Sementara di rumah romisa di sebuah ruangan yang cukup luas dan elegan.
Seorang laki laki paruh baya duduk santai di sofa tunggal dengan tongkat kayu di sebelah tangan nya, yang tengah menyaksikan sebuah rekaman cctv di sekitar rumah juga mendengarkan suara perdebatan dari sebuah ponsel hasil menyadap.
Sebuah senyuman misterius terbit dari bibir nya.
"Jhon." Panggil Ayah putra.
Yang semula berdiri di belakang sofa maju melangkah menghadap ayah putra.
"Iya tuan besar."
"Sepertinya rencana ku akan di laksanakan malam ini, kau sudah siapkan semua nya?" Tanya ayah putra.
"Untuk hal lain saya sudah menyiapkannya , namun tuan besar apakah kita tidak seharusnya memberitahukan ke tuan Arga juga agar tidak kaget dengan rencana yang anda buat terhadap tuan Egi." Usul Jhon pengawal pribadi ayah putra.
Ayah putra mengusap dagu nya yang di tumbuhi sedikit jenggot dengan jemari nya.
"Boleh, sekalian kita meminta kerja sama nya juga terhadap anak pertama ku untuk melancarkan rencana ini." Ucap ayah putra menyetujui.
"Baik tuan besar, akan saya sampaikan pada tuan arga."
Ayah putra menengadah kan sebelah tangan nya ke arah jhon.
"Mana ponsel ku, biar aku saja yang memberitahukan nya pada anak ku." Pinta ayah putra.
Jhon meletakkan sebuah ponsel ke tangan ayah putra.
Dan ayah putra langsung mendial sebuah nomor ponsel arga untuk menelpon nya.
"Assalamualaikum ayah." Sapa Arga dari sebrang telpon.
"Walaikumsalam." Balas ayah putra.
"Ada apa ayah telpon arga, bukannya setiap hari kita selalu bertemu di rumah. Kenapa harus telpon arga?" Tanya Arga heran.
"Kau ini benar2 anak nakal, kalau saja menantu ku yang telpon kau tidak akan berkata seperti ini tp giliran ayah mu kau malah berkata seolah2 tidak suka terhadap ayah..dasar anak kurang ajar." Seloroh ayah putra tidak suka.
Arga terkekeh. "Itu sudah jelas ayah, karena romisa sumber energi arga."
"Huh..ya sudah ayah matikan telpon nya kau nya saja tidak suka mendengar suara ayah." Pura pura kesal namun ponsel masih menempel di telinga.
"Ayah..arga bohong. Maafkan arga ayah. Sebenarnya ada apa ayah, jika ayah telpon seperti ini pasti ada hal yang sangat penting yang akan ayah sampaikan pada arga." Tanya Arga.
Ayah putra menghela napas panjang.
"Ayah ingin mengatakan sesuatu yang menyangkut masa depan adik mu egi, dan ayah butuh pandangan mu mengenai rencana ayah ini." Tutur ayah putra.
"Rencana, masa depan. Maksud ayah gimana, arga masih belum mengerti?" Tanya Arga masih bingung.
Ayah putra lalu menceritakan rencana apa yang akan di lakukan nya terhadap egi untuk masa depan nya, dan ayah putra juga meminta arga agar ikut andil bekerja sama untuk menjalankan rencana nya itu.
"Bagaimana menurut mu Nak?" Tanya ayah putra setelah menceritakan semua nya.
"Menurut arga boleh juga ayah, lagian kalau di pikir2 ini semua ada baiknya untuk semua anggota keluarga kita terutama egi nya sendiri." Menyetujui rencana ayah putra.
"Jika begitu, tolong kau persiapkan yang di pintai jhon pengawal ayah nanti." Titah ayah putra.
"Baiklah, tp ayah apakah ayah sudah memikirkan nya dengan matang2. Dan apakah ayah sudah menyelidiki dia dengan teliti dan yakin akan menyerahkan pada nya. Ini masa depan adikku ayah, arga tidak ingin masa depan egi terpuruk." Tanya Arga memastikan.
"Ayah yakin, dan sudah menyelidiki nya. Dia yang terbaik, ayah yakin itu." Ucap Ayah putra mantap.
"Baiklah jika itu keputusan ayah, arga mendukungnya." Ucap Arga.
"Ya sudah kau siapkan juga semua nya nak, ayah ingin istirahat sebentar. Assalamualaikum." Pamit ayah putra.
"Walaikumsalam." Balas Arga lalu menutup panggilan telpon.
Putra memberikan kembali ponsel nya pada jhon.
Menerima ponsel. "Tuan besar apakah anda yakin dengan keputusan ini. Bukannya anda sudah lihat rekaman dan mendengar semua perdebatan dari apa yang kita sadap itu, jika ini hanya sandiwara." Tanya Jhon.
"Aku yakin jhon. Dan dia anak yang baik, saya yakin dia bisa mengubah pola pikir anak bodoh itu." Jawab ayah putra masih dengan pendirian nya.
"Baiklah tuan besar, jika itu sudah keputusan anda. saya akan mempersiapkan nya." Pamit Jhon.
Ayah putra mengangguk mengiyakan, lalu jhon berbalik meninggalkan ruangan santai ayah putra.
Sepeninggalan jhon. Ayah putra merenung melihat ke luar jendela besar.
Anak bodoh bagaimana pun kau harus mau menerima ini semua, semoga kau bahagia dengan apa yang ayah pilihkan untuk mu.
‐--------------
Annisa telah sampai di rumah romisa.
Melepaskan helm yang di pakai nya lalu menyodorkan dua lembar uang kertas ke alan.
"Makasih yah kak." Ucap Annisa.
Menerima helm dan uang dari annisa.
"Iya dek, mau di jemput jam berapa?" Tanya Alan sambil mengaitkan helm ke motor nya.
"Sekitar pukul 8 malam saja kak." Ucap Annisa yang di balas anggukkan kepala oleh alan.
"Ya sudah annisa masuk dulu yah kak. Assalamualaikum." Pamit Annisa menunduk lalu masuk ke gerbang yang sudah terbuka.
"Walaikumsalam." Jawab Alan setelah melihat annisa memasuki gerbang.
Lalu alan melajukan motornya meninggalkan rumah romisa.
Annisa berjalan di halaman rumah romisa dan sesekali melihat sekitar yang menurutnya sangat tenang dan indah.
Kalau sudah tahu aku sebagai pekerja di sini ternyata tidak di persulit lagi untuk memasuki rumah mbak misa.
Cukup lama annisa berjalan melewati setiap ruangan untuk menuju kamar romisa dan kini annisa hendak memasuki kamar romisa.
Annisa mendekati pintu kembar kamar dan masuk ke dalam nya.
"Assalamualaikum mbak." Salam annisa sambil melangkah masuk.
"Walaikumsalam." Serempak romisa yang tengah terduduk di sofa dan cesa duduk di samping romisa.
Menghampiri sofa. "Apa kabar nya nih mbak ku yang cantik dan keponakan annisa di dalam perut." Ucap Annisa yang sudah duduk di samping romisa yang kosong.
"Baik dong An an. Kamu nggak ada mata kuliah An, bukannya masih jam setengah 12?" Tanya Romisa heran.
"Udah selesai mbak." Jawab Annisa lalu melirik nampan besar yang ada di atas meja di hadapan nya.
Romisa yang melihat annisa melirik meja, romisa memegang tangan annisa.
"Kamu mau minum apa an, biar mbak pesenin." Tanya Romisa dan hendak bangkit duduk nya.
Annisa mencegah pergerakan romisa.
"Tidak mbak, annisa hanya memeriksa apa yang mbak makan dan minum," cegah Annisa.
Romisa menoleh ke arah cesa.
"Cesa bisakah kau memesankan jus dan camilan nya lagi untuk kita." Titah Romisa.
Cesa mengangguk. "Baik Nona." Berjalan ke arah interkom di atas nakas dan memesan makanan.
"Kok mbak ngeyel annisa kan udah bilang nggak usah." Ucap Annisa.
"Kamu yang GR an. Mbak pesen kan buat mbak sendiri bukan buat kamu." Canda Romisa lalu mengambil mangkuk yang berisi kacang almond.
Annisa mencoel pipi romisa beberapa kali sehingga membuat romisa terkikik geli.
Romisa melihat kantung kresek yang annisa bawa.
"Apa tuh An, seperti buku?" Tanya Romisa penasaran sambil menaruh kembali mangkuk almond ke atas meja.
"Ah, ini. Iya buku mbak." Ucap Annisa.
"Buku buat siapa An, mbak lihat dong." Pinta Romisa.
"Buku temen tadi pesen minta di beliin buku kata nya. Boleh lah mbak masa nggak." Mengeluarkan buku2 nya dan memberikan ke romisa.
Menerima buku komik dan membuka, melihat setiap lembar.
"Ternyata komik, tp kayak nya seru yah An. Mbak pesen dong buku2 yang seperti ini." Pinta Romisa sambil melihat setiap lembar nya.
"Boleh mbak nanti annisa belikan."
cesa yang sudah kembali dan duduk di samping romisa kembali.
"Nona, jika nona menginginkan buku sejenis ini, saya akan mengirimkan nya lebih banyak ke perpustakaan nona." Ucap Cesa yang sedari tadi hanya diam mengamati kedua nya.
Romisa mengangguk semangat. "Boleh Ces. Aku mau." Girang Romisa.
"Dan kamu An an jadi tidak usah di belikan." Sambung nya pada annisa.
Annisa mengeluarkan alat2 pemeriksaan dari tas gendong nya.
"Iya mbak. Sekarang waktu nya mbak di periksa dulu yah." Ucap Annisa mulai memakai alat alat pemeriksaan.
Romisa mengangguk dan sambil membaca buku yang di pegang nya.
Sedang annisa mulai melaksanakan tugas nya untuk memeriksa romisa dengan teliti.
"Mbak, apa mbak ngerasa pusing dan lemas?" Tanya Annisa setelah memeriksa tensi darah romisa.
"Iya An. Mbak sering pusing dan badan mbak itu lemes banget nggak ada tenaga padahal soal makan mbak paling banyak, terkadang pandangan mbak tiba2 gelap gitu. Itu kenapa yah An." Tutur Romisa.
Sebaiknya aku tidak memberitahukan nya pada mbak jika mbak terkena anemia, nanti kepikiran sama mbak nya.
"Itu artinya mbak jangan banyak aktivitas dan harus banyakin istirahat. Terus mbak harus sering makan buah2 an dan sayuran yang hijau yah biar keponakan annisa di dalam perut sehat terus." Jelas Annisa.
Romisa mengangguk paham.
"Perkataan mu sama seperti suami mbak, kalau begitu baiklah mbak jalankan, lagian seharian ini mbak hanya duduk2 saja tanpa banyak bergerak kemana mana." Ucap Romisa lalu kembali membaca komik.
"Mbak, sudah mengkonsumsi vitamin dan suplemen belum?" Tanya Annisa sambil membereskan alat alat pemeriksaan ke dalam tas nya lagi.
"Iya, tadi pagi mbak sudah minum tuh botol obat nya." Tunjuk Romisa pada nakas dekat ranjang.
Syukurlah tuan arga mendengarkan aku, semoga mbak dan bayi nya baik2 saja.
"Nona, seperti nya saya akan permisi pulang karena sudah ada dek annisa di sini." Ucap Cesa hendak pamit.
Romisa menoleh ke cesa. "Oh, hati hati yah cesa. Dan jangan kebut2 an bawa mobil nya."
"Baik nona, ya sudah saya pulang nona. Assalamualaikum." Pamit Cesa menunduk hormat lalu berlalu keluar kamar meninggalkan annisa dan romisa.
"Walaikumsalam." Serempak annisa dan romisa.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
mahira
up
2020-01-20
1
Kim_ISZU
ih senangnya punya 2 teman yang selalu menemani saat lagi hamil gitu walaupun mereka sebenarnya bekerja Yach setidaknya gak bosan walaupun harus bedrest
2020-01-20
2