Di suatu hari paling terpuruk di hidup Dinda, dia bertemu dengan seorang wanita paruh baya. Wanita tua yang menawarkan banyak bantuan hanya dengan satu syarat.
"Jadilah wanita bayaran."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WB&CEO Bab 2 - Valerie
Wanita paruh baya itu adalah Gaida, di usianya yang sudah menginjak 60 tahun namun dia tetap terlihat cantik. Gaida adalah salah satu wanita dari kalangan sosialita di kota ini. Uang yang dia punya bisa digunakannya untuk melakukan apapun, termasuk membayar wanita cantik ini untuk menjadi wanita bayarannya.
Saat ini ibu Dinda telah masuk ke dalam ruang operasi sementara Dinda dan Gaida menunggu di luar. Duduk berdampingan tak jauh dari ruang operasi.
Ditatapinya lah oleh Gaida wajah Dinda yang sangat cantik, kedua matanya berwarna coklat, rambutnya hitam legam dan panjang, lengkap dengan kulitnya yang putih bersih.
Hanya sekali lihat, Gaida tahu jika Dinda pastilah keturunan campuran, ibunya dari negara ini sementara ayahnya adalah orang luar. Sangat sempurna untuk menjadi seorang wanita penggoda.
Ya, Gaida memang akan membuat Dinda menggoda kekasih cucu kesayangannya, Liora.
Gaida akan buat Dinda menghancurkan hubungan Liora dengan Alden, pria miskin yang hanya akan menjadi beban dan membuatnya malu.
Bagaimana bisa keluarga terpandang seperti nya mereka mendapatkan menantu seorang karyawan biasa.
Cih! hanya membayangkannya saja Gaida merasa tak mampu, membuatnya mual. Calon suami Liora haruslah seorang CEO.
"Dinda, tanda tangani lah surat ini. Selama aku butuhkan, kamu akan tetap jadi wanita bayaran ku dan jangan sekalipun kamu membuka mulut akan hal ini." terang Gaida, dia ulurkan selembar kertas pada Dinda. Sebuah kertas berisi perjanjian diantara mereka.
Dengan menandatangani itu, sama saja Dinda sudah menjual hidupnya pada Gaida. Dia akan lakukan apapun perintah wanita paruh baya ini, dan sebagai gantinya nanti Gaida akan membiayai hidupnya dan sang ibu.
Dan Dinda yang sudah mengetahui semuanya pun langsung menandatangani kertas itu tanpa pikir panjang.
Baginya yang terpenting saat ini adalah ibunya, tidak ada yang lain.
"Sanny akan menjaga mama mu, lebih baik sekarang kita pergi," ucap Gaida, Sanny adalah salah satu orang kepercayaan.
"Tapi_"
"Tidak ada tapi-tapian. Aku sudah menyelamatkan hidup ibumu dan sekarang waktunya kamu bekerja," titah Gaida tak ingin dibantah. Dialah yang memegang kendali di antara mereka, Dinda tidak punya hak sedikitpun meski hanya untuk bicara menyampaikan pendapatnya.
Akhirnya Dinda hanya bisa pasrah, sore itu dia meninggalkan sang ibu yang tengah berada di ruang operasi, hanya didampingi oleh Sanny.
Gaida membawa Dinda ke salah satu butik ternama.
"Buat wanita ini jadi cantik dan buang bajunya yang berlumuran darah itu."
Satu perintah Gaida langsung dijalankan oleh para karyawan disana.
Dinda di bawa masuk ke dalam sebuah ruangan.
"Silahkan Anda Mandi Nona, kami akan siapkan semuanya."
Dinda hanya diam, dia bahkan tidak menganggukkan kepalanya. Saat ini dia sudah seperti mayat hidup. Tubuhnya terus bergerak namun hatinya terasa mati.
2 jam kemudian Dinda telah tampil seperti bukan dia selama ini. Saat Dinda melihat pantulan dirinya sendiri di dalam cermin, dia bahkan seolah tak mengenal siapa bayangan itu.
"Sempurna, kamu cantik sekali. Seperti pelacuur," ucap Gaida dengan seringai tipis di ujung bibirnya.
Dan Dinda hanya diam, menerima semua ucapan kasar itu.
Jam 7 malam Dinda mendatangi Alden yang sedang makan malam bersama Liora di salah satu hotel bintang 5, Five Season Hotel.
Sejak pertama kali menginjakkan kakinya hotel ini, Dinda sudah putuskan untuk menjadi orang lain. Dia bukanlah Dinda, tapi Valerie seorang wanita penggoda. Nama itu adalah pemberian Gaida.
Dinda melangkahkan kaki jenjangnya dengan sangat anggun, masuk ke dalam restoran mewah itu. Dia tersenyum menatap sepasang kekasih di ujung meja sana. Melihat Alden dan Liora yang saling menatap penuh damba.
Tatapannya lalu terkunci, pada pria itu, pria yang harus dia goda malam ini.
"Alden," panggil Dinda dengan suaranya yang manja, bahkan tanpa segan dia menunduk dan memeluk Alden, mencium bibir pria ini sekilas.
"Aku hamil sayang."