 
                            ''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAYANGAN YANG BANGKIT.
''Malam itu sunyi, terlalu sunyi hingga suara detak jam terasa seperti dentuman yang menggetarkan lantai kayu. Di kamar yang remang ,seorang gadis duduk sendiri,wajahnya polos dan penuh keheranan,menatap lilin yang bergetar pelan.Cahaya kuning itu menari di dinding,menciptakan bayangan-bayangan yang tak hidup.
Seseorang seakan berjalan di lorong, langkahnya lembut namun berat,seakan membawa rahasia yang tak ingin di ungkap.gadis itu menoleh namun tak ada seorangpun di sana . Hanya udara dingin yang masuk lewat jendela, menyentuh kulitnya dan meninggalkan rasa aneh.
''Eomma.....''panggil gadis itu ketika melihat bayangan berjalan di lorong kamarnya, namun tidak ada yang menyaut meskipun sudah beberapa kali di panggilnya. Dia bergerak keluar dari kamarnya mengikuti bayangan yang aneh itu,namun bayangan itu menghilang tepat di depan pintu kamar yang selama ini selalu di kunci oleh ibunya, tangannya gemetar saat hendak menyentuh handle pintu tersebut, udara malam begitu pekat hingga setiap nafas terasa dingin di tenggorokannya,hening yang menusuk itu tiba-tiba pecah oleh suara lembut namun tajam.
'“Apa yang kamu lakukan?”
"Haeun menoleh perlahan, tapi… lorong kosong. Tak ada siapa pun. Hanya bayangan panjang dari lilin yang menari-nari di dinding. Jantungnya berdetak begitu kencang, seolah ingin melompat keluar dari dada.
"Dan tiba-tiba… ada sesuatu yang menempel di bahunya. Tangan dingin, tak bersuara, tapi cukup untuk membuat bulu kuduknya meremang. Haeun menahan napas, perlahan menoleh ke belakang, dan matanya membesar.
Ibunya berdiri di sana—tapi… bukan di lorong tadi. Seolah ia muncul dari kegelapan begitu saja, tanpa langkah, tanpa suara. Senyum samar menghiasi wajahnya, tapi ada sesuatu yang salah, sesuatu yang tak bisa Haeun jelaskan.
“Kenapa… kamu membuka pintu itu?” Suara ibunya kini terdengar lebih berat, lebih dingin, menyelinap masuk ke telinga Haeun. Tubuhnya terasa kaku, kaki tak mampu bergerak. Bayangan di dinding seakan menari lebih liar, mengikuti detak jantungnya yang tak tertahankan.
"Aku...... aku........ " tenggorokan nya tercekat tidak bersuara..
" sudahlah, pergi tidur sana, besok kamu sekolah... " ucap ibunya dengan tatapan tajam ke arahnya.
" baik..... " jawab haeun sedikit ketakutan, jujur saja dia merasa ada yang aneh di rumah baru nya ini, rumah yang baru di tinggali nya empat hari yang lalu.
" ya haeun adalah seorang gadis introvert dan polos, dulu dia tinggal di seoul sebelum ibunya mengajak dia pindah ke kota gonjiam ini, kota yang sangat asing dan aneh menurutnya, kota yang sangat sepi dan jauh berbeda dari seoul yang ramai.
" besok adalah hari pertama dia masuk sekolah di kota gonjiam, rasanya dia sedikit merasa resah dan agak takut, karena jujur saja, dia sudah berulang kali pindah sekolah dengan alasan di bully, ya, haeun selalu di bully di beberapa sekolah lamanya, meskipun sekarang dia sudah kelas 11 , tapi dia masih sangat sulit bergaul dengan orang-orang sekitar nya, hanya ibunya lah yang selalu ada di dekat nya meskipun ibunya juga kadang menyeramkan seperti para temannya dulu yang kerap membully nya.
" tuhan.... aku harap besok aku punya teman... " doa haeun sebelum tidur, karena sudah sebesar ini dia tetap tidak punya teman satupun, yang ada hanya para perundung di sekitar nya.
"Kabut tipis menutupi halaman rumah baru Haeun di pinggiran kota Gonjiam. Rumah itu berdiri sendiri di ujung jalan sepi, dikelilingi pohon-pohon pinus yang tinggi dan rapat. Cahaya matahari pagi hanya menembus sedikit, membuat bayangan di lantai bergerak lambat seperti hidup sendiri.
"Haeun duduk di meja makan, menatap mangkuk bubur yang masih mengepulkan uap. Tubuhnya tegak tapi matanya kosong, wajah polosnya tertutup rasa cemas yang tak ia pahami sepenuhnya. Ini baru pertama kalinya ia pindah rumah,selama ini ia hanya berpindah sekolah, mencoba lari dari ejekan dan tatapan sinis teman-teman sekelasnya.
Ibunya berdiri di dekat kompor, punggungnya lurus, wajahnya dingin. Ia bergerak lambat, tenang, tanpa senyum.
“Cepat sarapanmu,” ucapnya, suaranya datar tapi tegas, memaksa Haeun bergerak.
Haeun menelan ludah,Setiap pagi terasa berbeda di rumah baru ini. Suara jam tua berdetak berat, seakan menghitung detik-detik yang terlalu lambat. Angin yang masuk dari jendela berdesir, membawa aroma basah dari tanah dan daun mati di halaman. Ada sesuatu di luar, sesuatu yang bergerak samar di antara kabut, tapi Haeun tidak bisa memastikan apakah itu nyata atau hanya imajinasinya.
“eomma…” Haeun akhirnya bersuara, pelan. “Kenapa kita pindah ke sini?”
Ibunya menoleh perlahan, tatapannya menusuk tapi kosong. Nada suaranya datar, seperti berbisik di telinga sendiri.
“Kau harus mulai di sini,Kau akan mengerti nanti.”
“Lalu… aman di sini?” tanya Haeun, suaranya nyaris tak terdengar.
Sekali lagi, tak ada jawaban. Hanya keheningan yang semakin menekan. Haeun menelan ludah, tangannya menggenggam sendok. Bayangan-bayangan di dinding rumah bergerak perlahan, seolah mengikuti setiap gerakannya.
Ia memandang jendela, menatap pohon-pohon tinggi di halaman. Sesekali, ia merasa ada sesuatu menatap balik. Bayangan itu samar, hampir tak terlihat, tapi cukup untuk membuat bulu kuduknya berdiri.
Ibunya berbalik, menatapnya sekilas. “Sarapanmu habiskan dulu. Kau akan terlambat nanti. "
Nada suaranya tetap dingin, namun ada sesuatu yang terselip di sana,seolah peringatan. Haeun menunduk, sendoknya gemetar saat ia menyuap bubur. Ia tak tahu kenapa, tapi hatinya sudah merasakan bahwa rumah baru ini,, dengan kabutnya, pohon-pohon tinggi, dan keheningan yang aneh, bukan sekadar tempat tinggal baru. Ada sesuatu yang menunggu. Sesuatu yang bisa ia rasakan tapi belum bisa ia lihat.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Haeun merasa ketakutan sekaligus penasaran tentang apa yang akan menunggunya di rumah ini.
"Kabut pagi masih menggantung tipis di jalan ketika Haeun melangkah keluar rumah. Tas sekolah tergantung di pundaknya, tapi langkahnya lambat, ragu. Jalanan Gonjiam sepi, hanya terdengar suara daun pinus yang digerakkan angin dan desah kabut yang menyelinap di celah-celah rumah.
Sepanjang perjalanan ke Hanwon High School, Haeun menelan ludah beberapa kali. Rasanya udara di kota ini lebih berat daripada di Seoul, seperti menyimpan rahasia yang tidak ingin ia ketahui. Setiap bayangan di pinggir jalan tampak bergerak perlahan, dan ia sering merasa ada tatapan yang mengikutinya, walau saat menoleh, tak ada siapa pun.
Setibanya di sekolah, gedung tinggi dengan cat abu-abu tua berdiri kokoh di depannya. Namanya terpampang jelas: Hanwon High School (한원고등학교). Bangunan itu tampak normal, tapi Haeun bisa merasakan ketegangan halus yang mengalir dari lorong dan jendela,seolah setiap sudut menyimpan cerita yang tidak ingin diceritakan.
 
                     
                    