Sequel : Aku memilihmu.
Rega adalah seorang arsitek muda yang tidak hanya berbakat, namun dia juga menjadi CEO muda yang sukses di bidangnya. Dia memiliki tunangan bernama Rhea yang seorang dokter muda, pertunangan mereka sudah berjalan hampir satu tahun.
"Maaf, Rhea. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,"
"Baiklah! Silahkan kak Rega katakan pada kedua orang tua kita," jawaban Rhea membuat Rega terkejut, alih-alih marah padanya. Rhea justru dengan mudah menyetujui untuk membatalkan pernikahan keduanya yang tinggal dua minggu.
Apa yang terjadi dengan keduanya setelah itu? bagaimana kisah mereka dan pada siapakah akhirnya Rega maupun Rhea akan melabuhkan hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1# Rega
Jika bisa mengulang waktu, entah dia akan mengulang atau tetap dengan keputusan yang sama. Mungkin akan lebih mudah untuknya mengambil keputusan jika belum melibatkan kedua orang tua dan keluarga besarnya. Namun hatinya dalam persimpangan yang belum menemukan ujungnya, menimbang segala bentuk resiko yang akan terjadi dengan keputusannya nanti.
Mengikuti kata hatinya berarti melukai banyak orang, terutama mamanya yang menaruh harapan tinggi terhadap hubungannya dengan sang tunangan. Namun hatinya berkata, jika dia melanjutkan maka dia dan sang tunangan yang akan menjalani semuanya. Apa jadinya jika dia menjalani sebuah ikatan tanpa rasa cinta, atau benarkah dia tidak ada sedikitpun rasa pada tunangan pilihan sang mama.
Mungkinkah dia akan melepas sang tunangan? Yakinkah Rega kalau itu bukan kebimbangan sesaat dan hanya ujian sebelum pernikahan mereka? Atau Rega akan melepaskan perempuan yang hampir satu tahun menjadi tunangannya? Dia sedang dalam persimpangan yang membingungkan.
Rega tengah menimbang semua keputusan yang akan dia ambil mengenai dirinya dengan sang tunangan, di saat waktu pernikahan mereka sudah di tentukan oleh kedua belah pihak keluarga.
Pria itu berdiri membelakangi meja dan menghadap jendela kaca lantai 20 gedung ruang kantornya berada. Jas hitam slim fit membungkus tubuhnya yang tegap, dengan warna kemeja yang sama dengan jasnya membuatnya semakin terlihat tampan.
Dagunya terangkat menatap langit kota Bandung yang menampakkan awan mendung siang itu, semendung hatinya. Kedua tangan yang sudah menyelinap kedalam saku celana, namun wajahnya terlalu tenang untuk ukuran seseorang yang tengah banyak pikiran.
Di saat usia pertunangannya sudah berjalan hampir satu tahun, nyatanya dia baru berani mengambil langkah. Bahkan saat sang mama sudah sibuk dengan persiapan pernikahan mereka, Rega justru baru memantapkan mengambil keputusan yang mungkin akan membuat huru hara.
Sungguh gila dan sangat payah memang.
***
“Pak,” panggil Aldo sang asisten, dia mengetuk pintu ruangan Rega berulang kali. Namun atasannya tersebut tidak kunjung menyahut, karena itulah Aldo langsung masuk.
“Ya?” Rega langsung membalik badannya.
“Maaf langsung masuk. Saya ketuk pintu berulang kali tapi pak Rega tidak menyahut,” terangnya pada Rega.
“Ada apa?” tanyanya pada sang asisten.
“Sudah waktunya untuk berangkat,” jawab Aldo, pasalnya mereka hari itu memang ada janji temu dengan klien.
Rega mengangguk, dia kemudian mengambil ponselnya yang ada di meja. Kemudian berjalan keluar ruangan mendahului Aldo.
“Karin, kamu juga ikut!” titahnya pada Karin yang tidak lain adalah sekertaris Rega.
“Iya, pak.” Karin mengambil tasnya, dia berjalan di sisi Aldo.
Mereka bertiga masuk kedalam mobil dengan Aldo yang menyetir, Rega duduk di samping Aldo. Sedangkan Karin duduk di kursi penumpang yang ada di belakang, mobil yang mereka tumpangi membelah kemacetan siang itu. Kebetulan mereka keluar saat jam makan siang, beruntungnya mereka sudah lebih dulu reservasi tempat untuk makan siang.
Empat puluh lima menit kemudian mereka sampai di restoran yang sedang viral akhir-akhir ini, ketiganya turun dari mobil dan langsung masuk kedalam restoran.
“Reservasi atas nama tuan Rega,” ucap Aldo pada karyawan resto yang menyambut mereka.
“Mari tuan silahkan! Tadi sudah ada dua orang lain yang datang,” ucapnya pda Aldo.
Aldo mengangguk, kemudian mempersilahkan Rega untuk berjalan lebih dulu di depan. Mereka bertiga di bawa ke ruangan yang sudah di pesan, mereka tidak memesan ruang VIP atau ruangan privat khusus. Hanya ruang biasa dengan pintu kaca tapi khusus untuk di gunakan lebih dari emapt orang. Jadi semua aktivitas di dalam dan siapa saja yang ada di sana tentu saja terlihat dari luar.
“Sorry telat. Macet jam makan siang,” ucap Rega memeluk Leo dan Dio ala pelukan sahabat sambil saling menepuk punggung satu sama lain.
“Aku sama Leo juga baru datang,” jawab Dio.
Mereka kemudian kembali duduk di posisi masing-masing, karyawan resto kemudian masuk membawa buku menu. Masing-masing memilih menu yang mereka inginkan. “Silahkan di tunggu, kami segera proses pesanan tuan dan nona semua. Permisi,” pamit karyawan resto tersebut.
Mereka mengobrol sambil menunggu pesanan datang, sebenarnya bukan Rega yang minta bertemu. Melainkan Leo dan Dio, lebih tepatnya Leo karena dia sedang merancang kejutan spesial untuk Hana.
“Aku mau kamu mendesain ulang rumahku, Ga! Aku membeli hunian jauh sebelum rencana pernikahanku dengan Hana. Aku ingin memberi Hana kejutan setelah kami menikah nanti,” ucap Leo
Rega mengangguk. “Gue lihat dulu hunian yang sudah lo beli. Meskipun sudah menjadi hak milik, tetap saja gue harus melihat siapa arsitek yang membuatnya. Biar gue bisa menyesuaikan harus merancang ulang seperti apa,”
Leo tertawa, dia kemudian menunjukkan foto hunian mewahnya pada Rega.
“Si alan,” umpat Rega saat melihat foto hunian mewah yang sudah sahabatnya beli, Leo bahkan terkekeh melihat ekspresi Rega.
Dio tak kalah tergelak mendengar Rega yang yang mengumpat, sedangkan Aldo dan Karin hanya diam karena keduanya tidak mengerti.
“Ini sih gue yang buat desainnya,” ucap Rega saat tahu kalau Leo membeli hunian yang Rega rancang. “Mau lo rubah bagaimana?” lanjutnya bertanya pada Leo.
“Hana suka rumah minimalis modern, tapi gaya Eropa Scandinavian. Di tambah taman yang luas di belakang atau di depan,” jawab Leo.
Rega mengangguk. “Mau tetap dua lantai?” tanya Rega diangguki Leo.
“Oke. Gue buat ulang dulu desainnya,”
Makanan dan minuman yang mereka pesan mulai berdatangan, kelimanya mulai menikmati makan siang dengan obrolan-obrolan yang lebih santai. Rega terlalu asik dengan kebersamaan dengan sahabat, hingga dia lupa membalas pesan dari seorang perempuan yang seharusnya dia utamakan lebih dari siapapun. Atau Rega memang sengaja tidak membalasnya? Entahlah, karena hanya Rega yang tahu.
“Kamu makan ini saja, Rin. Kamu alergi udang, kan? Itu ada udangnya,” Rega menukar capcay milik Karin dengan capcay kering miliknya.
Karin mengangguk. “Terimakasih, kak.”
“Sama-sama,” jawab Rega.
Karin diam-diam menatap kearah Rega, Dio dan Leo memperhatikan hal tersebut. Tatapan yang tentu Leo dan Dio pahami, bukan tatapan seorang perempuan pada calon kakak iparnya. Melainkan tatapan seorang wanita pada pria yang disukai, keduanya menghela napas.
Leo dan Dio tahu benar kondisi hati Rega saat ini, kedua sahabatnya tersebut juga tahu siapa Rhea. Leo dan Dio saling lirik, mereka berdua saling menaikkan alis masing-masing. Namun keduanya tidak akan masuk dan ikut campur masalah pribadi Rega, kecuali jika mereka melihat Rega sudah melenceng barulah mereka akan turun tangan. Terlebih Leo juga sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan Hana dalam waktu dekat.
“Saya permisi ke toilet sebentar,” Aldo menyela saat semua masih menikmati makanan mereka, dia pamit ke toilet.
“Silahkan,” ucap Dio.
Aldo kemudian keluar dari ruangan tersebut, dia bergegas menuju toilet yang ada di restoran tersebut.
rayen and rhea
wah blokir ini benaran ?
biar regaerasakannkehilangan rhea
ko pamit apa ada rencana pergi keluar negri ini
Rhea nunggu satu tahun loh biar impas regong nya nunggu lima tahun aja Thor kalau berjodoh sih
hilang ingatan jangan" dulu pernah ketemu regong waktu kecil kaya cinta monyet apa Kitty yah
😂😂