NovelToon NovelToon
2 Suami

2 Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cerai / Beda Usia / Angst
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Inaya tidak pernah menyangka pernikahan yang ia paksakan dengan melanggar pantangan para tetua, berakhir dengan kabar kematian suaminya yang tidak ditemukan jasadnya. Selama dua tahun ia menunggu, berharap suaminya masih hidup di suatu tempat dan akan kembali mencarinya.
Akan tetapi, ia harus kecewa dan harus mengajukan gugatan suami ghaib untuk mengakhiri status pernikahannya.
Fatah yang sudah lama menyukai Inaya akhirnya mengungkapkan perasaannya dan mengatakan akan menunggu sampai masa iddahnya selesai.
Mereka akhirnya menikah atas restu dari Ibu Inaya dan mantan mertuanya.
Akan tetapi, saat mereka sedang berbahagia dengan kabar kehamilan Inaya, kabar kepulangan Weko terdengar. Akankah Inaya kembali kepada Weko dan bercerai dengan Fatah atau menjalani pernikahan dengan bayang-bayang suami pertamanya?
.
.
.
Haloo semuanya, jumpa lagi dengan author. Semoga semua pembaca suka..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Inaya

Inaya Nadira, seorang gadis yang baru saja lulus SMK. Ia adalah anak ke-4 dari 5 bersaudara yang semuanya Perempuan dari keluarga kurang mampu. Ia bisa menyelesaikan sekolahnya karena beasiswa dan bantuan dari kakak ke-3nya. Sang ayahmeninggal saat dirinya masih dibangku kelas 1 SD.

Ada keinginan untuk melanjutkan kuliah karena dirinya mendapatkan jaminan beasiswa dari sekolahnya. Tetapi Inaya memilih untuk bekerja di sebuah koperasi demi meringankan beban sang ibu yang hanya sebagai pedagang sayur kelilingdan membiayai sekolah adik bungsunya.

Inaya yang bekerja, telah mendapatkan 2 kali lamaran dari saudara sepupunya dan kenalan sang ibu. Tinggal di desa yang masih konservatif, Inaya menurut dengan keputusan sang ibu. Baginya menikah atau tidak sama saja karena ia tidak berharap banyak pada pernikahan. Pernikahan ketiga kakaknya, membuat Inaya merasa pernikahan hanyalah hubungan timbal balik antar pasangan.

Akan tetapi, semua lamaran itu gagal karena perhitungan weton* mereka yang tidak cocok. Yang pertama karena weton pihak laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan Inaya dan berakhir di tanggal lamaran atau pernikahan yang “tibo nggeblake”atau jatuh di hari meninggalnya orang tua atau nenek/kakek.

Yang kedua gagal karena perhitungan neptu** keduanya yang menemui jalan buntu dan berakhir dengan 1-0. Terdengar seperti permainan bola bukan? Tetapi maksud dari angka itu adalah salah satu dari mereka akan mengalami kekosongan rezeki selama penyatuan. Tentu saja gagal, siapa yang mau mengalami kekosongan rezeki?

“Kamu besok libur, Nak?” tanya Ibu Inaya, Ranti.

“Iya, Bu. Besok disuruh istirahat di rumah karena lusa harus ikut audit. Mungkin aku tidak pulang selama 3 harian, Bu.” Jawab Inaya.

“Ikut Ibu ke pasar, ya? Kebetulan banyak barang yang harus ibu bawa besok.”

“Baik, Bu.”

Ikut ke pasar menjual dagangan sudah menjadi kebiasaan Inaya bahkan sejak ia masih SMP. Dulu ia akan bangun jam 1 malam untuk membantu mengangkut barang ke pinggir jalan yang dilalui bus antar kota. Jam 2 malam berangkat ke pasar menggunakan bus dan pulang jam 4 pagi jika ia harus sekolah.

“Adikmu tidak perlu dibangunkan, nanti dia takut kalau tahu ditinggalkan sendiri di rumah.” Kata Ibu Ranti yang sudah siap dengan selendang dan bakulnya.

“Baik, Bu.” Inaya menggunakan sweater untuk melindunginya dari hawa dingin dan tidak lupa menggunakan celana untuk memudahkannya mengangkat barang dagangan.

Dagangan yang perlu di bawa dari rumah adalah 3 tandan pisang yang sebelumnya sempat di peram sehari semalam. Inaya membawa 2 tandan ukuran sedang dan Ibu Ranti membawa tandan yang besar. Mereka berjalan kurang lebih 100 meter untuk mencapai jalan yang dilalui bus antar kota.

Selain pisang, masih ada 2 karung singkong dan 3 buah Nangka masak berukuran jumbo yang sudah diangkut sebelumnya dan dititipkan di salah satu pemilik toko di pinggir jalan.

Bus antar kota yang biasa mengambil trayek pagi khusus pedagang seperti Ibu Ranti sudah hafal dengan beliau, sehingga segera menata barang dagangan yang langsung memenuhi area depan karena bagian atas dan belakang sudah penuh dengan barang dagangan pedagang lain. Inaya dan Ibu Ranti sampai harus berdiri karena semua tempat duduk sudah penuh.

45 menit kemudian.

Begitu sampai di pasar kota, bus tidak berhenti di depan pasar, melainkan memutar ke belakang karena jalanan di belakang pasar adalah tempat jualan para pedagang di malam hari sedangkan pasar kota yang sebenarnya baru akan buka pukul 7 pagi. Ibu Ranti yang sudah mendapatkan spot berjualan, menata dagangannya. Sambil berdagang, Ibu Ranti juga membeli beberapa sayur dari pedagang lain untuk jualannya nanti.

“Kamu mau pulang dulu atau ikut belanja?”

“Ikut, Bu.”

“Ya sudah, sayur hijau sudah dibeli semua sisa sayur sop. Tunggu sebentar lagi, nanti tokonya buka.” Inaya melihat jam yang ada di ponselnya menunjukkan pukul 5pagi.

“Sarapan dulu boleh tidak, Bu? Lapar.” Inaya memegangi perutnya yang keroncongan karena semalam ia tidak ada makan malam.

“Mau sarapan apa?”

“Rawon sudah buka belum jam segini, Bu?”

“Belum, pecel saja yang sudah buka.”

“Ya, sudah. Pecel juga tidak apa-apa, Bu.”

Inaya mengikuti sang ibu menuju warung pecel pincuk yang berjaja di pinggiran pasar kota. Selesai makan, sang ibu membawa Inaya ke bagian belakang pasar dimana pedagang sayur, ikan, sembako berada. Sambil menunggu mereka buka, Ibu Ranti lebih dulu membawa Inaya ke penjual gethuk dan jamu yang sudah menjajakan dagangan mereka.

“Kamu bisa belikan ibu ayam tidak?” tanya Ibu Ranti saat warung-warung di pasar mulai menjajakan dagangan.

“Bisa, Bu. Berapa banyak?”

“Setengah kiloannya 4, seperempatnya 4 juga, 1 kiloannya 2, khusus sayap 4, khusus ceker 2, khusus kepala 2, campurnya 4. Ini uangnya.” Inanya mengangguk.

“Kamu masih ingat tempatnya?”

“Masih, Bu.”

Sampai di tukang ayam, Inaya memesankan apa yang diperintahkan sang ibu. Saat menunggu pesanannya, ada yang memanggil Inaya dari arah belakang.

“Mbak Sintya!” seru Inaya yang mengenali orang yang memanggilnya.

“Kamu sedang apa? Pagi sekali.”

“Ikut Ibu belanja buat jualan, Mbak. Mbak Sintya tumben ke pasar sendirian.”

“Aku sama adik sepupuku, dia nunggu di parkiran.” Inaya mengangguk.

“Bagaimana kabar Bapak dan Ibu?”

“Baik. Kamu sesekali main ke rumah.”

“Kapan-kapan ya, Mbak. Aku hanya libur sehari dalam seminggu, jadi lebih nyaman untuk malas-malasan di rumah.”

“Malas-malasan apa? Ini kamu libur malah ikut ke pasar.”

“Malasnya nanti, Mbak.” Inaya tertawa.

“Karnaval besok, kamu mau ikut tidak?”

“Lihat jadwal dulu ya, Mbak. Kalau libur aku ikut, tapi kalau tidak Mbak cari gantinya ya?”

“Iya. Kamu kabari Mbak nanti, ya?” Sintya pamit pulang dan Inaya membayar pesanannya yang sudah selesai disiapkan.

Karnaval yang dimaksud Sintya adalah karnaval yang rutin di gelar setiap tanggal 17 Agustus untuk memperingati kemerdekaan Indonesia. Sejak SMK, Inaya aktif dalam kegiatan di luar sekolah untuk mendapatkan tambahan uang saku. Ia ikut dalam grup band sekolah sebagai vokalis yang juga selalu mempersembahkan lagu setiap karnaval.

Dari sana ia mengenal Sintya yang juga merupakan vokalis dari SMA 3. Hubungan mereka akrab dan sampai sekarang Sintya masih sering mengajak Inaya manggung jika ada yang menyewa band gabungan Sintya.

“Sudah semua, Bu?” tanya Inaya yang melihat sang ibu sudah Menyusun dagangan ke dalam bakul dan tas anyaman.

“Sudah, tinggal nunggu kamu saja. Masukkan ayamnya ke dalam tas itu!” Inaya memasukkan ayam yang dibawanya ke dalam tas yang sudah berisi aneka ikan.

Ibu Ranti menggendong bakulnya dan Inaya membawa dua tas anyam menuju terminal bus. Begitu sampai di desa Inaya, Ibu Ranti mulai menjajakan dagangannya di emperan toko sebelum nantinya dibawa berkeliling sedangkan Inaya pamit pulang.

.

.

.

*weton: Perhitungan hari kelahiran berdasarkan penanggalan Jawa yang menggabungkan hari dan pasaran (Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing).

**neptu: Nilai yang dihitung dari penjumlahan nilai hari dan pasaran.

.

.

.

Semoga para pembaca suka..

1
kalea rizuky
lanjutnya man
Meymei: Siap kakak 😁
total 1 replies
indy
jadi ikutan pengin lobster
indy
semangat kakak
Meymei: Semangat 🙏🏻
total 1 replies
indy
masih yang manis manis
indy
serasa di jawa
indy
adat Jawanya gak terlalu beda kok, terutama untuk rakyat biasa. ada piring terbang juga
Meymei: Beda dikit ya kak 😁
total 1 replies
Susanti
bagus lanjut
indy
semangat kaka
Meymei: Terima kasih, kakak 🥰
total 1 replies
indy
keren, sekarang edisi budaya jawa ya
Meymei: Cmiiw ya kak 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!