NovelToon NovelToon
Tumbuh Di Tanah Terlarang

Tumbuh Di Tanah Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Poligami / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Aruna telah lama terbiasa sendiri. Suaminya, Bagas, adalah fotografer alam liar yang lebih sering hidup di rimba daripada di rumah. Dari hutan hujan tropis hingga pegunungan asing, Bagas terus memburu momen langka untuk dibekukan dalam gambar dan dalam proses itu, perlahan membekukan hatinya sendiri dari sang istri.

Pernikahan mereka meredup. Bukan karena pertengkaran, tapi karena kesunyian yang terlalu lama dipelihara. Aruna, yang menyibukkan diri dengan perkebunan luas dan kecintaannya pada tanaman, mulai merasa seperti perempuan asing di rumahnya sendiri. Hingga datanglah Raka peneliti tanaman muda yang penuh semangat, yang tak sengaja menumbuhkan kembali sesuatu yang sudah lama mati di dalam diri Aruna.

Semua bermula dari diskusi ringan, tawa singkat, lalu hujan deras yang memaksa mereka berteduh berdua di sebuah saung tua. Di sanalah, untuk pertama kalinya, Aruna merasakan hangatnya perhatian… dan dinginnya dosa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TDT 1

Hujan baru saja reda ketika Aruna berdiri di beranda, menatap hamparan kebun yang hijau, basah oleh sisa gerimis. Butiran air masih menetes dari ujung daun, jatuh satu per satu ke tanah yang gembur.

Angin berembus lembut, mengibaskan rambut panjangnya yang mulai memutih di beberapa helai. Di kejauhan, suara burung-burung kembali ramai, seolah merayakan berakhirnya badai.

Namun, di dalam hati Aruna, badai itu belum pernah benar-benar pergi.

Bagas, suaminya, selalu pergi lebih lama dari yang dijanjikan. Dari satu rimba ke rimba lain, dari lembah tersembunyi hingga puncak gunung berkabut, memburu cahaya matahari yang terbenam di antara pepohonan, membekukan keindahan liar dalam jepretan kameranya. Tapi, di balik setiap foto yang ia kirimkan melalui email, tak ada sepatah kata hangat yang menyertai.

"Apakah kau masih ingat bagaimana caranya pulang, Bagas?" bisik Aruna, lebih pada dirinya sendiri. Kalimat itu lenyap disapu angin, sama seperti kehangatan pernikahan mereka.

Aruna menarik napas dalam-dalam, aroma tanah basah dan dedaunan segar meresap ke dalam dadanya. Inilah duniaku, pikirnya, kebun yang subur namun sunyi. Tempat di mana ia belajar merawat sesuatu yang tumbuh kecuali cinta dalam pernikahannya.

Dan di tengah keheningan itu, sebuah ketukan pintu menggema. Aruna berbalik, melihat seorang pria muda berdiri di depan pagar kayu. Raka, peneliti tanaman yang dijanjikan datang hari ini.

"Selamat pagi, Ibu Aruna?" sapa pria itu, suaranya tenang. "Saya Raka. Ini CV saya, Ibu. Saya diminta oleh Pak Sugeng untuk membantu meneliti kerusakan tanaman sayuran di perkebunan Ibu."

Aruna menerima CV itu. Raka, Sarjana Pertanian, lulus lima tahun lalu. Masih single. Bekerja sebagai peneliti tanaman. Dan Sugeng sahabat lama Aruna, ahli pertanian yang sering membantunya.

"Terima kasih sudah datang, Raka. Silakan masuk," ucap Aruna, mencoba menyembunyikan debaran halus di dadanya.

Raka tersenyum lagi, berjalan masuk. Ada ketenangan dalam caranya melangkah, sikapnya yang sopan, dan tatapan mata yang penuh perhatian saat mendengarkan. Aruna memperhatikan, mencoba menyangkal kekaguman yang perlahan tumbuh di hatinya.

Raka mulai menjelaskan rencana penelitiannya, tangannya yang cekatan menunjukkan grafik dan data yang ia bawa. Aruna mendengarkan, namun sebagian hatinya tersesat, terpikat pada sosok muda yang penuh semangat itu. Ketika sesekali Raka menoleh dan tersenyum, Aruna merasa jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

"Kata Pak Sugeng, Ibu juga lulusan Pertanian, Ibu Aruna dari universitas mana, jika boleh tahu?" tanya Raka sambil memeriksa tanaman.

"Universitas yang sama denganmu," jawab Aruna sambil tersenyum.

"Wah, angkatan berapa, Bu?" Raka penasaran.

Aruna tersenyum lebih lebar. "Ah, jangan ditanya. Dari penampilanku yang sekarang, kau pasti sudah tahu aku angkatan jadul."

Raka terkekeh. "Jangan bercanda, Bu. Ibu masih terlihat muda, kok. Saya bahkan tidak menyangka..."

Kalimat sederhana itu membuat Aruna tersanjung. Ada sesuatu dalam nada suara Raka, dalam tatapannya, yang membuatnya merasa dilihat bukan sebagai istri yang ditinggal suami, tapi sebagai wanita.

Getaran halus mulai terasa di dada Aruna. Perasaan yang sudah lama terkubur. Selama ini, ia hanya tahu kesepian, merawat kebun, dan sesekali menyalurkan hasratnya yang tak tersalurkan dengan suaminya melalui caranya sendiri mast****si dalam sunyi.

Namun kini, kehadiran Raka seolah membangkitkan gairah yang telah lama mati.

"Kalau hujan sudah reda, bolehkah Ibu menunjukkan perkebunan sayur yang akan saya teliti?" tanya Raka.

Aruna mengangguk. "Tentu. Tapi kita harus naik mobil. Kebunnya cukup jauh, sekitar tiga kilometer dari sini."

Mereka pun naik ke mobil jeep milik Raka. Sepanjang perjalanan, Raka mengira hamparan hijau dekat rumah Aruna adalah kebun yang akan mereka kunjungi.

"Itu masih kebun saya," jelas Aruna sambil tersenyum. "Tapi khusus tanaman hias dan pohon buah. Tidak seluas yang akan kita lihat sekarang."

Raka mengangguk kagum. "Jadi ada dua kebun? Luar biasa."

"Kebun Yang dekat rumah ini lebih kecil. Yang akan kita kunjungi adalah perkebunan sayur, sumber utama pendapatan saya. Beberapa hektar luasnya," jelas Aruna dengan nada bangga.

Raka mendengarkan penuh perhatian. Sesekali, ia menatap Aruna dan tersenyum, membuat jantung wanita itu kembali berdegup lebih cepat.

Sampailah mereka di perkebunan, sebuah hamparan luas di dekat lereng bukit nan hijau. Pohon-pohon tinggi berjajar di tepian, melindungi kebun dari angin kencang. Teras-teras hijau berjenjang membentang, dipenuhi aneka sayuran yang segar kol yang merekah, cabai merah menyala, dan daun-daun selada yang hijau segar berkilauan oleh sisa embun.

Aliran sungai kecil meliuk di tepi kebun, suaranya gemericik menenangkan. Burung-burung kecil beterbangan di atas, berkicau riang seolah menyambut mereka. Udara segar menyeruak, bercampur aroma tanah basah dan dedaunan. Matahari yang mulai mengintip dari balik awan memancarkan cahaya keemasan, menambah keindahan pemandangan itu.

Raka melangkah keluar dari jeep dengan mata berbinar. "Luar biasa, Bu Aruna. Tempat ini seperti surga kecil. Saya tidak sabar untuk mulai bekerja di sini."

Aruna tersenyum, hatinya terasa hangat melihat antusiasme Raka. Ada rasa bangga yang menjalar, namun juga sesuatu yang lain getaran halus yang sudah lama ia rindukan.

"Semoga kau betah," ucap Aruna, matanya tak lepas dari sosok muda itu. Ia melihat bagaimana Raka memeriksa tanaman, sesekali menyentuh daun, mencium aromanya. Begitu bersemangat.

Aruna menarik napas dalam-dalam. Inilah yang ia butuhkan bukan sekadar perawat tanaman, tapi juga perasaan yang mulai tumbuh dalam sunyi hatinya. Raka tak hanya membawa harapan bagi kebun ini, tapi juga pada gairahnya yang lama terkubur.

Hasrat yang dulu hanya ia redakan dalam kesunyian kamarnya, kini mulai bergejolak setiap kali Raka tersenyum kepadanya.

Raka menoleh ke Aruna. "Tapi, Bu Aruna, dari yang saya lihat, tanaman sayuran di sini tampak segar dan sehat. Sebenarnya, apa keluhan yang terjadi?"

Aruna mengangguk, menunjuk ke arah sektor C, sedikit lebih jauh dari tempat mereka berdiri. "Masalahnya ada di sektor C. Di sana, daun-daun sayur mulai menguning dan mengering di tepinya. Beberapa tanaman bahkan layu sebelum mencapai masa panen."

Raka mendengarkan dengan serius. "Apakah sudah mencoba pestisida atau pupuk tertentu?"

"Sudah. Kami bahkan mengganti pupuk organik, menambah pengairan, tapi masalah tetap ada. Kadang, ada bercak hitam pada daun yang menyebar dengan cepat, dan bagian akarnya juga ada yang busuk."

Raka mengangguk, pikirannya mulai bekerja. "Sepertinya kita perlu memeriksa lebih dekat. Bisa jadi ini penyakit jamur, bakteri, atau mungkin masalah pada kualitas tanah."

"Itulah mengapa aku meminta bantuanmu, Raka. Aku berharap kau bisa menemukan penyebabnya dan menyelamatkan tanaman-tanaman itu," ujar Aruna, nada suaranya penuh harap.

Raka tersenyum meyakinkan. "Saya akan melakukan yang terbaik, Bu."

1
ovi eliani
thor blm up ya
ovi eliani
mantap, lebih baik di cintai laki 2 yg tulus sepertih raka, dr pada mencintai bagas yg tak tau arah kehidupan.
xia~xiaoling
masya'allah thor..tata bahasanya mendalam menyentuh ngena banget d hati..thor km org yg puitis..pinter bikin sajak..
prosanya sip...mkin skbma novel mu thor
Dee: Masya Allah, makasih banyak ya Kakak 🌸🙏 Komentarmu bikin semangatku nulis makin menyala. Aku senang banget kalau tulisanku bisa menyentuh hati pembaca. Doain semoga ke depannya aku bisa terus konsisten berkarya dan bikin karya yang lebih baik lagi. Terima kasih sudah membaca dan mendukung 🙏💖
Kalau tertarik silakan baca karya2ku yg lain...
total 1 replies
R 💤
Hallo Thor, aku mampir 👋🏻👋🏻👋🏻
Dee: Hai Kakak... 😄
Terima kasih sudah mampir dan baca Tumbuh di Tanah Terlarang! 👣🌿
Semoga ceritanya berkesan ya. Jangan lupa tinggalkan bintang dan komentar kalau suka 💬✨
Kalau kamu tertarik, boleh juga intip karya-karya aku yang lain...

Salam hangat dari author,
DeeMar 🖋️
total 1 replies
R 💤
Aruna lagi puber kedua gak sih, hehe
Dee: Haha bisa jadi~ makasih udah nangkep vibe-nya Aruna 😄 Jangan bosan sama tingkah dia ya!
total 1 replies
ovi eliani
aduhhhh aku bacanya kurang semangat thor, sesuatu yg sdh retak mungkin dapat di satukan tapi masih terlihat garis nya, itu yg di radakan aruna, jadi ikutan lelah bacanya
ovi eliani
wah drama tarik ulur ini, yg ada nanti akan lebih menyakitkan lg tinggalkan masa lalu aruna raih masa depam nooo raka udah nunggu. cicil kopernya sama raka satu satu jadi klo udah selesai cepat berangkat...
Daniah A Rahardian: Aruna plis, koper udah dicicil, hati Raka juga udah dicicil buat kamu 😭 tinggal kamu aja tuh yang ngaret terus! Gaskeun!
total 1 replies
ovi eliani
mau up lg song seru nih
Daniah A Rahardian
wow.. pedas sekali omonganmu Bagas😱
ovi eliani
aku bacanya gemes, karena hati ku tidak seluas aruna ngalah muluh, jd lah wanita yg tegas aruna, untuk apa rumah tangga di jalani tp tidak ada kebahagian di dalam pernikahan, sdh hampir 20 tahun ber rumah tangga apa tidak ingin kehadiran buah hati, hanya pernikahan dingin dan hampa , ayolah bikin cerita yg bikin greget up berikutnya ada ketegasan dan keputusqn aruna buqt bagas mungkin sebuah ancaman yg membuqt bagas berpikir, hanyq semua sarqn thor terima kasih
Dee: Itulah seni menulis membangkitkan rasa kesal, gemas, bahkan marah. Kalau ceritanya datar-datar saja, ujung-ujungnya pembaca sudah bisa menebak akan berakhir bahagia. Tapi dalam cerita ini, semuanya masih penuh teka-teki😊
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Sabar itu ada batasnya, Mas Bagas......
ovi eliani
baru tau bagas , rumput tetanga pada hijau, makanya jgn masuk hutan terus, sekali2 lihat rumput tetanga, semangat aruna panas in aja terus bagas biar tau rasa. untuk raka slow men...klo jodoh ngak kemana, semangatbthor up lg dong kurqng bacanya
Daniah A Rahardian
Mulai panas.... perlu AC nih...😄👍
ovi eliani
jgn pernah membuat hati seorang istri menjadi lelah karena lelahnya wanita adalah suatu kehancuran semangat thor
Dee: Terima kasih atas komentarnya, Kak Ovi. Ungkapan yang sangat dalam dan penuh makna. Saya setuju bahwa kelelahan seorang wanita, apalagi seorang istri, dapat berdampak besar pada semangat dan keharmonisan. Semoga cerita ini dapat terus memberikan pesan dan refleksi yang berarti.
total 1 replies
ros
ceritanya menarik 👍
Dee: Terima kasih Kakak, yg selalu setia ngikutin cerita aku, semoga terhibur ya...
Jangan lupa komen dan likenya 💖🙏🏻
total 1 replies
ovi eliani
nah mulai tumbuh benih benih ngak taulah , up doble thor karena bacanya kurang terus semangat thor terima kasih.
Daniah A Rahardian
Fix, kisah ini cocok jadi sinetron jam 7 ‘Cinta Terlarang Tapi Bikin Nagih’."
Dee: iya, bisa... bisa😄
total 1 replies
ovi eliani
ceritanya ringan menarik untuk dibaca
ovi eliani
cie cie istri orang senangnya, semangat raka pilih yg terbaik buat mu , tp statusnya jgn istri orang juga , jawabannya ku tunggu janda mu. semoga entar sore atau malam up lg, senang banget bacanya semangat thor..
Dee: Ditunggu ya... aku usahain bisa up tiao hari, tadi nonton bola dulu hhee...
total 1 replies
ovi eliani
belum up thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!