Dikhianati pacar, siapa yang tidak sakit hati? Apalagi mau menikah dua hari lagi, tapi malah menemukan sebuah fakta jika pacarnya telah berkhianat.
Alexia yang buntu, dengan bodohnya meminta tukang kurir untuk menikah dengannya. Bagaimana jalan ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1
"Nih lihat."
Dengan tangan sedikit gemetar, Alexia mengambil ponsel milik ibunya. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum melihat apa yang terpampang di layar ponsel tersebut.
Dengan hati yang mantap, Alexia melihat video tersebut. Kedua mata Alexia terbelalak, Ia langsung menutup mulutnya dengan tangan kirinya dan menggelengkan kepalanya. Matanya memerah dan berkaca-kaca. Dadanya terasa begitu sesak. Ternyata, apa yang dibilang ibunya barusan adalah suatu kebenaran.
Padahal sebelumnya Ia ingin menyanggah, siapa tahu video tersebut hanyalah sebuah editan karena jaman sekarang apa-apa sudah serba canggih dan Ia juga tidak ingin memakan bukti tersebut secara mentah-mentah. Ia berusaha untuk tidak percaya, namun setelah melihat bukti yang ada, Ia menjadi bimbang dan ragu, sangat jelas sekali siapa yang berada didalam video tersebut.
Ambar merebut ponsel miliknya dari tangan Alexia dengan kasar.
"Gimana? Kamu percaya kan? Jadi, saya harap kamu membatalkan pernikahanmu dengan Aris. Karena Aris mencintai Sukma bukannya kamu."
Semakin sesak lah dada Alexia. Bagaimana bisa? Padahal mereka berdua berpacaran sudah berjalan 2 tahun ini. Dan kalau yang dikatakan ibunya itu benar, kenapa sebulan yang lalu Aris malah melamar nya bukannya Sukma?
"Tapi, Bu."
"Tidak ada tapi-tapian. Asal kamu tahu, mereka berdua saat ini sedang jalan-jalan keluar Kota. Pokoknya saya tidak mau tahu. Yang jelas, kamu harus segera menemui Aris dan membatalkannya setelah mereka berdua kembali. Apa kamu tidak kasihan dengan Sukma jika seandainya nanti dirinya hamil? Mau ditaruh dimana mukamu kalau Sukma hamil anaknya Aris?"
Deg!
Hamil?
Padahal tadi saja dirinya masih berkirim pesan seperti biasa dengan Aris. Tapi, sekarang?
Pantas saja sejak tadi Alexia ingin mengajak video call Aris selalu beralasan, tidak seperti biasanya yang dengan mudah meluangkan waktu untuknya.
Dia harus bagaimana? Sementara acara pernikahan tinggal 2 hari lagi. Apakah dia memang harus membatalkannya? Lalu bagaimana nasibnya nanti? Andai ayahnya masih hidup, pasti ayahnya akan membantu dan membela dirinya, mungkin dirinya juga tidak akan semenyedihkan ini.
'Tidak, ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus segera menyelesaikan masalah ini. Aku harus mengambil keputusan. Tidak ada gunanya aku menangisi laki-laki baji-ngan seperti dia.' Batin Alexia.
Alexia mengepalkan kedua tangannya. Ia berusaha mengabaikan apa yang baru saja membuatnya patah dan merubah ekspresi seolah tidak terjadi apa-apa. Namun, Ia juga tidak bisa begitu saja membatalkan pernikahannya.
Sibuk dengan pikirannya sendiri sampai Ia tidak menyadari kepergian ibunya. Hingga ada yang memanggil namanya, Alexia baru tersadar.
"Alexia, Alexia." Terdengar dari luar rumah ada yang memanggil namanya.
Alexia buru-buru mengusap air matanya yang hendak terjatuh. Alexia akhirnya keluar untuk melihat siapa yang tengah memanggilnya.
Terlihat wanita paruh baya berdiri di pagar rumah. Alexia langsung menghampirinya.
"Eh Bu Atun. Ada apa, Bu?"
"Itu, ada Kang Paket. Katanya mau ngirim barang dan ada nama Alex nya. Setahu saya kan disini hanya kamu yang memiliki nama itu." Atun menunjuk kearah seorang kurir.
"Ah, iya benar Bu. Saya memang memesan barang kemarin."
Atun mengangguk, lalu memanggil kurir tersebut.
"Ya sudah kalau begitu. Saya tinggal ya, Lex. Saya tadi sedang goreng tahu masalahnya takut keburu gosong."
"Ah iya, Bu. Terima kasih sebelumnya."
Atun mengangguk lalu pergi meninggalkan Alexia setelah si kurir datang.
"Dengan Bella Alexandria C.H?"
"Benar, itu saya." Jawab Alexia.
'Wah, Omnya ganteng banget.' Batin Alexia kagum pada pandangan pertamanya.
Kurir tersebut memberikan barang dan diterima oleh Alexia. Sedang mata Alexia tidak lepas memandangi kurir tersebut.
"Omnya baru ya?" Tanyanya seraya menandatangani kertas tanda terima.
"Iya, Mbak. Saya baru dua minggu ini bekerja sebagai pengantar barang."
Alexia manggut-manggut. Pantas jika kalau kurir tersebut tidak mengetahui , karena kurir yang lama sudah hafal dengan Alexia.
Alexia mengamati kurir tersebut. Terbesit sebuah ide, namun Ia masih ragu.
Wajah tampan dan sepertinya usia si kurir sudah matang membuat Alexia berpikir untuk menawarkan sesuatu kepadanya.
"Mbak, sudah ya. Jangan lupa memberi bintang lima!"
Alexia masih maju mundur untuk menyampaikan maksudnya. Namun, tiba-tiba ada sebuah dorongan yang akhirnya membuat Ia bersuara.
"Tunggu."
Kurir yang hendak menaiki motornya menjadi urung.
"Maaf, apakah saya boleh bertanya?"
Kurir tersebut turun kembali dan melangkah menghampiri Alexia. "Ada apa, Mbak?"
Nampak Alexia ragu-ragu. "Maaf kalau sebelumnya saya lancang. Apakah Om sudah menikah? Apakah Om mau membantu saya? Om mau tidak menikah dengan saya?" Setelah melontarkan pertanyaan tersebut, Alexia menunduk dan menggigit bibir bawahnya. Benar-benar tindakan yang bodoh dan memalukan. Belum juga dijawab sudah melontarkan pertanyaan seperti itu. Bagaimana kalau jawabannya 'sudah', Alexia benar-benar bodoh. Saat ini rasanya dia ingin menyelam ke dasar lautan yang paling dalam.
"Saya masih single, Mbak!"
'Apa katanya tadi? Dia masih lajang?'
Mendengar jawaban si kurir Alexia langsung mendongakkan kepalanya dan matanya langsung berbinar. Itu tandanya masih ada harapan untuknya diterima.
"Jadi?" Alexia begitu penasaran dengan jawaban si kurir. Dia menunggu penuh harap.
"Saya mau menikah dengan, Mbak. Tapi, saya hanya seorang tukang pengirim barang. Saya tidak memiliki apa-apa. Apa Mbak masih tetap ingin menawarkan hal tersebut kepada saya? Lebih baik Mbak pikirkan dengan matang sebelum menikah dengan saya?"
Alexia merasa sudah sangat yakin sehingga dia mengangguk dengan begitu antusias. Padahal mereka berdua sama-sama tidak saling kenal.
Alexia langsung membuka pintu gerbang dengan perasaan senang. Seakan melupakan rasa sakit hatinya dengan bukti yang baru saja Ia lihat tadi.
"Kalau begitu, apa kita bisa berkenalan lebih dulu, Om? Saya Alexia." Alexia mengulurkan tangannya mengajak berjabat tangan sebagai tanda perkenalan.
"Saya, Alex."
Ya, kurir tersebut memang memiliki nama yang sama dengan Alexia.
"Wah, nama kita sama ya, Om. Mungkin kita memang ditakdirkan untuk berjodoh. Kalau begitu, setelah Mahgrib Om ganteng kesini lagi ya! Karena saya tidak mau berlama-lama. Kita akan langsung melangsungkan acara pernikahan nanti malam. Oh ya, Om tidak perlu menyiapkan apa-apa, nanti semua saya yang akan mengurusnya. Om hanya perlu menyiapkan syarat-syarat identitas diri supaya pernikahan kita langsung tercatat dan sah secara agama dan negara. Bagaimana? Apakah Om ganteng setuju?"
Nampak Alex manggut-manggut. Ia setuju dengan Alexia. Entah kenapa dirinya tertarik dengan gadis ini. Seumur-umur baru sekarang ada gadis yang terang-terangan ingin mengajaknya menikah.
Alex tersenyum menatap raut wajah bahagia Alexia.
*****
"Ada apa ini? Kenapa rumah banyak orang?" Ambar bingung karena kedatangan para tetangga ke rumah.
"Oh, ini aku mau nikah, Bu. Mereka semua aku undang untuk menjadi saksi."
Ambar terkejut, karena baru tadi dia menyuruh Alexia membatalkan pernikahannya. Tapi, sekarang anak itu malah mau menikah.
"Menikah? Jangan bercanda kamu! Mau nikah sama siapa? Tukang siomay?"
Alexia menghela nafas. "Terserah Ibu mau beranggapan seperti apa. Yang jelas malam ini aku akan menikah tapi, bukan dengan Aris."
Alexia memilih untuk pergi meninggalkan Ambar. Ia tak mau masalahnya semakin panjang. Karena Ia tahu benar watak ibunya itu.
*****