NovelToon NovelToon
Pewaris Kerajaan Mafia

Pewaris Kerajaan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: ZHRCY

Ethan, seorang kurir yang diperlakukan seperti sampah oleh semua orang, dikhianati oleh pacarnya, dipecat oleh bosnya. Tepat pada saat dia hampir mati, seorang lelaki tua memberitahunya identitas aslinya. Sekarang, dia bukan lagi sampah yang tidak berguna, dia disebut Dominus, raja dunia!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZHRCY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

FLASHBACK ON

Angin sore berembus lembut, memainkan helai-helai rambut Zoey kecil yang tertawa lepas saat tubuhnya diayun oleh tangan kekar seorang pria.

"Ayah lebih tinggi lagi!" Zoey kecil berseru, wajahnya penuh cahaya.

Henry tertawa, tawanya hangat seperti matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat. "Kalau ayah lebih tinggi lagi, nanti kau terbang dan ibu marah-marah."

"Ayah tidak pernah takut ibu, kan?"

"Benar." Henry mendekat dan mencubit hidung putrinya pelan. "Tapi ayah selalu takut menyakitimu."

Zoey tertawa lagi, lalu tiba-tiba diam dan memeluk leher ayahnya erat-erat. Ada keheningan yang tak biasa di sana.

"Ayah, janji ya... jangan pergi terlalu lama kalau kerja lagi."

Henry menatap matanya yang bening. Ia ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. "Ayah janji."

Namun dalam hatinya, ada rasa tak nyaman. Malam ini, dia harus bertemu rekan bisnis dari luar kota.

Pertemuan dijadwalkan di sebuah restoran, di dekat perbatasan dan jalur hutan kota. Karena lalu lintas macet, Henry memilih menggunakan rute alternatif — melewati jalan lama Arven yang sekarang sepi tapi dulunya merupakan jalur utama.

Sebelum pergi, dia memeluk Zoey dan mencium kening Ella.

"Aku tidak akan lama. Zoey, jaga Ibu ya."

"Siap!" Zoey menjawab sambil memberi hormat.

Henry tertawa dan melangkah keluar dari rumah dengan mobil sedan abu-abu kesayangannya.

Langit malam diselimuti awan tipis, dan jalanan Arven tampak gelap, hanya diterangi lampu mobil Henry yang menyusuri aspal tua.

Pertemuan bisnisnya tadi berjalan singkat — pria yang dijadwalkan datang ternyata membatalkan secara sepihak. Sambil menghela napas kecewa, Henry memutuskan untuk langsung pulang agar bisa menghabiskan malam bersama keluarganya.

Tapi ketika mobilnya berbelok melewati tikungan menurun di tengah hutan kecil, ia melihat sesuatu yang membuat darahnya dingin.

Api.

Sebuah ledakan baru saja terjadi.

Henry segera memperlambat laju mobilnya. Dari kejauhan, ia melihat dua mobil terbakar, satu terguling ke sisi jalan, dan beberapa pria berpakaian gelap berlari-lari sambil menembakkan senjata.

“Ya Tuhan… apa ini…?”

Instingnya berkata untuk segera putar balik, tapi dari kejauhan matanya menangkap siluet seorang anak kecil tergeletak di tanah, tubuhnya kecil, berdarah, dan menggigil.

“Itu… anak kecil?!”

Refleks kemanusiaan mendorong Henry membuka pintu. Ia mengangkat tangan, berjalan perlahan menuju Ethan.

"Aku bukan siapa-siapa! Aku hanya ingin menolong!" teriaknya.

Namun dari bayang-bayang, salah satu pria bersenjata melihatnya.

“Ada saksi!” bentak pria itu.

> “Tunggu! Aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi! Saya tidak—”

DOR!

Suara peluru memecah udara malam. Bahu Henry tersentak ke belakang. Dia jatuh tersungkur ke tanah.

> “Tidak... tidak...”

Tubuhnya bergetar, napasnya tercekat. Tapi dia masih sadar. Matanya menatap ke arah anak kecil yang sekarat — Ethan — beberapa meter di depannya.

Ia mencoba menyeret tubuhnya, mendekat, berharap bisa melakukan sesuatu.

Carlos, yang berdiri di antara reruntuhan api dan pembantaian, melihat Henry. Matanya dingin. Dia tak ingin ada saksi.

“Bersihkan. Ledakkan sisi tebing. Biarkan longsor menguburnya. Biar semua terlihat seperti kecelakaan.”

Seorang pria bersenjata mendekat dan mengeluarkan benda kecil dari sakunya — tabung silinder.

Tiga… dua… satu…

BOOM!

Ledakan kecil mengguncang tanah tempat Henry terbaring. Tebing kecil di sisi jalan roboh, dan tanah longsor menimpa sebagian tubuhnya.

Bagi mereka yang datang belakangan — termasuk polisi dan petugas medis — tubuh Henry ditemukan tertimbun separuh oleh puing longsoran, dekat reruntuhan mobil terbakar.

Kesimpulan resmi? Kecelakaan. Mobil kehilangan kendali karena ledakan dan tanah longsor. Korban meninggal di lokasi.

Tidak ada saksi lain. Tidak ada laporan tentang tembakan. Semuanya telah dibereskan oleh kelompok Carlos.

Keesokan Paginya — Rumah Keluarga Miller

Henry ditemukan tewas di lokasi longsor Arven, tertimbun tanah dan batuan. Polisi menyatakan kecelakaan. Tidak ada saksi. Tidak ada bukti kejahatan. Laporan lengkap ditutup dalam seminggu.

Saat ini Zoey duduk di pangkuan Camila, menggenggam boneka kelincinya. Rumah dipenuhi tamu. Suara duka mengalun pelan.

Ella menangis tak berhenti. Dia tidak tahu kenapa Henry mengambil jalan Arven malam itu.

Zoey bertanya pelan, "Kakek! Nenek...!! ayah kenapa belum pulang?"

Camila menatap ke arah jendela, mencoba mencari kata.

"Karena kadang... orang baik terlalu cepat pergi, Sayang. Tapi dia pergi demi kamu dan ibumu."

Zoey tidak menjawab. Tapi dalam hati, ada sesuatu yang terasa hilang dan tak akan pernah kembali.

FLASHBACK OFF

Pagi datang lebih cepat dari yang dia bayangkan. Ethan ingin tiba di Nexora Corporate tepat waktu. Tapi sebelum itu, dia harus pulang dulu ke rumah kontrakannya karena dia tidak membawa pakaian ke rumah Zoey.

Dia keluar dari kamar pelayan dengan langkah pelan, tepat ketika Mario dan Ella juga keluar dari kamar mereka.

Mario menghentikan langkahnya dan memelototi Ethan. "Apa-apaan ini? Kau tidur di kamar pelayan?" tanyanya dengan nada sinis.

Ella menyusul di belakang dan tersenyum kecil. "Dia tidak punya kamar lain, Mario. Dan setidaknya dia tidak tidur sembarangan."

Mario mendengus. "Yah, cocoklah. Tempatnya di keluarga ini memang menjadi pelayan."

Ethan membungkuk sedikit. "Selamat pagi, Tuan dan Nyonya Brown."

Ella membalas ramah. "Selamat pagi, Ethan. Kau terlihat lelah, apa kau tidur nyenyak?"

Ethan tersenyum tipis. "Cukup, Bu. Terima kasih sudah mengizinkan saya menginap."

Mario melambaikan tangan. "Pagi ini memang baik untukmu. Semoga kau tidak lupa posisi kau di keluarga ini."

Ethan tersenyum. "Saya tidak akan lupa, Tuan. Tapi saya harus pergi sekarang," ujarnya lalu buru-buru keluar sebelum mereka mengatakan lebih banyak lagi.

Ella mengangguk. "Semoga harimu lancar, Ethan."

Tanpa menunggu komentar sinis lainnya dari Mario, Ethan segera melangkah keluar rumah. Udara pagi menyambutnya ketika dia menuruni tangga depan, dan meskipun dia tidur di kamar pelayan semalam, semangatnya tidak padam.

Dia langsung naik taksi ke rumahnya dan mandi cepat. Dia mengenakan kemeja abu-abu dan celana panjang hitam yang rapi, lalu menyemprotkan sedikit parfum murahan satu-satunya yang dia miliki.

Nexora Corporate berjarak tiga puluh menit. Saat Ethan sampai di perusahaan, sudah pukul sepuluh pagi.

Bangunan Nexora berdiri megah dengan kaca-kaca tinggi dan lobi mentereng. Ketika keluar dari taksi dan menatap fasad perusahaan, Ethan menarik napas dalam-dalam. Dia siap.

Namun langkahnya terhenti begitu Jack adalah orang pertama yang dilihat Ethan.

Jack berdiri tak jauh dari pintu utama bersama seorang gadis yang mengenakan blazer ketat warna ungu, rambutnya terurai sempurna, ekspresinya congkak—Jeny.

Jack menoleh dan melihat Ethan, lalu senyum tipis muncul di sudut bibirnya. Jeny ikut menoleh, dan ekspresinya berubah menjadi jijik yang berlebihan.

"Lihat siapa yang datang," Jack membuka suara dengan nada menggoda. "Si menantu rendahan yang tidur di kamar pelayan."

"Astaga," Jeny mendesis. "Kenapa dia ada di sini? Ini Nexora Corporate, bukan tempat rekrutmen pengemis!"

Takut Ethan masuk sebelum dia bisa menghentikannya, Jack langsung memanggil petugas keamanan yang berjaga di depan lobi.

Para petugas keamanan langsung maju dengan cepat. Jack menunjuk ke arah Ethan. "Jangan biarkan dia masuk. Dia cuma pecundang yang ingin memanfaatkan Tuan Harold."

Petugas keamanan segera bergerak cepat dan menghadang Ethan tepat di pintu masuk. Ethan menatap ke arah Jack dan Jeny sambil bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Jack melangkah lebih dekat dan berdiri di hadapan Ethan. "Kau tahu, Ethan," katanya tajam. "Menurutku kau seharusnya belajar menerima aura kemiskinanmu."

Jeny tertawa ringan. "Betul. Dan jangan salah tempat. Bekerja di kantor macam ini terlalu berat buat orang sepertimu. Kembali saja sana."

Jack menambahkan, "Jangan coba-coba mendapatkan keuntungan dari Tuan Harold walaupun kakekmu adalah temannya. Terimalah kenyataan bahwa kau hanya... pencundang."

Ethan menghela napas dalam. Tangannya mulai mengepal, tapi dia menahan diri. Daripada membalas, dia mengeluarkan ponselnya dan bersiap untuk menelepon Harold.

Tepat saat itu, seorang wanita keluar dari pintu utama, mengenakan rok pensil hitam dan blus putih. Rambutnya diikat rapi dan ekspresinya profesional.

"Halo, saya Grace, sekretaris Tuan Harold," sapanya sambil menoleh ke arah para satpam.

"Kalian boleh pergi."

Para petugas langsung mundur. Ethan tersenyum kecil, tetapi Jack dan Jeny tampak terkejut.

Jack mengernyit. "Tunggu, apa–"

Jack mengernyitkan alis dan hendak melanjutkan, tapi Grace langsung memotongnya.

1
Glastor Roy
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!