Di usia mudanya, Falya terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Padahal sebelumnya kehidupannya sangat sempurna. Tapi karena kesalahan fatal ayahnya, akhirnya ia dan keluarganya menanggung beban yang sangat berat.
Dan suatu hari,ia tak sengaja bertemu dengan sosok arwah penasaran yang justru mengikutinya ke mana pun dia pergi.
Siapakah sosok itu sebenarnya? Dan seberapa kuatnya seorang Falya menjalani kehidupannya???/
########
Untuk pembaca setia tulisan receh mak othor, mangga....di nikmati. Mohon jangan di bully. Mak othor masih banyak belajar soalnya. Kalo ngga ska, skip aja ya! Jangan di ksaih bintang satu hehehehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 01
Hoammm.....
Falya mengucek matanya yang terasa lengket untuk sekedar membukanya. Semalam ia long shift dan sampai di rumah hampir tengah malam. Dan saat ini waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi. Gadis itu menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Pikirannya menerawang jauh.
"Hah! Mau menolak pun sudah tak mungkin. Jalan satu-satunya hanya di jalani, titik!'' monolog Falya. Dan setelah itu, ia pun bangkit dari tempat tidurnya lalu menuju ke kamar mandi.
Falya muda kini harus jadi tulang punggung keluarganya. Ia tak pernah membayangkan jika di usianya yang kini baru akan menginjak dua puluh empat tahun itu harus menanggung biaya hidup kakak dan adiknya juga keponakannya yang masih bayi. Beruntung dia menyelesaikan pendidikannya sebelum kejadian buruk itu menimpa hidupnya. setidaknya, ia bisa mencari nafkah untuknya dan juga keluarganya.
Gadis itu tak pernah membayangkan kehidupan seperti ini sebelumnya. Jangankan membayangkannya, terlintas pun tidak. Kehidupan naas ini berawal dari kebejatan papanya. Lelaki yang harusnya menjadi pelindung bagi istri dan anak-anaknya justru menjadi sosok yang menghancurkan kehidupan mereka.
Papanya yang bejat itu melecehkan kakak Falya yang berkebutuhan khusus. Dan saat mengetahui hal itu , sang mama pun murka. Bagaimana bisa seorang ayah bisa melakukan hal itu pada anaknya sendiri? Tapi pada akhirnya Falya dan sang adik tahu jika kakak pertama mereka bukanlah anak kandung mama dan papanya.
Mamanya marah dengan membabi buta menghajar sang papa. Tapi justru sang papa melawannya hingga akhirnya sang mama justru menjemput ajalnya. Dan karena merasa bersalah, sang papa akhirnya menyerahkan diri ke polisi bahwa ia sudah membunuh istrinya, tidak sengaja!
"Gio....kamu sekolah apa ngga sih? Udah jam berapa ini?'' teriak Falya pada adiknya yang masih tertidur pulas.
"Heeum...ya bentar lagi!'' sahut pemuda delapan belas tahun itu.
Falya berkacak pinggang di tengah pintu kamar Gio.
"Bangun ngga? Apa mau kakak siram?'' gertak Falya.
"Argggh! Ganggu mulu sih kak kalo lagi di rumah!'' sahut Gio kesal dan langsung bangkit dari tempat tidurnya. Karena sang adik sudah bangun, Falya menuju ke kamar sang kakak. Di kamar kecil itu sang kakak sedang menyusui anaknya yang usianya masih di bawah satu tahun.
"Kirain Kirey belum bangun?'' sapa Falya pada keponakannya yang tentu belum bisa menjawab. Sang kakak--Fida pun tersenyum. Fida merupakan penyandang tuna rungu juga tuan wicara. Namun secara fisik, dia terlihat cantik dan sempurna. Sayang, kekurangannya itu justru di manfaatkan oleh sang papa hingga dia harus mengalami hal seperti ini.
"Aku udah masak, kakak sarapan ya! Biar asi buat Kirey banyak, ya!!??''
Fida melihat gerak bibir Falya, dan ia pun paham dengan apa yang Falya katakan.
"Hanghi...." jawab Fida dengan bahasa isyaratnya yang artinya nanti.
"Iya...iya...Ya udah, aku mau siap-siap dulu ya kak!'' kata Falya.
"Hamu mahu heja?'' tanya Fida. --kamu mau kerja?--
"Iya kak, lusa baru libur. Biar bisa main sama kakak, sama Kirey juga!'' Falya mencubit pelan pipi Kirey. Dan setelah itu, ia pun keluar kamar Fida.
Gio sendiri sudah siap dengan seragam sekolahnya. Remaja itu duduk menghadap sepiring nasi goreng dan telor dadar suwir.
"Kak, besok aku sama anak-anak mau naik gunung. Bagi uang saku dong!''celetuk Gio. Falya menghela nafas panjang.
"Gio, udah lah ngga usah dulu naik gunung. Kakak masih lama gajiannya. Kakak bisa aja kasih kamu uang, tapi buat ongkos sama uang saku kamu ke sekolah gimana? Belum lagi buat kita makan, sama keperluan Kirey, kakak juga....''
"Stop-stop! Kalau ngga mau ngasih ya udah. Ngga usah banyak omong!'' Gio meletakkan sendoknya dengan kasar. Setelah itu, ia menggendong tasnya. Falya hanya bisa menurunkan bahunya.
Gio memang anak bungsu yang sangat di manja oleh kedua orang tua mereka. Mungkin saat ini Gio belum bisa beradaptasi dengan keadaan setelah sang mama pergi.
Falya berpamitan pada kakaknya sebelum berangkat ke rumah sakit. Falya bekerja sebagai perawat di ruang VVIP sebuah rumah sakit swasta. Meski kadang menyesakkan dada karena pasien kebanyakan 'beruang' sering bersikap semaunya, Falya merasa betah karena gajinya yang cukup besar.(Semoga saja nakes di negeri ini juga gajinya besar heheheh)
Dulu Falya menggunakan mobil saat masih ke kampus. Tapi mobil papanya sudah di jual. Bersyukurnya masih ada rumah yang bisa mereka tinggali saat ini. Meski bukan keluarga kaya raya, Falya sudah merasakan kehidupan yang serba berkecukupan.
Dan sekarang, Falya sedang berhenti di lampu merah. Motor matic berwarna merah menyala itu berada di antara puluhan roda dua. Saat ia menoleh ke tiang lampu, ia melihat seorang lelaki tampan dengan kemeja berwarna navy menatap kosong ke arah nya. Falya mengedikkan bahunya. Dan beberapa saat kemudian, lelaki itu justru menghampirinya hingga membuatnya terkejut.
"Kamu bisa melihat ku????'' tanya pria tampan berwajah pucat itu tapi tersenyum sedikit lebar. Falya menoleh ke kiri dan kanan. Sepertinya tak ada yang terganggu dengan keberadaan lelaki itu di antara motor yang bising.
"Hei...kamu bisa melihat ku?'' ulangnya lagi.
Tin-tin-tin
Suara klakson menyadarkan Falya dan meninggalkan lampu merah itu. Pikiran Falya ke mana-mana. Siapa yang tadi mengajaknya bicara? Kenapa pengendara yang lain tak peduli dengan keberadaan orang itu.
Srekkk!
Sosok lelaki itu tiba-tiba saja duduk di jok belakang motor Falya hingga gadis itu spontan menjerit.
"Ahhhhhh!!!'' teriak Falya yang hampir hilang keseimbangan. Beruntung sosok itu menahan laju kendaraan Falya.
"Aku tanya baik-baik, kenapa malah kamu takut? Apa wajahku menakutkan? Bukankah aku tampan?'' tanya nya.
Falya masih berteriak seperti orang gila karena mengendarai seperti itu. Mungkin orang-orang akan menyangka jiak gadis seperti Falya sedang meluapkan emosinya karena patah hati.
Sreeeeeetttttt....akhirnya motor Falya berhenti di pinggir jalan. Wajah gadis itu masih tampak pucat karena ketakutan.
"Hei, lihat aku? Apa aku begitu menyeramkan?'' tanya nya.
"Ka-kamu siapa? Ngapain kamu ngikutin aku? Aku ngga kenal ka-kamu. Tolong jangan ganggu aku!'' kata Falya terbata. Lelaki itu berkacak pinggang.
"Buka mata kamu baik-baik! Lihat aku, aku ngga bakal gigit kamu!'' ujar nya sambil menarik tangan Falya dari wajahnya. Falya masih merasa takut namun penasaran. Akhirnya ia membuka matanya perlahan.
"Lihat kan? Apa aku begitu menyeramkan? Ngga kan?'' tanya nya lagi. Falya menelan ludahnya dengan perlahan.
"Te-terus kenapa kamu ngikutin ak-aku? Kita ngga sa-ling kenal?'' tanya nya tergagap.
Lelaki itu menjetikkan jarinya di depan wajah Falya hingga gadis itu memundurkan kepalanya.
"Dari sekian manusia cuma kamu yang bisa melihatku!'' jawab lelaki itu.
"Jadi...kamu hantu?'' tanya Falya dengan mata terbelalak lebar.
"Entahlah!''.Lelaki itu mengedikkan bahunya.
"Tapi aku tidak menyeramkan bukan?Bahkan aku tampan!'' katanya penuh percaya diri.
Pelan-pelan Falya sudah mulai tak takut lagi pada sosok hantu tampan itu.
"Terus sekarang mau mu apa? Aku harus kerja. Teman-teman ku juga sudah capek, mau tukar shift'' kata Falya sambil melihat jam dipergelangan tangannya.
"Kenalan dulu dong kita!'' kata lelaki itu mengulurkan tangannya. Falya menaikkan salah satu alisnya memandang tangan kekar itu di hadapannya.
"Harus banget salaman ya? Emang bisa?'' tanya Falya. Lelaki itu meraih tangan Falya dan menjabatnya dengan erat. Falya sempat terkejut.
"Kamu siapa?''
"Oh...ehem...Aku Falya Mahira. Kamu sendiri?Eh....sepertinya kamu lebih tua dari ku deh. Sopan banget panggil kamu-kamu ya?'' tanya Falya entah pada lelaki itu atau dirinya sendiri.
"Aku...aku....'' lelaki itu tak melanjutkan ucapannya.
''Ya?'' Falya menunggu lelaki itu menyebutkan namanya.
"Aku tak ingat nama ku siapa!'' jawabnya. Falya menurunkan bahunya.
"Baiklah untuk sementara aku memanggil kamu...eum...bagaimana kalau....Jono? Ya...sementara sih sambil nunggu kamu ingat nama kamu.''
Lelaki tampan itu mendelik tajam.
"Sementara sih sementara, tapi ngga Jono juga!'' protesnya. Falya tertawa mendengar protesnya.
"Zidan, bagaimana? Muka kamu ada bule nya, arabnya, asia juga....ish....au ah! Dah lah aku mau berangkat!'' kata Falya menaiki roda duanya lagi. Tanpa dia tahu, sejak tadi ia jadi tontonan orang karena bicara sendiri.
"Boleh juga, ngga terlalu buruk!'' gumam Zidan. Setelah menyadari Falya naik motornya, Zidan tak mau kalah.
"Aku ikut!!!'' katanya duduk di belakang Falya. Falya tak mau ambil pusing. Dia harus tiba tepat waktu di rumah sakit. Rasa takut pada hantu tampan itu pun sudah sirna.
Itulah perkenalan antara Falya dan Zidan yang tanpa di sengaja.
**************************
Selamat datang di tulisan receh mak othor. Semoga bisa di nikmati ya...Sambil nungguin Fazal&Aisha dan Ajeng&Bhumi, mampir sini dulu boleh kali ya...
Mohon dukungannya, kalo ngga suka skip wae nyak...ulah di bere rate 1 hehehehe....
Love sekebon dari mak othor....
Terimakasih.