Alzena Jasmin Syakayla seorang ibu tunggal yang gagal membangun rumah tangganya dua tahun lalu, namun ia kembali memilih menikah dengan seorang pengusaha sekaligus politikus namun sayangnya ia hanya menjadi istri kedua sang pengusaha.
"Saya menikahi mu hanya demi istri saya, jadi jangan berharap kita bisa jadi layaknya suami istri beneran"
Bagas fernando Alkatiri, seorang pengusaha kaya raya sekaligus pejabat pemerintahan. Istrinya mengidap kanker stadium akhir yang waktu hidupnya sudah di vonis oleh dokter.
Vileni Barren Alkatiri, istri yang begitu mencintai suaminya hingga di waktu yang tersisa sedikit ia meminta sang suami agar menikahi Jasmin.
Namun itu hanya topeng, Vileni bukanlah seorang istri yang mencintai suaminya melainkan malaikat maut yang telah membunuh Bagas tanpa di sadari nya.
"Aku akan membalas semua perbuatan yang kamu lakukan terhadap ku dan orang tuaku...."
Bagaimana kelanjutan polemik konflik diantara mereka, yuk ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundaAma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-5
Pagi pagi sekali bahkan azan subuh pun belum berkumandang, udara masih terasa dingin menyapu setiap inci tubuh Bagas yang sudah berdiri mematung mengetuk pintu di depan rumah Jasmin.
Di dalam rumah Bu Ijah yang memang tidak tidur segera membukakan pintu saat mendengar suara ketukan pintu.
Dilihatnya dua pria asing datang ke rumah mereka, untung saja Jasmin yang mendengar ketukan pintu juga ikut keluar dari kamarnya.
Setelah melihat jika yang datang adalah Bagas dan Andreas, Jasmin segera mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumahnya.
Merekapun masuk, sebelum duduk tak lupa Bagas pun memperkenalkan diri kepada wanita yang pastinya ibu Jasmin, terlihat dari wajahnya yang hampir seumuran istri pertama nya.
Setelah mempersilahkan mereka masuk Bu Ijah pun pamit undur diri untuk masuk kembali ke dalam kamarnya.
"Ada apa?" tanya Jasmin sembari membawa nampan berisi air untuk menjamu mereka.
"Kayak nya kamu sama anak kamu gak bisa tinggal di sini...." jawab Bagas datar
"Loh kenapa???" tanya Jasmin lagi, lalu memberikan dua gelas air kepada mereka, dan ikut duduk di kursi yang dekat dengan suaminya.
"Saya gak mau pekerjaan saya terancam karena kaliannn...." ujarnya dingin.
Kok bisa?
Wajah Jasmin melohok saat mendengar ucapan suaminya, apa hubungannya? Apakah ia melakukan hal yang bermasalah.
"Apakah ada kasus yang mengancam nyawa??..." tiba tiba saja Jasmin menghampiri Bagas lalu berbisik bisik di dekat kuping kanan Bagas.
Tubuh Bagas membeku saat sapuan angin yang keluar dari mulut Jasmin menyapu cuping telinganya, namun sebisa mungkin ia menyembunyikan hal yang ia rasakan itu.
Ekhemmmmm
Bagas berdehem lalu membenarkan posisi duduknya, ia beberapa kali menarik nafas merilekskan tubuhnya untuk menghilangkan rasa groginya, tangannya mencolek Andreas dan memberi kode untuk cepat cepat selesaikan waktu ini.
"Saya pikir kamu adalah wanita yang tepat untuk mendampingi atasan saya...."
totttttt
Jawaban yang paling tolol yang pernah Bagas dengar, keluar begitu saja dari mulut ajudannya. Wajah Bagas langsung pias nafasnya pasrah, seolah hari ini adalah akhir dari hari hari dirinya terlihat hormat.
"Ohhhh begityuhhhhhh...." ujar Jasmin sembari tertawa cengengesan.
Tiba tiba di luar rumah Jasmin, terdengar suara yang begitu ramai, seolah di luar ada orang yang tengah marah marah mengamuk sedang menghampiri rumah Jasmin, semakin di dengarkan semakin dekat suara yang begitu tak asing di telinga Jasmin tengah mengomeli orang orang yang bersamanya.
Jasminnnnn!!!! Buka pintunya!!!!
Ijahhh,,,, kasdiiii,,,, buka pintunya,
Dorr dorrr dorrrr
Suara Bu Dewi terdengar lantang di luar rumah Jasmin, terdengar dari suaranya yang keras dan nafas tersengal-sengal seperti nya Bu Dewi tak terima saat malam tadi Jasmin datang ke rumahnya dan menitipkan uang untuk membayar hutang keluarganya pada pembantu di rumah Bu Dewi.
"Abangggg ngakkk mauuu.... Ngabanggg mau j'asmiwnnn...." Suara itu, suara yang awalnya tak pernah Jasmin takuti, namun kini ia sedikit takut meski hanya mendengar suaranya.
Bu Ijah, pak Kasdi dan Jovan keluar dari kamar mereka. Mereka semua menatap Jasmin yang masih membeku, melihat kakaknya yang membeku tak seperti biasanya Jovan melangkah pelan lalu menarik lengan tangan sang kakak untuk di genggam tangannya, seolah meyakinkan kakaknya jika semua yang di takutkan sang kakak telah berlalu.
"Sialannnn!!! Kaget guehhh...."ujar Jasmin dengan nada mengumpat sembari pura pura kaget.
"Pagi banget Dateng nya..." lanjut Jasmin sembari mengintip dari dalam jendela, namun bukannya membuka sedikit Jasmin malah menampakkan dirinya di balik Jendela sembari memamerkan senyumnya pada putra Bu Dewi. Sontak saja hal itu membuat Bu Dewi semakin marah dan semakin melantangkan suaranya.
"Buka gak lohhhhh...." teriak Bu Dewi dengan lantang, matanya melotot dan tubuh besarnya naik turun menarik nafas dengan berat di sela sela amarahnya.
Jasmin pun membuka pintu rumah, namun sebelumnya ia telah menyuruh Bagas untuk masuk ke dalam rumah dan membiarkan Andreas yang berdiri sendiri di ruang tamu.
Klekkkkk
Belum sempat mulut Jasmin terbuka, Bu Dewi nyelonong masuk, melemparkan sebuah kantong Harvest yang berisi uang, hingga sebagian uang nya keluar berhamburan.
"Kalo kamu berniat membayar hutang harusnya sedari kemarin, kalo di bayar hari ini tidak bisa!!!! Mau gak mau kamu harus nikah sama anak saya!!" bentak Bu Dewi, dengan mata yang melotot dirinya membentak Jamin dengan suara yang lantang, amarahnya memuncak merasa jika Jasmin telah mempermainkan mereka.
"Saya nganterin nya pas malem Bu, itu kan masih termasuk hari kemarin?" jawab Jasmin santai,
"Jadi apa alasan ibu, datang kesini marah marah??" tanya Jasmin suaranya tegas tanpa merasa takut sedikitpun.
"Hehhh!!! Jangan mentang mentang kamu punya uang, baru punya uang sekarang saja kamu usah sombong, pokok nya saya gak mau tahu, kamu harus mau menikah dengan putra saya ....." paksa Bu Dewi kekeh, dengan suara lantang dan memaksa.
Sedangkan putra Bu Dewi hanya berdiri menatap Jasmin, tatapannya begitu fokus tanpa memedulikan orang orang di sekitarnya, sesekali ia tertawa saat Jasmin menjawab ucapan ibunya.
"Maaf banget yah bangg... Saya gak bisa nikah sama Abang ...." ucap Jasmin lembut sembari menepuk hangat pundak putra Bu Dewi, Jasmin memang ramah kepada siapapun, ia begitu penyayang begitu pula pada putra Bu Dewi ia tak pernah membedakan perlakuan nya terhadap orang normal dan orang yang berkebutuhan.
"Saya udah nikah...." ujar Jasmin sembari memamerkan cincin di tangannya.
"Dan ini suami saya...." berjalan pelan dengan anggun namun terkesan meledek, menghampiri Andreas yang berdiri menyaksikan adu mulut Jasmin dan Bu Dewi.
"Iya kan sayang....." tanya Jasmin dengan wajah tersenyum lebar kepada Andreas.
Sontak saja Andreas yang tak biasa berekting bohong merasa tenggorokan nya mengering dan mulutnya terkunci tanpa bisa mengeluarkan suara. Ia hanya mengangguk mengiyakan ucapan Jasmin, itupun terpaksa ia lakukan karena di bawah sana, tangan kecil Jasmin mencubit nya dengan tipis.
"Laki loh kagak bisa ngomong juga???" tanya Bu Dewi tak percaya, sembari petantang petenteng berjalan ke arah Jasmin dengan wajah meledek.
"Dia lagi sariawan, soalnya semalam giginya kegigit sama saya...." jawab Jasmin enteng sembari cengengesan, tak menyangka jika kata yang keluar dari mulutnya terkesan sangat absurd.
"Tapi suami kamu gak pake cincin kawin juga, jangan jangan kau berbohong yah...." selidik nya menatap tangan Andreas yang masih kosong tanpa cincin.
Mata Bu Dewi menyipit, menelisik dua orang yang ada di hadapannya, dengan langkah pelan ia melangkah lebih dekat untuk melihat benarkah mereka sudah menikah atau hanya berbohong....
Bughhhhhhh
Bu Dewi kaget saat tiba tiba saja ada yang menggebrak pintu rumah Jasmin, tubuhnya dengan reflek langsung mundur seketika.
Bu Netty yang datang dengan menggebrak pintu, ia yang mendengar keributan dari tetangga yang masih pagi sudah menggosip langsung menghampiri rumah Jasmin yang di gosipkan.
"Sialan loh dewiiii, yang punya utang orang tuanya... yang mau loh nikahin ke anak loh anaknya...." ujar Bu Netty dengan nada geram.
Awhhhhh awhhhhh Bagongggghhh.....
Tiba tiba saja Bu Netty menjambak rambut lurus milik Bu Dewi, tubuhnya yang besar membuatnya dapat dengan mudah menarik Bu Dewi ke luar rumah yang notabenenya badan nya sedikit lebih kecil dari Bu Netty.
"Lepasinnnnnnnnnn...." teriakkkk Bu Dewi kesakitan.
"Eeeeaaaasiinnnnn....." putra Bu Dewi pun ikut menarik lengan Bu Netty agar melepaskan ibunya.
"Enak ajah yah loh, mau nikahin Jasmin ke anak autis loh cuman karena hutang...." ucap Bu Netty dengan nafas ngos-ngosan, dengan kedua tangannya di pinggang.
"Anak gue ajah masih Jasmin tolak, yakali anak loh dia terima....." ujar nya tak habis pikir dengan arah pikiran Bu Dewi.
"Berisik loh babon, loh gak tahu ajah orang tuanya berhutang ke gue hampir seratus juta..." jawab Bu Dewi dengan nada menantang.
plakkkkk
Tamparan tumpuk namun keras mendarat begitu saja ke pipi hangat Bu Dewi.
"Loh pikir gue kagak ada duit cuman seratus juta?? Anak gue ajah mau sama Jasmin, kalo loh tetep kekeh pengen Jasmin nikah sama anak loh, mending loh bawa noh duit gue seratus juta biar Jasmin nikah sama anak gue, udah ganteng, kuliah lulus, kerja di pelayaran kurang apa anak gue di banding anak loh yang autis?" umpat Bu Netty sembari berdecih jijik
"Lagian utang nya udah di bayar, gak jadi nikah orang nya udah keburu nikah sama yang lain...."
Whattttttt?
"Jasmin? Benarkah itu?" tanya Bu Netty dengan wajah yang tak percaya.
"Harus nunggu berapa kali kamu menjanda sampai putra saya memiliki kesempatan untuk meminang kamu?" tanya Bu Netty pasrah, karena lagi lagi putranya terlambat.
"Maaf Bu, lagian ibu gak ikutan PO sih, saya jadi keburu laku...." jawaban Jasmin begitu santai, namun mampu membuat jiwa dan tubuh Bu Netty luruh ke lantai degan pelan pelan.
Astaghfirullah Jasminnnnn