Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
Ini kah sosok lelaki yang selama ini Rika kasihi?Pria yang berhasil mencuri hatinya di masa kuliah beberapa tahun lalu itu. Tidak pernah terkirakan akan jadi seperti ini.
"Mas Dion menamparku? Apa aku mimpi?"batin Rika mencoba menyadarkan dirinya akan perlakuan suaminya barusan.
"Ini pasti mimpi, yah aku harap ini mimpi,"gumamnya dengan air mata yang sudah berlinang sedari tadi.
Dion panik melihat secercah darah yang keluar dari kedua cela bibir istrinya. Setelah sekian lama membina rumah tangga, akhirnya tindakan kekerasan pun terjadi. Dion telah melukai istrinya dengan tangannya sendiri. Kalaupun luka di bibirnya telah sembuh, namun luka di hati pasti akan terus ada bekasnya.
"Maafkan mas Rika, mas tidak sengaja,"ucapnya lirih sembari mendekati istrinya untuk melihat keadaannya.
Rika hanya duduk sembari memegang kedua pipinya yang sembap itu. Dua tamparan telah iya dapatkan dari sepasang ibu dan anak yang tak lain adalah suami dan ibu mertuanya sendiri.
****
Keesokan harinya, Rika bangun lebih awal dari biasanya. Bi Maya pelayan yang biasanya mengurus rumahnya, meminta cuti untuk menemani anaknya yang masuk rumah sakit kemarin sore. Setelah selesai menyiapkan makanan, Rika kembali ke kamar untuk mandi dan berdandan cantik seperti biasanya.
Di kamar mandi, Rika kembali mengompres kedua belah pipinya yang sudah agak membaik dari semalam. Tega sekali mas Dion menampar Rika.
"Aku hanya akan mencintaimu seumur hidupku tanpa berani menyentuhmu dengan tangan kasarku."kata-kata manis mas Dion sewaktu masi berstatus pacar dulu terus terngiang-ngiang di dalam pikiran Rika.
Iya hanya akan mencintai Rika tanpa berani bertindak kasar apalagi memukulnya.
Sudahlah,
Iya sendiri yang memilih Dion untuk menjadi pendamping hidupnya. Maka dari itu, iya juga harus bisa menerima sifat dan kelakuan suaminya itu. Rika berharap ini yang pertama dan terakhir Dion menyentuhnya dengan kasar selama sisa perkawinannya.
"Mas, ayo bangun,"ucapnya setelah keluar dari dalam kamar mandi.
Dion meregangkan otot-ototnya kemudian mulai bangun dari tidurnya. Sosok wanita berkulit putih dan bertubuh langsing sedang duduk di depan meja hias dengan handuk yang melilit di atas kepalanya. Langsung saja Dion berjalan mendekati sosok itu, istrinya.
"Tubuhmu harum. Rik," ujarnya sambil menikmati wangi farfum fanila yang telah melekat di tubuh sang istri.
Dion bersikap biasa saja. Semalam bagaikan tak terjadi apa-apa antara dirinya dan Rika.
"Mandilah, Mas. Kau harus ke kantor." Ucap Rika mencoba melepaskan pelukan suaminya.
"Aku menginginkan sesuatu yang hangat,"bisiknya sambil mulai menjalarkan jari-jemarinya mendaki sebuah gunung kembar yang ada di dalam sana.
"Tubuhmu tamba seksi saja, ini yang membuatku tak bisa lepas darimu,"rayunya.
"Mas, kau kan harus ke kantor." Kata Rika menolak halus.
"Aku pemilik perusahaan itu, terserah ku mau datang kapan dan pulang kapan." Ucapnya dengan angkuh.
"Loh kok gitu Mas? seharusnya, atasan itu memberi contoh yang baik buat bawahannya."
"Kalau tidak mau melayani suami, bilang saja!" Sentak mas Dion. Iya menyadari ketidak mauan istrinya.
"Bukan gitu Mas, yasudah ayo," ajak Rika.
Pagi ini iya harus melakukan kewajibannya untuk melayani suaminya. Menolak bermain dengan suami sendiri pasti akan berdosa.
"Sudahlah, lupakan saja kejadian semalam. Kalau ku ungkit lagi, pasti akan ribut kembali," batin Rika sembari beranjak dari duduknya menuju ranjang tempurnya dan mas Dion.
"Zzzzzz ...!!! Zzzzzz ...!! Zzzzzz ...!!!" Bunyi ponsel mas Dion menandakan adanya panggilan masuk.
Kedua insan yang tadinya sudah siap berperang di atas ranjang empuk itu terpaksa turun lagi.
Mas Dion segera meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Kedua matanya sedikit melotot setelah melihat nama dari sang penelepon.
Segera saja iya menjauh dari Rika kemudian mulai berbicara terhadap sosok suara dari ponsel miliknya.
"Siapa yang menelepon sepagi ini? Kenapa mas Dion harus menjauh seperti itu dariku?"batin Rika. Tubuhnya masi berbaring siap siaga di atas tempat tidur. Tak jauh darinya, suaminya sudah berjalan mendekat ke arahnya.
"Siapa Mas?"tanya Rika penasaran
"Asistenku. Aku harus ke kantor sekarang," Ucapnya singkat sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Mas Dion melupakan adegan panas yang baru saja hampir iya lakukan bersama istrinya.
****
Beberapa menit kemudian, Rika telah siap bersama sarapan pagi yang sudah tertata rapi dan nikmat di meja makan. Masakannya juga lumayan enak dan sedap rasanya. Tak lupa juga Rika menyiapkan secangkir kopi untuk suami tercintanya.
"Mas, kopimu." Ucapnya dengan senyum di bibirnya. Menurut Rika, senyum di wajah juga merupakan bentuk wajib pelayanan kita terhadap sang suami.
Dion duduk di kursi makan lalu menyeruput kopi buatan Rika.
Istrinya itu, kemudian mengambil piring lalu menuangkan nasi ke dalamnya. Tak lupa juga lauk pauk berupa ayam goreng, ikan bakar, sup karrie dan beberapa sayuran iya tambahakan untuk menemani nasi hangat untuk suaminya itu. Dion dengan nikmat mulai menyantap makanan enak itu di rumah besar kediaman nya.
"Mas, aku akan ke butik bajuku hari ini." kata Rika memulai obrolan.
Rika memiliki sebuah butik pakaian yang terletak di kawasan elit perkotaan. Butik itu juga sudah lumayan di kenal oleh orang-orang dari kalangan atas.
"Terserah,"ucap mas Dion acuh
"Aku juga akan makan siang bersama teman-temanku."tambah Rika meminta izin.
"Terserah."
"Setelahnya, aku akan mampir ke rumah ayah."
"Uhhhuuukk ... Uhhhuuukkkk ... Uhhhuukk ...." Dion tiba-tiba tersedak dengan makanan yang iya makan. Perkataan Rika barusan, sepertinya membuatnya kaget. Spontan Rika mendekati suaminya untuk memberikan segelas air.
"Mas tidak apa-apa?"tanya Rika sedikit panik.
"Tidak!! Kau tidak boleh ke rumah ayahmu!" Hardik Dion dengan marahnya.
Rika tentu saja heran melihat reaksi suaminya yang tiba-tiba seperti itu. Mengapa iya tak boleh menjenguk ayahnya yang sakit.
"Loh kenapa?"
Ekspresi marah mas Dion seketika berubah menjadi gugup melihat wajah istrinya yang keheranan.
"Emm ... Maksudku emm ... Kamu tidak boleh ke sana tanpa aku, emm ... Apa yang akan di pikirkan ayah dan mamamu jika aku tidak ikut menjenguk?"
"Tapi kan Mas, aku hanya singgah sebentar. Lagian, Mas Dion kan ada rapat sore ini,"
"Pokoknya tidak yah tidak! Kalau mau ke sana, Mas harus ikut! Ngerti kamu!" Kekeh mas Dion dengan nada sedikit tinggi
"Yah sudah mas " Ucap Rika tanpa berani berkutit lagi. Lagian, jika suaminya ikut pasti ayah dan mamanya tidak akan berfikir jelek tentang suaminya.
"Mas, berangkat dulu," pamit mas Dion sembari meraih tas kantornya. Rika lalu mencium pundak tangan suaminya sebagai tanda perpisahan.
Mobil mas Dion Pun mulai melaju ke jalan raya dan bersatu bersama padanya kendaraan lain.
...... happy reading......
like and vote nya mana? temanku yang baik hati? ayo vote and like nya mana
skip lah.. bosan