Trauma masa lalu mengenai seorang pria membuat gadis yang awalnya lemah lembut berubah menjadi liar dan susah diatur. Moza menjadi gadis yang hidup dengan pergaulan bebas, apalagi setelah ibunya meninggal.
Adakah pria yang bisa mengobati trauma yang dialami Moza?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
Moza Anarita, gadis cantik berusia 17 tahun. Saat ini Moza tinggal beberapa bulan lagi lulus SMA. Moza mempunyai crush dari semenjak dia masuk sekolah, laki-laki itu bernama Bagas Baskara.
Bagas merupakan idola sekolah, selain tampan dan kaya Bagas juga merupakan kapten basket yang sangat diidolakan oleh kaum hawa termasuk Moza. Hampir 3 tahun dia memendam perasaan cintanya kepada Bagas, bahkan Moza sering memberikan perhatian kepada Bagas tapi sayang Bagas sama sekali tidak pernah memperdulikan Moza. Seperti hari ini, semua anak-anak sekolah sibuk mempersiapkan kejutan untuk Bagas karena hari ini Bagas ulang tahun.
"Semoga Bagas mau menerima hadiah dari aku," batin Moza sembari memegang kotak kecil yang sudah dia balut dengan kertas kado berwarna biru, warna kesukaan Bagas.
"Bagas datang!" teriak salah satu teman Moza histeris.
Semuanya mulai berbaris dengan kado yang mereka pegang masing-masing. Kado yang dibawa teman-temannya besar-besar dan pastinya harganya mahal, berbeda dengan Moza yang hanya bisa bawa kado kecil. Moza berdiri di paling belakang, tapi dia tidak kalah antusias.
Hingga Bagas pun masuk dan semua orang langsung mengucapkan selamat ulang tahun. Moza menunggu sampai teman-temannya selesai memberikan kado. Hingga akhirnya semuanya selesai dan dengan langkah ragu-ragu dia pun menghampiri Bagas.
"Bagas, ini kado dari aku," ucap Moza dengan menunduk malu.
Bagas menatap sinis ke arah Moza. Dia pun mengambil kado dari Moza dan memperhatikan kotak kecil itu membuat semua teman-temannya mengejek Moza. Dengan malas, Bagas pun membuka kado itu membuat Moza kaget.
"Bagas, bagaimana kalau buka kadonya nanti saja soalnya aku malu," ucap Moza pelan.
"Kalau kamu malu, ngapain kamu kasih kado sama aku?" sinis Bagas.
Lagi-lagi Moza hanya bisa menunduk malu. Sedangkan teman-temannya sudah bersorak mengejek Moza. Mata Moza sudah berkaca-kaca saking malunya tapi Bagas dengan teganya melanjutkan membuka kado dari Moza itu.
Setelah terbuka, ternyata isinya sebuah dompet lipat pria yang terbuat dari kulit asli. Mungkin bagi Bagas harganya tidak seberapa tapi bagi Moza, butuh waktu lumayan lama mengumpulkan uang untuk membeli dompet itu. "Apaan, dompet murahan seperti itu? Bagas mana mau memakai dompet seperti itu," ledek salah satu temannya.
"Kenapa kamu memberi aku dompet?" tanya Bagas dingin.
"Tidak apa-apa, aku berharap kamu mau memakainya karena kalau dompet 'kan akan selalu ada di saku celana kamu makanya aku beli dompet itu supaya pemberianku dibawa terus oleh kamu," sahut Moza dengan bibir bergetar.
Lagi-lagi Moza ditertawakan oleh teman-temannya. Moza berniat ingin mengatakan isi hatinya kepada Bagas, sudah tanggung malu juga biar hatinya plong. "Bagas, sebenarnya dari dulu aku suka sama kamu," celetuk Moza.
Semua orang kaget dengan ucapan Moza termasuk Bagas. Hingga seorang anak perempuan dari kelas lain datang dan mendorong tubuh Moza membuat Moza tersungkur di lantai. Gadis yang bernama Lila itu tersenyum sinis kepada Moza.
"Berani sekali kamu mengatakan cinta kepada Bagas, memangnya kamu tidak tahu jika Bagas itu pacar aku!" bentak Lila.
Bagas bangkit dari duduknya dan menahan Lila. "Sudah Lila, masa kamu mau meladeni anak seperti dia. Bagaimana pun dia itu gak bakalan sebanding dengan kamu," ucap Bagas.
Luruh sudah air mata Moza, dia sangat sakit hati mendengar ucapan dari mulut laki-laki yang selama ini sudah menjadi crushnya. Teman-temannya mulai mendekat dan mengolok-olok Moza bahkan ada yang sampai menoyor kepala Moza. Rasa sakit hati, malu, dan marah jadi satu tapi Moza tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak punya kekuatan sama sekali.
Waktu pulang pun tiba....
Moza berjalan dengan langkah gontai, hinaan dan tawa dari semua anak-anak masih berputar di otaknya membuat Moza mengepalkan kedua tangannya. Apalagi saat ini dia melihat Bagas dan Lila sedang berciuman di salah satu ruangan dengan santainya. Air mata Moza mulai mengalir, kali ini dia sangat benci kepada Bagas.
"Aku benci sama kamu Bagas, dan mulai hari ini aku pastikan kamu bukan crush aku lagi," batin Moza dengan geramnya.
Moza pun berlari keluar dari sekolah. Dia pulang naik bus, tidak membutuhkan waktu lama dia pun sampai di kawasan tempat tinggal dia. Baru saja dia sampai di depan rumah, dari dalam sudah terdengar pertengkaran antara kedua orang tuanya.
Moza lemas, dia sangat muak setiap hari melihat kedua orang tuanya bertengkar terus. "Sampai kapan mereka akan berdamai?" batin Moza dengan deraian air matanya.
Moza membuka pintu rumahnya dan betapa terkejutnya Moza saat melihat kondisi rumah yang sudah berantakan. "Kenapa kalian bertengkar terus? bisa tidak satu hari saja kalian damai dan tidak membuat gaduh di rumah ini?" teriak Moza dengan deraian air mata.
"Moza, lihatlah kelakuan Papa kamu. Selama ini Papa kamu tidak pernah memberi Mama nafkah dengan alasan Papa mu kredit rumah untuk kita tapi nyatanya uang itu habis untuk memberi nafkah kepada wanita lain," ucap Mama Moza dengan sangat emosi.
Mama Moza selama ini dikenal dengan orang yang penyabar. Mereka membuka usaha loundry dan sudah beberapa bulan ini Papanya tidak memberi uang kepada Mamanya karena dengan alasan jika ia mengkredit sebuah rumah untuk anak dan istrinya. Moza dan Mamanya menerima alasan itu dan tidak banyak menuntut, tapi sekarang Mamanya tahu jika selama ini uang hasil kerja suaminya dipakai dan diberikan kepada wanita lain.
"Apa itu benar, Pa?" tanya Moza dengan tatapan tajamnya.
"Iya," sahut Papa Moza tanpa perasaan.
"Kenapa Papa melakukan semua ini? apa Papa tidak kasihan kepada Mama yang selama ini bekerja keras membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan rumah ini?" teriak Moza penuh emosi.
"Papa sudah bosan hidup dengan Mamamu, dan sekarang Papa sudah menemukan kebahagiaan dari wanita lain. Papa sudah menikah siri dengan dia dan sekarang Papa mau ceraikan Mama kamu," sahut Papa Moza tanpa perasaan.
Mama Moza lemas, bahkan dia hampir saja pingsan dan Moza dengan cepat menolong Mamanya itu. "Papa jahat, Papa tidak punya perasaan!" teriak Moza dengan deraian air matanya.
"Terserah kamu saja, mulai sekarang Papa akan pergi dari rumah ini. Dan untuk kamu, tunggu surat cerai dari aku," ucap Papa Moza.
Dia pun pergi dengan membawa tas yang berisi baju. Mama Moza menangis sejadi-jadinya begitu juga dengan Moza. "Kenapa semua laki-laki jahat? tidak Bagas, tidak Papa, semuanya jahat. Aku benci sama laki-laki!" teriak Moza dengan geramnya.
Detik itu juga Moza mulai benci kepada sosok yang namanya laki-laki. Menurut dia, semua laki-laki sama saja hanya bisa menyakiti wanita.
*
*
*
Guys, minta dukungannya lagi ya🥰🥰
