NovelToon NovelToon
Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Mengubah Takdir / Roh Supernatural
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

🍀
Sebuah rahasia akan selalu menjadi rahasia jika tak ada lagi jejak yang ditinggalkan. Namun, apa yang terjadi jika satu persatu jejak itu justru muncul kembali dengan sendirinya ? Akankah rahasia yang sudah terkubur akan terungkap kembali ?
Apakah itu semua berhubungan dengan mitos yang beredar bahwa ‘mereka’ akan selalu hadir di tempat yang paling mereka ingat selama hidup mereka ?
..
🍀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

H-1

“Berhubung pesertanya tidak begitu banyak dan acaranya weekend… Saya rasa guru yang ikut dampingi cukup Pak Bayu sama Pak Miko, ya ? Atau ada saran lain ?” Pak Kepala Sekolah kembali menawarkan kesempatan.

“Saya setuju, Pak. Tidak jadi masalah”

“Sama, Pak. Saya juga sangat setuju”

“Baiklah. Jadi keputusan rapat sudah bulat. Guru yang stand by nanti Pak Bayu sama Pak Miko”

Meski singkat, namun rapat dewan guru diakhir sore itu berakhir dengan jelas dan tepat sasaran.

#

Keesokan harinya…

Jam kosong adalah waktu terbaik yang lebih baik dari hari libur.

Saat jam kosong itulah selalu saja banyak hal-hal unik terjadi. Mulai dari murid yang hanya mengobrol, mengemil santai, hingga murid yang kecanduan belajar pun ada di kelas itu. Tak ketinggalan, murid yang ‘sibuk bermimpi’ juga ada di sana.

Namun, semua itu harus terhenti karena sebuah pengumuman mendadak menggema dari speaker yang berada di sudut kelas.

…Kepada seluruh calon Dewan Ambalan, harap berkumpul di lapangan upacara…

 “Vi, Han... Ayo ! Kita disuruh kumpul di lapangan, tuh!” ucap seorang murid yang bernama Rayya pada kedua temannya yang lain.

Mereka tadi masih asyik mengobrol.

“Gua mah males banget, asli!” jawab temannya. Gadis berambut hitam panjang itu terlihat sangat tidak bersemangat.

“Vivi ! Lo mau digantung pak Bayu di pohon toge ?” jawab Rayya lagi.

“Eum... Gue mao digendong Hanna aja...” balasnya. Tangannya Ia rentangkan mirip seperti bayi yang ingin dipangku oleh ibunya.

“Sini. Gue gendong ke pak Bayu” balas Hanna. Murid dengan rambut pendek itu tampak memancarkan aura dingin yang mencekam.

“Hiyy…” Vivi dan Rayya sama-sama bergidik mendengar ucapan Hanna.

“Ya udah, ayo ! Entar kalo kita telat bisa beneran digantung” ajak Hanna

“Eh, ikut dong !” gadis berambut coklat dengan name tag Cecillia Emily menghampiri mereka bertiga

“Lia, lo abis parfuman ?” ceplos Vivianne

“Iya, dong. Nyobain parfum gue yang baru. Liat, nih” Lia menunjukan sebuah botol parfum, “gue kan beli keluaran terbarunya Gior… Masa udah beli gak gue pake. Kalian pasti belum pada punya, kan ? Eh tapi kalo diinget-inget lagi, ini emang mahal, sih” Lia bercerita panjang sekali.

Hanya ekspresi datar yang mereka tampilkan ketika mendengar cerita yang panjang itu.

“Udah ? Ayok !” ucap Hanna singkat

Seperti berkomunikasi lewat pikiran, Rayya dan Vivi paham maksud Hanna barusan.

“Kalian pelan-pelan aja dong jalannya... Buru-buru banget, sih. Sepatu gue masih baru, tau” Lia merengek pada ketiga orang gadis di depannya

“Gue lebih ngeri diomelin pak Bayu“ balas Rayya datar

Untungnya, matahari pagi itu masih sangat hangat. Sehingga, tidak sampai menjadi hal yang berat meninggalkan jam kosong untuk berkumpul di lapangan.

Di hadapan mereka, berdiri seorang pria berseragam khas seorang guru, lengkap dengan name tag bertuliskan Bayu A. di dada kanannya. Cukup banyak yang Pak Bayu sampaikan.

“Intinya... Karena Bapak ngerasa bupernya lumayan jauh, jadi Bapak minta ke pihak sekolah supaya kalian dapet angkutan, buat berangkat sama pulang nanti. Makanya... Bapak pengen supaya jam enam besok, kalian udah kumpul di sekolah. Kita bakal berangkat rame-rame ke sana” jelas Pak Bayu

“Haahhh ?” para murid yang pagi itu berkumpul di lapangan sontak terperangah.

Namun, rasa terkejut mereka seperti bukanlah sebuah hal yang berarti bagi Pak Bayu.

“Rencana Bapak hari ini, siang nanti kita bakal bangun dulu tendanya. Kebetulan bapak udah dapet izin dari dewan guru supaya jam sembilan ini kalian bisa pulang dulu. Biar tertib, kalian kumpul lagi jam sebelas siang nanti di sekolah.” jelas Pak Bayu.

Meskipun sudah diberi tahu dari jauh-jauh hari bahwa buper atau bumi perkemahan tempat mereka berkemah akan lebih jauh, para murid tetap saja dibuat terkejut dengan apa yang Pak Bayu umumkan barusan.

#

“Okay… Anak-anak! Tendanya udah beres semua, kan ?”

Hari sudah hampir sore. Sejumlah anak murid SMA Dharma Sukma hampir menyelesaikan persiapan perkemahan mereka. Tenda peserta, tenda panitia, sebuah podium dan panggung kecil pun hampir seluruhnya rampung didirikan.

“Tes… Tes… Anak-anak… Hallo! Tenda… Tenda… Aman… Tes… Tes…” Pak Miko kembali mengecek keadaan anak muridnya sekalian mengetes mikrofon.

“Iyaaa Pak…!”

“Dikit lagi, Pak!”

“Masih kendor, Pak!”

Beberapa jawaban murid yang ada di sana samar-samar terdengar ke telinga Pak Miko yang berada di podium, di bagian lebih tengah area perkemahan sana.

Para murid yang hadir di sana tampak berusaha sibuk dengan tenda mereka.

Sementara itu, Vivianne terlihat menjauhi area perkemahan bersama seorang temannya.

“Si Vivi ama Si Windy pada kemana ?” tanya Rayya

“Tadi bilang ke gue sih katanya Si Windy sakit perut” jawab Hanna

“Ooo…” balas Rayya polos.

Langkah Windy lebih cepat dari biasanya. Mungkin kita juga akan sama seperti Windy; akan sangat terburu-buru dan sulit untuk menolak ‘panggilan alam’ yang datang menyapa.

“Win, seriusan ke sini jalannya ?” tanya Vivi

“Beneran, cuy ! Anak cowok emang pada banyak yang ke sini kalo kata si Simon…” jawab Windy dengan susah payah

“Eh tapi di sini enak banget, ya ? Beda banget sama di tempat kita…” Vivianne mengedarkan pandangannya

“Ye kan. Gue juga ngerasa kayak dua setengah jam perjalanan kita tuh kebayar sama view di sini”

Beberapa menit berjalan menyusuri jalan setapak, sampailah mereka di sebuah jembatan.

“Tuh, kan! Bener… Pemandiannya di sebrang jalan itu, tuh!” Windy menunjuk gubuk di sebrang sana, “Vivi, lo tungguin gue ya…” sambungnya

“Iya Windy... Sante aja sante…”jawab Vivianne santai.

Tahan. Apakah sosok tinggi besar penuh bulu itu tidak mereka lihat ? Padahal sosok itu sejak tadi berdiri di dekat tempat itu.

Vivianne ? Ia hanya tampak anteng dengan ponselnya dan Windy pun tanpa ragu memasuki pemandian itu.

Apa mungkin sosok itu bukan manusia sehingga keberadaannya tidak mereka sadari ?

Entahlah.

Yang jelas, karena merasa bosan menunggu Windy yang masih berada di dalam sana, Vivianne memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar tepian sungai. Hingga langkahnya terhenti oleh sesuatu yang menarik perhatiannya.

“Kayak pernah liat…” gumam Vivianne.

Tanpa pikir panjang, Vivianne mengambil sebuah benda yang saat itu Ia temukan.

Vivianne cukup berani. Pasalnya, kalung yang Ia ambil itu sepertinya bukan benda sembarangan. Sebab, benda itu berada tepat dalam sebuah wadah yang sepertinya disiapkan untuk sesajen.

“Vivi… Kamu ngapain ?” teriak Windy.

Windy sedikit tercengang mendapati Vivianne berada di tepi sungai sana, cukup jauh dari tempatnya berada.

Vivianne tidak merespon panggilan Windy. Perhatiannya masih terpusat sepenuhnya pada kalung yang Ia temukan itu.

“Ntu manusia kayaknya gak denger dah…” gerutunya sambil berjalan mendekati Vivianne

Dengan usaha kerasnya, Windy akhirnya tiba di tempat Vivianne berdiri.

“Anjir!” Windy terkejut

“Ssstttt… Rahasia, yak?” bisik Vivianne, “ayok, balik”

Ketika Vivianne beranjak meninggalkan area itu, Windy masih di sana dan mengambil beberapa jepret foto objek yang menurutnya ‘tak biasa’ itu. Setelah mendapatkan beberapa gambar sesajen itu, Ia akhirnya bergegas mengejar Vivianne.

#

Tidak. Pasti ada yang salah. Bunga-bunga yang ada dalam gundukan sesajen itu tiba-tiba menjadi sangat layu, bahkan terlihat hampir busuk.

Bukan hanya itu, bahkan ini menjadi lebih aneh. Banyak mata air di rumah warga yang menjadi sangat keruh dan sempat tercium bau yang tidak sedap. Bau aneh itu mirip seperti bau bangkai yang sudah lama tenggelam.

Tidak sedikit warga desa yang ketakutan karena terjadi keanehan pada sumber air di rumah mereka.

Hingga tak lama setelahnya, gosip miring menyebar ke seluruh penjuru kampung. Membuat para warga percaya bahwa hal itu merupakan sebuah pertanda akan terjadinya hal buruk yang tak diinginkan.

1
Xxxcyzz
cerita nya bagus lanjutkan kak
Flyrxn: mungkin next time bikin cerita horor lagi /Determined/ cerita yang ini udah end kak /Cry/
btw thank you, seneng rasanya kalo ceritanya disukain /Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!