter tahu keadaan keluarga Ishaq saat ini.
"Saya mengerti Kamu masih bingung untuk mengambil keputusan, tidak perlu terburu-buru, tapi juga harus di pertimbangkan. Untuk masalah rekomendasi rumah sakit, jangan khawatir, Rumah sakit yang akan Aku rekomendasikan padamu tidak akan mengecewakan, Dokter yang akan merawat Karen nanti, Jika Kamu dan keluargamu sudah mengambil keputusan untuk membawanya keluar negeri juga adalah sahabatku. Dia merupakan dokter saraf terbaik di sana"
Kania mengangguk, kemudian berkata,
"Baiklah dok, Saya akan membicarakannya terlebih dahulu dengan Paman dan Bibi Saya"
"Saya mengerti. Kabari Saya jika Kamu dan keluarga sudah mengambil keputusan"
"Baik Dok"
Setelah berbincang-bincang sebentar, Kania pun meninggalkan rumah sakit itu.
Kania sedikit melamun saat berjalan ke arah parkiran. Ia benar-benar dilanda kegalauan mengenai pengobatan Ibunya.
Tiba-tiba...
"Tolong!!!! Jambret!!!!!"
Kania terkejut melihat orang bertopi berlari mendekat ke arahnya, tapi begitu Melihat seorang wanita berterikan minta tolong sambil menunduk pria itu, Kania secara refleks mengayunkan tas yang berisi laptop ke wajah pria itu.
Bruggg!!!
Srakkk!!!!
Pria bertopi itu jatuh, sementara lengan Kania mengucurkan darah. Tapi Kania tidak berhenti. Begitu Pria itu hendak berlari sembari meraih tas hitam yang Kania duga adalah milik wanita yang kini berteriak minta tolong itu, Kania langsung menginjak tali tas itu kemudian mengayunkan kembali tas laptopnya untuk memukuli pria yang merupakan jambret itu.
Pria itu nyaris saja mengayunkan pisaunya lagi ke arah Kania tapi orang-orang yang mendengar teriakan wanita pemilik tas itu keburu datang, kemudian menyerbu si jambret itu. Kania segera meraih tas hitam milik si wanita itu.
Wanita yang tampilannya sangat elegan dan nyentrik itu dengan cepat meraih Kania yang terhuyung-huyung.
Sementara jambret itu sudah di tangkap masa dan di seret ke kantor polisi terdekat.
"Nak!!! Kamu nggak apa-apa??"
Kania mengangguk, namun wajahnya pucat pasi. Tubuhnya juga lemas luar biasa karena shock.
"Pak Tris, tolong urus masalah jambret itu ke kantor polisi, Kamu hubungi anak Saya untuk segera kesini. Saya mau bawa Dia ke rumah sakit"
"Baik Bu"
Pria yang di panggil pak Tris itu segera bergegas melaksanakan perintah bosnya.
"Nak, Ayo ke rumah sakit, Kamu terluka"
Kania tidak menolak karena lengannya memang terasa perih dan sakit. Sepertinya luka goresannya cukup dalam.
Wanita itu kemudian membawa Kania masuk kembali ke rumah sakit. Dia pun segera mendapatkan perawatan di sana.
Beberapa saat kemudian...
Luka Kania sudah di perban dan mendapatkan kurang lebih 10 jahitan. Sekarang Kania dan Wanita itu sedang berjalan menuju apotik rumah sakit untuk menebus obat.
"Nak, Kamu sangat pemberani, Tante benar-benar berterima kasih. Kamu hampir celaka karena mencegat Jambret itu"
Kania tersenyum tipis, kemudian menjawab,
"Tidak apa-apa Bu, Kebetulan jambret itu lari ke arah saya, jadi Saya sendiri reflek memukulnya tanpa sempat berfikir"
"Terima kasih banyak. Karena Kamu tas Saya juga kembali. Ngomong-ngomong, Nama Saya Clara, Clara Shelton, Kamu bisa panggil saya Tante Clara"
'Shelton?' Kania membatin. Jangan-jangan...
"Mom!"
"Blake! Akhirnya, Kamu datang juga. Kok lama?"
"Maaf Mom, jalanan macet dan Blake lagi nggak di kantor"
Blake melirik Kania yang lengannya di perban dan matanya sontak melebar.
"Mom.."
"Ini Kania, Dia yang menolong Mommy waktu tas Mommy di jambret. Dan tangannya jadi luka begini"
"Thank you, Kania.."
"Sama-sama"
Melihat suasana canggung diantara Mereka berdua, Clara pun menjadi sedikit bingung.
"Kalian... Saling kenal ya???"
"Iya Bu, Pak Blake dan Saya saling kenal. Beberapa saat lalu Kami baru saja meeting untuk membahas kerjasama"
"Oh My God... Kebetulan sekali ya"
Kania mengangguk, namun perasaan canggung dan tidak nyamannya masih terasa. Clara lalu mencoba merubah suasana itu,
"Ya sudah, Blake tolong tebus obat ini ya, Mommy sama Kania tunggu di sini"
"Oke Mom, mana resepnya"
"Ini"
Setelah mengambil resep di tangan Ibunya, Blake segera meluncur ke arah apotik rumah sakit, sementara Kania dan Tante Clara duduk di kursi tunggu.
"Jadi, Kamu kerja di mana Kania?"
"Saya programer di Guardian Group, Bu
"Panggil Saya Tante, Kania"
"Iya Tante"
Mendengar Jawaban Kania, Tante Clara tersenyum puas.
"Oh! Pantas saja, wajah Kamu nggak asing, ternyata Kamu masuk siaran TV beberapa waktu lalu saat peluncuran produk Guardian Group ya?"
"Benar, Tante"
"Ngomong-ngomong, Tante salah satu pelanggan yang ikut Pre-order Smart-Cam itu loh"
"Hihi, Terima Kasih Tante"
Melihat Kania tidak lagi canggung berbincang dengannya, Clara semakin merasa senang.
'Ah, gadis ini sangat cantik dan baik, Cocok sekali dengan Blake'
Tante Clara membatin. Jiwa-jiwa Mak comblangnya tiba-tiba menyalahhh. Mengingat Putra nya yang tidak pernah membawa pacar sekalipun. Begitu melihat Kania, Ia merasa telah menemukan calon menantu yang cocok!
Bersambung...
wah keren ,,KK iparku jg kerja di Hongkong