Annisa keluar dari ruangan luar kamar romisa, lalu berjalan lambat di lorong dan melirik dua pintu di hadapannya.
Annisa menatap kedua pintu tersebut secara bergantian untuk memastikan pintu kamar egi yang mana yang benar.
Dan ketika Annisa bingung menentukan pintu mana yang benar, ada seorang pelayan wanita berjalan melewati nya sambil membawa nampan berisi kotak obat dan semangkuk potongan es.
Annisa mencekal lengan pelayan sehingga langkah nya terhenti.
"kak, maaf kakak hendak ke mana?" Tanya Annisa.
Pelayan wanita itu menoleh ke annisa yang sudah berdiri di samping nya.
"Mau antar obat ke kamar Tuan Egi, kata nya ada yang memukul nya sehingga berdarah dan terluka parah." Ucap pelayan wanita seakan menyindir Annisa.
Annisa terdiam sejenak.
Emang aku yang mukul tuh anak, tp kan nggak separah yang pelayan ini kira lah.
Masa di pukul gitu aja sampe patah tulang hidung nya, sumbing dong nanti nya. Ah biarlah, pelayan ini juga kayak nya nggak tahu siapa yang memukul nya dan yang terpenting aku harus minta maaf sebelum tuh anak bocor ke kakak nya.
"Boleh saya ikut kak," pinta Annisa.
Pelayan wanita menatap sejenak ke annisa.
"tp Nona di kamar dengan siapa dek?" Tanya nya.
"Oh, saya sudah dapet izin juga dari nona. Kata nya suruh obati Tuan Egi dulu," ucap Annisa sedikit berbohong.
Pelayan wanita mengangguk.
"Baiklah, yuk dek." Ajak nya lalu melangkah ke arah pintu tunggal pojok.
Annisa mengikuti langkah kaki pelayan wanita tersebut lalu berdiri di depan pintu.
Tok..tok..tok..
Pelayan wanita mengetuk pintu kamar egi.
"Tuan egi, saya pelayan mengantarkan obat." Ucap pelayan wanita.
"Masuk." Titah Egi dari dalam.
Ceklek..
Pintu kamar di buka oleh pelayan lalu melangkah memasuki ke dalam kamar, begitu pun Annisa mengikuti pelayan tersebut.
Annisa mengedarkan pandangan nya melihat sekeliling kamar yang tampak luas, elegan dan mewah.
Ruangan kamar nya tidak kalah luas dan mewah dari punya mbak misa. Bahkan ada kolam renang di luar balkon nya.
Memang orang kaya yah bebas satu kamar saja bisa beberapa ruangan, kalau bagi ku sih bisa buat satu rumah nih.
"Tuan, obat nya." Ucap pelayan wanita sambil meletakkan nampan obat di atas meja sofa.
Egi yang berada di sofa yang menghadap ke tv, beranjak ke arah sofa dekat jendela kaca balkon.
Namun, mata Egi menangkap sesosok Annisa yang sedang berdiri di dekat bufet hias yang menatap ke arah lain. Alis nya terangkat sebelah lalu diri nya duduk di sofa.
"Tuan, mau saya obati luka nya?" Tawar pelayan wanita.
"Tidak." Jawab Egi singkat.
Annisa yang sudah kembali dari lamunan nya menatap egi sejenak, lalu annisa menunduk.
Bagaimana nih, aku memulai nya. Hah, sudahlah aku langsung minta maaf saja lah.
"Ekhem.." dehem annisa menetralkan tenggorokan nya yang kering.
"Sa..saya mau minta maaf soal tadi," ucap Annisa terbata.
Panggil apa yah, masa tuan..cih!! Melihat celana SMA yang di kenakan seperti nya umur nih anak masih di bawah ku.
Dan kalau bukan demi mbak misa dan om reno, mana sudi aku minta maaf sama anak songong seperti dia.
"Kau keluar." Titah Egi pada pelayan wanita yang mengantar annisa.
"Baik tuan." Ucap pelayan lalu menunduk hormat dan berlalu meninggalkan annisa dan egi di dalam kamar berdua.
Kenapa pelayan wanita itu di suruh keluar sih, kan takut ada fitnah nanti nya..aku berada di dalam kamar bersama laki2, berdua lagi.
Annisa masih berdiri mematung di tempat nya dengan kepala menunduk tidak berani menatap egi.
Egi mengambil ice bag dan mengisinya dengan es untuk mengompres hidung nya yang perih.
"Teruskan." Intrupsi Egi pada annisa.
Teruskan..teruskan. apa nya anak songong, bukannya tadi aku sudah minta maaf. Masih kurang cukup juga aku berkata maaf, atau mungkin karena telinga mu itu benar2 tuli jadi tidak dengar kata maaf dari ku.
Annisa menghela napas panjang lalu dengan gerakan pelan mengangkat pandangan nya menatap egi.
"Maafkan saya atas perbuatan yang kasar tadi terhadap anda. Saya tidak sengaja melakukan nya, jadi saya mohon maafkan saya, dan jangan anda laporkan hal ini ke Tuan Arga Putra," tutur Annisa dengan nada bersalah sambil menatap egi.
Namun egi bersikap acuh dan fokus dengan mengobati hidung nya.
Tanpa menoleh, tanpa berkata, atau tanpa mengisyaratkan dengan gerakan kepala untuk menjawab penuturan annisa.
Cih!! Ingin rasa nya aku melemparkan ukiran gitar di dekat ku ke s tuli, diam saja kau tuli.
Jawab lah..di maafkan atau tidak nya, aku sudah tidak betah seruangan dengan mu.
Annisa menghela napas pelan.
"Anda tidak berniat melaporkan hal ini ke tuan arga kan. Saya mohon jangan anda melaporkan nya." Mohon Annisa sambil menangkup kedua tangan di depan dada nya.
Ingin rasanya aku tinju lagi tuh hidung mu, sudah seperti ini tapi masih saja tidak kau respon.
Egi melirik sejenak ke arah annisa dan kembali fokus pada obat di pegangan tangan nya.
Ternyata selain seperti preman wanita ini punya sifat penjilat juga. Lumayan juga untuk di ajak kerja sama gumam egi dalam hati.
Egi menatap annisa."Ekhem..." dehem egi dan menatap dingin ke arah annisa.
"Apakah anda telah memaafkan saya?" Tanya Annisa dengan mata penuh harap.
Cepatlah katakan iya..katakan iya.
Egi menempelkan plester ke hidung nya yang lecet lalu menatap annisa.
"Imbalan nya," ucap Egi dengan nada tegas.
Imbalan apa lagi..mengatakan kata maaf saja kau susah sekali sih.
"Maksud anda?" Tanya Annisa heran.
Mensedekapkan tangan di depan dada lalu menatap annisa.
"Mendapat maaf dari saya tidak mudah, apalagi kesalahan nya sampai membuat saya terluka. Jd imbalan apa yang akan anda berikan pada saya, jika saya memaafkan anda." Tutur Egi dengan nada dingin.
Cih!! Luka kecil saja sampe di besar besar kan dasar anak songong, bikin aku naik darah saja..sabar...sabar...annisa, ini demi mbak misa dan om reno.
Annisa memasang senyuman manis namun terpaksa lalu membalas tatapan egi.
"Apa yang anda inginkan dari saya, akan saya penuhi selagi tidak melanggar hukum juga agama, asal anda bisa memaafkan saya." Ucap Annisa dengan nada tenang.
"Keluarkan ponsel anda dan letakkan," titah Egi menunjuk meja di hadapan nya dengan isyarat lirikan mata.
Buat apa aku mengeluarkan ponsel. Sudahlah turuti saja annisa agar cepat keluar dari kamar ini, sudah kehabisan napas aku seruangan dengan anak songong.
Annisa mengeluarkan ponsel nya dari saku celana lalu berjalan menghampiri sofa yang egi duduki. Annisa meletakkan ponsel nya di atas meja, depan sofa lalu kembali berdiri di tempat semula.
Egi mengambil ponsel annisa dan mengetikkan sesuatu di dalam nya.
"Ini bukan termasuk imbalan yang anda berikan." Ucap Egi tegas masih menatap annisa dingin.
Alis annisa mengernyit.
"Lalu imbalan apa yang anda inginkan, anda tidak akan meminta yang melanggar agama dan hukum kan. Jika seperti itu saya tidak akan menyetujui nya," ucap Annisa ada nada kesal di dalam ucapan nya.
sejenak egi menatap annisa dengan tatapan dingin dan serius.
"Jadilah kekasih bayangan saya. Itu imbalan yang saya inginkan dari anda, sebagai balasan nya anda akan terbebas dari amukan kakak saya juga masih bisa bekerja di sini dengan aman." Tutur Egi membuat annisa terbelalak kaget.
Apa yang tadi dia bilang..kekasih bayangan, apa aku tidak salah dengar.
Annisa mengepalkan tangan nya geram lalu menatap egi dengan tatapan tajam.
"Maksud anda, saya jadi wanita simpanan anda. Maaf saya menolak keras, seperti nya anda salah berpikir mengenai saya, saya bukanlah cewek murahan dan gampangan. Tp bukannya saya di awal sudah bilang kalau imbalannya akan saya sanggupi asal tidak ngelanggar agama dan hukum, Tp anda meminta saya jadi wanita simpanan. Saya tidak sudi, lebih baik saya keluar dari pekerjaan ini dari pada harus jadi wanita murahan nya anda." Cerocos Annisa menggebu karena emosi.
Egi menyeringai sinis.
"Cih!!..seperti nya anda salah paham mengenai kata kekasih bayangan." Ucap Egi membuat annisa semakin bingung.
Annisa masih menatap tajam ke arah egi.
"Salah paham gimana maksud anda!!" Teriak Annisa masih di liputi emosi.
Egi menselonjorkan kaki nya bertumpu ke atas meja.
"Kekasih bayangan di sini maksud saya, adalah sebagai kekasih namun palsu. Itu pun di lakukan hanya di hadapan keluarga saya, di luar itu saya tidak peduli." Tutur Egi.
"Maksud anda, mengajak saya bersandiwara di depan keluarga anda, begitu?" Tanya Annisa memastikan.
Egi menjentikkan jemari nya dan mengangguk kecil.
"Benar." jawabnya singkat.
Annisa memicingkan mata nya curiga, sedang egi yang seakan mengerti apa arti tatapan annisa tersenyum miring.
"Tenang saja, saya tidak akan menyentuh atau pegang meraba wanita yang bukan mahrom saya. Karena saya hanya membutuhkan anda sebagai kekasih yang mau bersandiwara di depan keluarga saya." Tutur Egi membuat annisa bernapas lega.
Eh, bentar...bentar dia tidak merencanakan jebakan sesuatu kan buat ku. Tp di dengar dari ucapan nya seperti nya tidak ada maksud jahat juga, jd boleh lah di pikirkan dulu.
Annisa terdiam mencerna ucapan egi.
Egi melemparkan ponsel annisa ke atas meja.
"Saya kasih anda waktu untuk memutuskan sampai jam 12 malam ini. Lebih dari itu, saya anggap anda menyetujui untuk saya laporkan perbuatan anda ke pada kakak saya." Tegas Egi.
Lalu Egi beranjak dan berjalan ke arah jendela kaca besar yang menghadap ke balkon.
Annisa mendekati sofa dan mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja, dan membolak balikkan ponsel nya.
Ponsel ku, tidak rusak kan tadi di lempar oleh s songong ini..syukurlah masih bisa di hidupkan.
"Silahkan keluar." Titah Egi yang sudah berdiri santai di depan jendela kaca balkon dan membelakangi annisa.
Cih!! Siapa juga yang mau lama2 satu ruangan dengan mu anak songong.
"Baik." Ucap Annisa menunduk hormat lalu berlalu meninggalkan kamar egi.
Dan.
Brakk... Annisa membanting cukup keras pintu kamar egi ketika sudah keluar kamar.
Sepeninggalan annisa.
Cewek berandal yang tidak tertarik pada ku, itu jauh lebih baik agar semua rencana ku berjalan lancar.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Baimil Amin
kayak nya si Egi Terpesona nanti nya sama Annisa hehehehe🤭🥰
2022-03-09
0
Hetty Hea-Chonk Herawati
gw suka cewek brandal
2020-05-07
0
Tika Purnama Dewi
akan kah sandiwara ini menjadi cinta
2020-04-16
0