Li Bao Jia, Selir Pertama Putra Mahkota Dinasti Ming, dicopot gelarnya serta di cerai oleh sang putra mahkota setelah melahirkan putra pertama mereka karena dituduh melakukan kudeta terhadap kerajaan.
Ayahnya yang merupakan mantan Jenderal peperangan sejak zaman kepemimpinan Raja sebelumnya di tuntut hukuman mati.
Bao Jia yang baru saja kembali ke kediamannya dengan berbagai macam hinaan dan cemoohan, tiba-tiba mendapatkan serangan dari pasukan kerajaan, semua anggota keluarganya dan pengikut setia ayahnya dibantai.
Adik kesayangannya, Li wang-shu dibunuh dengan kejam, sementara di detik-detik terakhir hidupnya Ia melihat, Pamannya, Li Tuo-li tersenyum dan berkata, "Akhirnya Kamu yang terakhir. selamat tinggal ****** kecil!"
Diantara hembusan nafas terakhirnya, Bao Jia bersumpah, Jika Ia bisa mengembalikan waktu, maka Ia tidak akan pernah menjadi selir putra mahkota, Ia akan mendengarkan nasihat Ayahnya dan tetap bersama keluarganya.
'Tolong Beri Aku kesempatan!' jeritnya dalam hati!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 : Jangan lepaskan!
Bao Jia menikmati kenikmatan berendam di lautan bunga yang begitu semerbak. Saat ini pikirannya benar-benar relaks dan tenang.
Ternyata hidup dengan mencintai diri sendiri terlebih dahulu begitu menyenangkan. Bao Jia jadi bertanya-tanya, apa yang ada di otak kecilnya dulu hingga melakukan banyak hal bodoh hanya untuk menarik perhatian seorang Pria?
"Haaah, Aku benar-benar tidak mengerti dengan diriku yang dulu. Kenapa dulu Aku tidak menikmati hidup dengan cara seperti ini. Ternyata lebih menyenangkan. Tapi, Kalau Aku tidak mengalami kehidupan sebelumnya, Aku juga tidak akan tahu sih kalau ada musuh dalam selimut di keluarga Li"
Bao Jia memejamkan matanya, merilekskan otot tubuh dan pikirannya setelah seharian berurusan dengan Suaminya, Wang Huang-Fu.
Namun suasana tenangnya tiba-tiba terganggu begitu Bao Jia mendengar suara pintu yang bergeser.
Bao Jia sontak menoleh ke arah pintu.
"Dia lagi" gumamnya.
Huang Fu hanya mengenakan jubah mandi. Tubuhnya benar-benar tinggi besar 2x lipat dari Bao Jia. otot perutnya terlihat sangat keras. Bao Jia sampai menghitungnya, jumlahnya ada 8 kotak!
"Yang Mulia, kenapa Anda tidak mendengarkan Saya?"
"Bukankah Kamu yang tidak mendengarkanku?"
"Apa?"
Bao Jia menjadi bingung dengan ucapan Suaminya itu. Huang Fu tak terlalu menghiraukannya, Dua dengan tenang duduk di bak pemandian, berhadapan dengan Bao Jia. Lalu Dia dengan santai berkata,
"Aku sudah mengatakannya padamu. Ini adalah jadwal kunjungan yang diatur oleh istana, Aku hanya menaatinya"
"Sejak kapan istana mengatur tentang hal seperti itu?
Tanya Bao Jia sinis.
"Sejak dulu, Kamu saja yang tidak tahu"
'Alasanmu saja!' Bao Jia menggeser dalam hati.
Melihat Bao Jia tidak bersuara lagi, Huang Fu tersenyum tipis kemudian berkata,
"Bisakah Kamu cukup mengikuti aturan tanpa terus menerus protes? Membuat pusing saja"
Bao Jia merasa tidak ada gunanya berdebat dengan gorila yang satu ini, jadi Dia memilih diam saja.
Asal Huang tidak macam-macam, Bao Jia memutuskan untuk menjalaninya saja, 7 hari dibagi 2, berarti masing-masing dapat 3 hari.
'Tidak, masih ada sisa 1 hari kan?' batinnya.
"Ya baiklah. Tapi saya minta keringanan, karena 1 Minggu jumlahnya ada 7 hari, jadi saya meminta cukup 3 hari saja Yang Mulia mengunjungi Paviliun persik. Sisanya 4 hari berikanlah waktu anda lebih banyak untuk Selir Liu, bagaimana?"
Bao Jia tersenyum lebar, matanya berkedip-kedip seolah meminta kepastian dan jawaban yang harusnya memuaskan.
"Keringanan? Kamu berbicara seolah-olah dikunjungi oleh Suamimu adalah hukuman"
'Memang iya!' Seru Bao Jia dalam hati, tapi tentu saja mulutnya berkata lain.
"Yang Mulia, Saya menjadi sangat pengertian seperti ini, bukankah bagus untuk keharmonisan rumah tangga? Sangat jarang di temui di masyarakat istri yang begitu berlapang dada seperti Saya. Menyarankan suami untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan istri mudanya... Anda seharusnya bersyukur, Yang Mulia"
Huang Fu tidak tahan lagi menahan emosinya mendengar ucapan istri pertamanya itu, Ia kemudian mengangkat tangannya dan dalam waktu sekejap Bao Jia sudah terseret ke pelukannya.
"Y-yang Mulia, Apa Anda tidak tahu malu??? Saya..."
Bao Jia menutupi bagian dadanya yang terekspos sempurna tanpa sehelai benangpun. Huang terkekeh kemudian berkata,
"Aku sudah pernah melihatnya, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tidak ada gunanya Kamu tutupi"
"Kamu!"
Bao Jia kehilangan kata-kata, Ia kemudian berusaha melepaskan diri sekuat tenaga.
"Jangan lepaskan"
Ucap Huang Fu.
"Jangan lepaskan apa?"
Tanya Bao Jia dengan kesal, Ia masih berusaha memberontak, namun cengkraman tangan Huang Fu benar-benar kuat.
"Harapanmu. Jangan lepaskan"
Bao Jia terdiam. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Otaknya berusaha membangunkannya, mengingatkannya untuk tidak terperdaya. Tapi hatinya, hatinya ternyata masih memiliki celah.
Wajah ini, Pria ini, yang pernah sangat Ia kagumi, Ia cintai sepenuh hati.
Jika saja Huang Fu bersikap kejam seperti di kehidupan sebelumnya, Bao Jia akan lebih senang dan lebih mudah untuk melakukan pembalasan dan perubahan pada takdirnya dulu.
Kenapa Pria ini jadi begini? kenapa dia berubah? Huang Fu tidak pernah melakukan hal seperti ini di kehidupan sebelumnya. Kenapa???
Apa ini adalah ujian untuk mempersulit rencananya??
Bao Jia terus menatap mata hitam legam yang begitu tajam tapi penuh dengan kharisma yang tidak terelakkan. Bao Jia terlambat menyadarinya, dan...
Cup!! Huang menyatukan bibir mereka.
Namun kali ini, penuh dengan rasa, penuh dengan kelembutan.
Bao Jia berperang dengan dirinya sendiri.
Pikirannya memberontak, tapi tubuhnya berkata lain, Ia mulai membalas ciuman itu.
Hingga perlahan pergerakan mereka yang tadinya pelan dan lembut berubah jadi menggebu-gebu dan penuh gairah.
Sampai akhirnya,
"Nyonya... apa Anda dan Yang Mulia Putra Mahkota sudah selesai mandi?"
Srakkk....
Bao Jia langsung mundur, menjauhi Huang Fu secepatnya, Ia mengambil kain bersih di samping bak pemandian. Melilitkannya ke tubuhnya, lalu berjalan cepat keluar dari ruangan itu dengan pikiran yang rumit.
Berbeda dengan Huang Fu yang terlihat senang.
"Rubah kecil yang sulit untuk dijinakkan, Li Bao-Jia"
Ucapnya seraya menatap jejak-jejak kaki yang ditinggalkan oleh istrinya itu.
****
"Nyonya... apa Anda baik-baik saja?"
Tanya Liang Yi setelah melihat Majikannya itu melamun dan murung sepanjang hari.
"Aku baik-baik saja Bi, Ayo Kita harus segera pergi ke istana untuk menghadiri acara pelantikan Pangeran ketiga"
Liang Yi menghela nafas pelan, tapi tidak lanjut bertanya, Ia pun hanya menjawab dengan patuh,
"Ya, Nyonya-ku"
"Apa Kamu sudah melakukan sesuai dengan rencanaku?" Bao Jia berbisik.
"Sudah, Nyonya tidak perlu khawatir".
"Hmn, Baiklah Ayo Kita pergi sekarang"
Bao Jia dan Liang Yi pun berangkat ke istana menggunakan kereta tandu.
Di belakangnya 2 orang pelayan dengan masing-masing membawa 1 kotak hadiah yang disiapkan oleh Bao Jia, serta 2 orang pengawal berjalan mengekori kereta tandunya.
Meski sudah yakin dengan rencananya, tapi Bao Jia tetap merasa gugup. Dalam hati Ia benar-benar berdoa agar semuanya bisa berjalan lancar sesuai harapannya.
Ia ingin tidak hanya terhindar dari fitnah kejam di kehidupan sebelumnya hingga Ia diasingkan, tapi juga bisa membalas orang-orang yang bekerja sama menjebaknya saat itu.
Kali ini, Ia ingin melihat, bagaimana Mereka akan meloloskan diri. Mereka harus mendapatkan hukuman yang pantas atas penderitaannya di kehidupan sebelumnya.
Bao Jia meremas tangannya yang mulai berkeringat seraya meyakinkan diri bahwa Ia pasti akan berhasil. Pasti.
Bao Jia kemudian membuka tirainya, melirik Liang Yi yang berjalan tepat di sampingnya, Ia lalu memberikan kode untuk memulai rencananya.
Liang Yi mengangguk paham. Beberapa detik kemudian...
Gubrak!!!
Roda kereta tandu itu tiba-tiba terlepas satu, keretapun terjatuh ke samping.
Bao Jia yang sudah bersiap-siap, memegang ujung kereta tandu itu sehingga Ia tidak ikut terjatuh.
Semua orang panik. Begitu juga dengan Liang Yi yang mulai bersandiwara dengan dramatis berteriak,
"Nyonya!!!, Kalian, cepat bantu Aku menarik Nyinya Selir Li keluar dari sini"
Kedua pelayan itu dengan panik pun meletakkan kotak hadiah itu ke tanah. Mereka bergotong royong menarik badan kereta tandu itu agar bisa berdiri sedikit, dan mengeluarkan Bao Jia dari dalam kereta tandu itu.
Dan disitulah, diam-diam Liang Yi melangkah mundur mendekati kotak hadiah yang tergeletak di lantai, Kemudian Ia mengeluarkan kalung giok hijau pemberian pemberian Bao Jia dan langsung menjalankan aksinya...
Bersambung...
sedappp kannn rasanya/Facepalm/
semangat Thor update nya ditunggu 💪
sedih kalau gantung ceritanya soalnya ceritanya GG
alur ceritanya enak tuk dibaca
kita terbawa emosi,keren semangat Thor