Mentari Senja, gadis desa yang berusia 18 tahun. Anak terakhit dari pasangan Jaka dan Santi. Dia merupakan salah satu gadis yang menjadi primadona di desanya. Dia mempunyai keluarga yang sederhana dan ayah yang sangat disayanginya. Mentari adalah sosok gadis yang lembut, cantik dan pendiam serta sangat menuruti permintaan sang ayah. Namun siapa sangka Mentari tiba-tiba saja dijodohkan oleh sang ayah dengan sosok lelaki yang dia tidak kenal sama sekali. Dia terpaksa harus menerima perjodohan itu demi kesembuhan sang ayah. Mengubur semua cita-citanya selama ini dan harapannya untuk melanjutkan pendidikan. Hidup dengan seorang laki-laki yang berstatus sebagai suaminya, tapi tidak pernah dianggap dan dicintai.
Chapter 1
“Tari,,, Mentari,,,”
Suara seseorang yang memanggil nama Mentari. Gadis itu kini tengah berada disebuah lapangan yang tidak jauh dari rumahnya,, Mentari hanya ingin menenangkan fikirannya sejenak seraya menggerakkan kuas yang berada di tangannya kekiri dan kekanan. Dan hal itu pasti dia lakukan setiap sore sampai menjelang senja magrib.
Seperti dengan namanya Mentari Senja, dirinya sangat menyukai suasana saat menjelang magrib, karena dia dapat melihat indahnya langit orange kemerahan diujung langit.
“Iya tehh,, Mentari ada disini” ucap Mentari pada Arumi kakak tertuanya.
“Kamu dari tadi teteh cariin” ucap Arumi pada adiknya itu.
“Kenapa teh ?” tanya Mentari yang melihat raut wajah cemas tetehnya.
“Ayah tari,, ayah penyakitnya kambuh lagi” ucap Arumi dengan nada khawatir.
“Ayah,,” ucap Mentari membulatkan matanya karena terkejut mendengar ucapan sang teteh. Kuas yang berada ditangannya pun langsung terjatuh.
Padahal tadi, sebelum dirinya pergi ke tempat ini,, ayahnya baik-baik saja. Tapi sekarang dia mendengar kabar kalau penyakit sang ayah kambuh kembali.
“Ayo tari,, kita harus cepat pulang ke rumah” ucap Arumi pada sang adik.
“Iya teh,, ayukk. Tari nggak mau terjadi sesuatu sama ayah” ucap Mentari yang begitu cemas dan air mata yang sudah membasahi pipinya.
.
.
Sesampainya dia di rumah, Mentari langsung saja menghampiri sang ayah.
“Ayah,, ayah kenapa?” tanya Mentari pada sang ayah.
“Mentari, ayah baik-baik saja nak” ucap Jaka, ayah Mentari.
“Mungkin ayah hanya kecapeak saja” lanjut Jaka yang tidak ingin membuat putri kecilnya itu khawatir.
Mentari merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara,, dia memiliki satu kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki. Saat ini Mentari hanya memiliki sang ayah, karena ibunya sudah pergi meninggalkan dirinya saat usia 10 tahun. Selama sang ibu telah tiada,, ayahnya lah yang menjadi penganti peran ibu dalam hidupnya.
Kakak Mentari yang paling besar adalah Arumi, dia sudah memiliki keluarga dan tinggal terpisah dengan dia dan sang ayah,, sedangkan sang Aa bernama Rendy,, dia saat ini sedang bekerja di kota, jadi hanya Mentari yang menjaga sang ayah.
Tapi karena ayahnya terkena penyakit jantung beberapa bulan yang lalu,, membuat teh Arumi memutuskan untuk tinggal bersama Mentari dan ayahnya kembali. Dia tidak akan tega membiarkan sang adik merawat ayah mereka sendirian.
“Ayah yakin?” tanya Mentari yang ingin memastikan keadaan sang ayah.
“Iya tari,,” ucap Jaka pada putrinya itu.
“Rum,, bisa tinggalkan ayah sama tari berdua saja” ucap Jaka pada Arumi,, yang langsung dianggukkan oleh sang anak.
“Ada apa yah? Kenapa ayah hanya ingin berdua saja dengan tari?” tanya Mentari,, dia sedikit merasa heran dengan sikap sang ayah saat ini.
“Mentari,, ada hal yang ingin ayah bicarakan sama kamu” ucap Jaka,, dia berusaha untuk mendudukan dirinya dan tidak ingin dibantu oleh Mentari.
“Ayah mau bicara apa sama tari?” tanya Mentari yang mulai dibuat bingung.
“Ayah sayang sama Mentari,, dan ayah ingin Mentari ada yang menjaga kalau ayah sudah tidak ada lagi” ucap Jaka mengusap pipi putri kecilnya itu.
Mentari langsung menatap sang ayah dengan tatapan tidak mengerti dengan maksud ucapan sang ayah.
“Maksud ayah?” tanya Mentari bingung.
“Ayah ingin kamu menikah dengan orang yang sudah ayah pilihkan untukmu sayang” ucap Jaka tersenyum pada Mentari.
Sedangkan Mentari dia langsung saja terdiam dengan wajah terkejutnya atas permintaan sang ayah padanya. Dia tidak menyangka kalau ayahnya itu akan menjodoh dirinya dengan seorang lelaki yang tidak ia kenal sama sekali.
“Tapi yah,, tarikan masih sekolah dan juga Tari mau lanjutin pendidikan tari” ucap Mentari yang menolak permintaan sang ayah.
“Tari mau menjadi seorang pelukis yang terkenal yah” lanjut Mentari dengan nada sedih,, air mata gadis itu tiba-tiba saja turun.
“Ayah tau nak,, tapi kamu masih bisa melanjutkan sekolah kamu. Ayah lakuin ini semua demi kebaikan kamu juga” ucap Jaka yang ikut bersedih melihat putrinya menangis.
“Tari nggak mau yah” ucap Mentari mengeleng-gelengkan kepalanya dengan air mata yang semakin deras.
“Ayah mohon sayang,, anggap saja ini adalah permintaan terakhir ayah sebelum meninggalkan kamu” ucap Jaka menghapus air mata Mentari.
“Ayah nggak boleh bicara seperti itu” ucap Mentari tidak ingin mendengar ucapan itu keluar dari mulut sang ayah.
“Jadi ayah mohon sayang,, kamu mau ya menikah dengan laki-laki yang sudah ayah siapkan untuk kamu” ucap Jaka menakup wajah putrinya itu.
“Dia adalah anak dari sahabat ayah dulu,, dan dia adalah pemuda yang sangat baik, karena ayah sangat mengenal kedua orang tuanya” lanjut Jaka.
“Ayah yakin dia bakalan bisa membahagiakan kamu sayang.”
Mentari terdiam,, dia tidak bisa menolak permintaan sang ayah, namun sebenarnya dia juga tidak ingin menerima perjodohan ini.
“Kalau tari menikah nanti siapa yang akan merawat ayah?” ucap Mentari masih berusaha untuk menolak permintaan sang ayah dengan halus.
“Masih ada teh Arumi yang bisa merawat ayah disini sayang” ucap Jaka.
“Kamu nggak perlu khawatir sama ayah sayang” lanjut Jaka pada Mentari.
Akhirnya karena sudah tidak ada lagi alasan Mentari untuk menolak permintaan sang ayah,, dia pun hanya bisa menganggukan kepalanya lemah. Dan hal itu langsung membuat sang ayah tersenyum dan memeluknya erat.
“Makasih ya sayang,, ayah sayang banget sama putri kecil ayah ni” ucap Jaka mengelus kepala Mentari yang ada dalam pelukannya.
“Dan ayah yakin dia adalah laki-laki yang cocok menjadi suami kamu” lanjut Jaka tersenyum.
Setelah perbincangan yang sangat panas itu dan memastikan ayahnya baik-baik saja, tertidur dengan nyaman,, Mentari keluar dari kamar sang ayah dengan wajah lesunya,, dia terduduk di meja makan. Gadis itu masih memikirkan ucapan sang ayah tadi,, dan apa keputusannya untuk menerima perjodohan itu adalah keputusan yang terbaik untuk dirinya dan juga ayahnya.
Arumi yang melihat adiknya itu keluar dari kamar sang ayah dengan wajah murung sedikit dibuat bingung.
‘Mentari kenapa mukanya seperti habis nangis gitu ya’ batin Arumi menatap Mentari.
Arumi melangkahkan kakinya menghampiri adik kecilnya itu.
“Tar,,” ucap Arumi mengelus lembut tangan Mentari.
“Teh,,” ucap Mentari sedikit tersenyum dengan menarik singkat sudut bibirnya keatas.
“Kamu kenapa?” tanya Arumi pada Mentari.
“Tari nggak papa kok teh” ucap Mentari membalas helusan lembut Arumi.
“Kamu yakin?? Nggak mau cerita sama teteh?” ucap Arumi berusaha membujuk adiknya itu untuk bercerita.
Mentari menganggukan kepalanya dan menarik sudut bibirnya dengan sangat lebar,, menunjukkan kalau dia memang sedang tidak apa-apa.
Namun Arumi yakin kalau ada yang sedang disembunyikan oleh adiknya itu,, dia sangat mengenal Mentari. Gadis itu tidak akan memperlihatkan kesedihanya atau sedang memikirkan sesuatu kepada orang lain.
Arumi akan mencari tau sendiri kalau Mentari tidak ingin bercerita padanya,, dia akan bertanya langsung dengan sang ayah nanti.
****
Malam harinya di kediaman Jaka sudah ada Mentari dan the Arumi beserta suaminya yang sedang makan malam. Karena keadaan Jaka sudah sedikit membaik, dia ingin makan bersama dengan anak-anaknya,, sekaligus dia ingin memberi tau yang lain tentang perjodohan Mentari.
“Ayah makan yang banyak ya,, dan setelah itu minum obatnya” ucap Arumi pada ayahnya dengan lembut.
Sedangkan Mentari dia hanya menatap interaksi sang teteh dengan ayahnya,, dengan pancaran mata yang mengisyaratkan sesuatu hal.
“Mentari,, kamu nggak papa kan sayang?” tanya Jaka lembut pada Mentari.
Mentari tidak menjawab ucapan Jaka, dia hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum, Mentari memang gadis yang pendiam kalau diluar rumah, namun kali ini dia juga berubah menjadi sosok yang pendiam didalam keluarganya.
Jaka yang melihat perubahan putri kecilnya itu tiba-tiba saja menjadi sedih,, dia tidak tega melihat gadis yang selalu ceria ketika berada di dalam rumah berubah menjadi pendiam seperti ini.
‘Maafin ayah sayang’ batin Jaka menatap Mentari dalam.
“Arum,, Andre, ayah mau ngomong sesuatu sama kalian berdua” ucap Jaka pada anak dan menantunya itu,, yang langsung saja membuat mereka berdua menoleh pada sang ayah termasuk juga Mentari.
Mentari yakin pasti ayahnya akan membicarakan tentang perjodohannya dengan anak sahabat sang ayah pada teteh dan suaminya.
“Ayah mau ngomong apa?” tanya Arumi lembut pada sang ayah.
“Mungkin ini akan membuat kalian berdua terkejut dengan keputusan yang ayah ambil” ucap Jaka pada anaknya.
“Maksud ayah apa?? Arum dan Aa Andre tidak paham yah” ucap Arumi dan dianggukan oleh suaminya.
“Ayah ingin menjodohkan Mentari dengan anak sahabat ayah” ucap Jaka serius pada mereka berdua dan menoleh pada Mentari yang hanya menunduk saja.
Sontak saja hal tersebut membuat Arumi dan suaminya membulatkan mata mereka karena sangat terkejut dengan ucapan sang ayah.
“Ayah lagi tidak bercandakan, yah?” tanya Arumi yang masih belum percaya.
“Ayah serius rum,, ayah ingin Mentari ada yang menjaganya” ucap Jaka mengelus puncak kepala Mentari,, dan langsung membuat gadis itu mendongakkan kepalanya dan tersenyum kaku pada sang ayah.
Arumi menatap adiknya itu,, ternyata ini semua yang membuat Mentari murung dan bersedih sejak keluar dari kamar sang ayah sampai saat ini. Kenapa juga Mentari tidak menceritakan hal ini padanya tadi,, batin Arumi.
“Lalu bagaimana dengan sekolah Mentari yah?” tanya Arumi pada sang ayah.
“Mentari tetap akan melanjutkan sekolahnya” ucap Jaka.
“Apa Mentari menyetujui ini yah?” tanya Arumi.
“Mentari sudah menyetujuinya” ucap Jaka tersenyum.
Arumi terdiam,, apa Mentari sengaja menerima perjodohan ini demi menjaga agar penyakit ayah tidak semakin parah. Tapi kenapa dia mengorbankan dirinya sendiri,, pernikahan ini adalah hal yang sekali seumur hidup. Apa tidak ada cara lain agar Mentari tidak menerima perjodohan ini dan tidak melukai hati sang ayah.
“Benar itu Tari?” tanya Arumi pada Mentari,, dia ingin mendengar sendiri dari mulut sang adik.
Mentari menatap tetehnya dalam. “Iya teh” ucap Mentari dengan nada lesu.
“Tapi tidak bisakah tunggu sampai Mentari lulus sekolah dulu yah?” tanya Arumi yang seperti tidak terima dengan keputusan sang ayah.
“Umur ayah tidak lama lagi Rum,, jadi ayah ingin sebelum ayah pergi mentari sudah ada seseorang yang menjaganya” ucap Jaka dengan raut wajah sedih pada Arumi.
“Lagi pula Mentari masih dapat melanjutkan sekolahnya” lanjut Jaka.
Saat Arumi ingin membantahnya lagi,, dia ditahan oleh sang suami. Mentari yang tidak ingin terjadi perdebatan antara ayahnya dan juga tetehnya akhirnya ikut bicara.
“Ini juga udah keputusan Mentari teh, menerima perjodohan yang ayah inginkan” ucap Mentari dengan senyum manisnya,, padahal dia berusaha untuk tampak ikhlas menerima semua itu.
“Dan pernikahan itu akan dilaksanakan besok siang” ucap Jaka pada mereka semua,, yang langsung saja membuat mereka bertiga terkejut bukan main,, terutama Mentari.
Waktu terasa berhenti bagi Mentari,, dia terdiam ditempat duduknya dengan semakin lesu, Mentari tidak bisa membayangkan akan menikah dengan seorang laki-laki dan merubah statusnya besok hari. Dia juga belum siap untuk meninggalkan sang ayah dan tetehnya disini.
Bersambung…