Annisa keluar dari kamar egi dengan hati masih di liputi rasa kesal, dan pikiran melayang memikirkan tawaran yang di berikan egi.
Anak kecil mau maen2 dengan ku, lihat saja nanti kau. Tp kalau di pikir pikir tidak apalah aku terima saja tawarannya, toh aku yang di untungkan di sini, tidak jadi di phk dan masih bisa bekerja menjaga mbak misa.
Lagian dia sudah mengatakan jika dia tidak akan menyentuh wanita yang bukan mahrom nya, jadi aku aman dong. Hanya berpura pura saja tak apalah.
Annisa memutar handle pintu kamar romisa dan masuk ke dalam nya, lalu mendekati pintu kembar dan masuk ke dalam kamar romisa.
Di dalam kamar, annisa mengedarkan pandangannya mencari romisa.
"Mbak misa." Panggil annisa sambil mengedarkan pandangannya.
"Iya An an, mbak di perpus." Teriak Romisa dari ruangan baca.
Annisa berjalan menghampiri romisa yang ada di perpustakaan kecil.
Annisa melihat romisa tengah terduduk di sofa panjang dengan kaki di selonjorkan dan punggung menyender ke lengan sofa.
Annisa mendekati romisa yang fokus pada buku yang di pegang nya lalu annisa duduk di sofa tunggal dekat sofa yang di duduki romisa.
"Sudah minta maaf nya An?" Tanya Romisa dengan pandangan fokus pada buku bacaan.
Annisa mengangguk. "Sudah." Jawab Annisa singkat sambil bersender ke punggung sofa.
Romisa melirik annisa sejenak lalu kembali fokus pada buku.
"Bagaimana di maafkan tidak sama s egi nya?" Tanya romisa.
Aku ceritakan tidak yah soal apa yang anak itu tawarin jika ingin memaafkan aku, tp jika aku menceritakannya nanti mbak salah paham lagi dan merasa nggak enak terhadap ku. Hah, lebih baik nanti saja aku menceritakan nya pada mbak.
Annisa menghela napas pelan.
"Dimaafkan dong mbak, annisa kan anak baik." Balas Annisa santai.
Romisa menutup buku yang di baca nya lalu menatap annisa.
"Apa kamu menyembunyikan sesuatu An, mbak lihat dari gelagat nya berbeda jika kamu menyembunyikan sesuatu dari mbak." Curiga Romisa.
Annisa membenarkan duduk nya menghadap romisa dengan menaikkan kedua kaki nya bersila di atas sofa dan berbalik menghadap ke arah romisa.
"Mbak, itu anak berapa umur nya, annisa lihat dia masih pakai celana SMA." Tanya Annisa mengalihkan pembicaraan.
"Oh itu, dia masih kelas 3 SMA. Yaa beda 2 tahunan lah sama kamu An. Memang kenapa kamu bertanya soal umur nya s egi?" Tanya Romisa heran.
Annisa menarik ujung kerudung nya sendiri.
"Tidak apa, hanya saja badan nya tinggi bener kayak tiang listrik. Annisa sih sempat kira dia itu di atas annisa atau sepantaran gitu. Tau tau nya lihat celana SMA yang di pakai nya ternyata masih di bawah umur," tutur Annisa menunduk memainkan ujung kerudung nya.
Romisa terkekeh.
"Masih di bawah umur, tp pengalaman soal asmara dia jauh lebih tahu di banding kamu an yang masih lugu tidak tahu soal hati." Ucap Romisa meledek.
Annisa menoleh menatap bingung pada romisa.
"Maksud mbak, anak itu suka mainin cewek gitu yang seperti zaman sekarang. Hih..itu kan dosa besar mbak, kok mbak mau sih jadi kakak ipar nya." Gidik ngeri annisa.
"Huss ..kamu kalau bicara jangan sembarangan An, dia itu pria baik yang tidak suka menyentuh wanita seperti yang kamu pikirkan. Di maksud mbak dia jauh pengalaman itu, ya karena dia sudah mengenal cinta tp sayang sampai sekarang dia nggak bisa move on dari cinta pertama nya itu karena di tinggal nikah oleh s wanita itu." Jelas Romisa.
Annisa menggeleng beberapa kali.
"Kasihan..malang banget yah mbak, baru mengenal cinta sudah patah hati dan susah move on lagi. Annisa jadi takut jatuh cinta deh, kalau mendengar hal seperti ini." Ucap Annisa sambil bergidik.
Romisa tertawa pelan.
"Ah, kamu nggak tahu aja sih, kalau hati kita jatuh nya ke orang yang tepat dan sama sama mempunyai rasa yang sama. Di jamin An, akan bahagia selalu." Tutur Romisa dan tersenyum dengan pandangan ke arah lain menerawang.
Annisa memicingkan mata nya.
"Seperti mbak gitu. Jatuh nya ke tuan arga yang sama2 mencintai mbak. Jadi jatuh nya enak..hahaha." Goda Annisa di selingi tawa kecil.
Romisa tersenyum dan mengangguk.
"kamu juga akan tahu An, setelah waktunya tiba. Mbak juga awal nya tidak menyadari perasaan mbak tp setelah membaca buku tentang cinta pada suami, dan memastikan perasaan mbak ternyata begitulah yang nama nya cinta, pokok nya sulit di gambarkan lah." Jelas Romisa dan tersenyum malu.
"Dasar mbak yang lagi kasmaran. Ternyata gini yah, sikap mbak kalau lagi jatuh cinta." Goda Annisa yang di balas tawa pelan dari romisa.
"Oh, iya mbak. S egi susah move on dari cewek nya karena di tinggal nikah. emang cewek nya sepantaran siapa bukannya s egi nya juga masih sekolah SMA?" Tanya Annisa penasaran.
Romisa meletakkan buku yang di pegang sejak tadi ke atas meja bundar lalu membenarkan posisi duduk nya agar lebih dekat dengan annisa.
"Wanita yang di sukai nya itu kira kira di atas umur nya, yaa mungkin sepantaran mbak." Ucap Romisa.
Annisa menumpu siku sebelah tangan nya ke lengan sofa dan berpangku dagu.
"Berarti dia suka nya yang tua tua dong. Bukan seumuran dengannya atau bawah umur nya." Ucap Annisa.
Romisa mencebikkan bibir nya.
"Ya mungkin juga, mbak nggak ngurusin. Yang bikin mbak kasihan sih, dia nya yang nggak bisa move on dari tuh wanita, kan kasihan An. Mending kalau wanita nya belum nikah, tp ini sudah nikah dan bahkan kata nya sedang mengandung loh." Jelas Romisa lalu memainkan ujung hidung annisa.
"Wah, parah dong mbak. Itu sih bukan kasihan lagi tapi malang banget, bodoh banget yah mbak. Padahal dia punya wajah ganteng, anak orang kaya, pasti banyak lah cewek yang mengejar nya. Ini malah mengharapkan cinta dari cewek yang sudah bersuami." Seloroh Annisa menyayangkan.
Romisa mengangguk angguk kecil sambil mengusap usap hidung annisa.
"Yaa mau gimana lagi orang nama nya cinta, An an." Ucap Romisa.
Annisa menarik ujung kerudung romisa.
"Kejam juga yah cinta itu. Jadi takut jatuh cinta deh annis." Ngeri Annisa.
"Kamu bilang gini karena belum merasakan nya An. Coba kalau udah merasakan nya seperti mbak, bakal terbalik 180 ° dari pendapat mu yang sekarang." Tutur Romisa sambil asyik memainkan lengkukan ujung hidung mancung annisa.
"Ya..deh dewi kasmaran, yang lagi jatuh cinta sama tuan arga putra."Goda Annisa mencolek pipi gembil romisa.
"Ekhem..kenapa kita malah ngeghibah yah An, dosa nih kalau ada kamu An di sini," ucap Romisa.
"Iya yah mbak, kenapa kita ngeghibahin orang. Mbak nih ngajak ngobrol kok ngomongin orang." Sanggah Annisa tidak mau di salahkan.
"Lah, kok mbak. Kan kamu sendiri yang ngawalin pertanyaan nya, yaa mbak sih ngikutin alur cerita saja." Sela Romisa.
"Astagfirullah hal adziim." Serempak kedua nya.
"Sudah ah, mbak mau mandi siap siap maghrib. Kalau di sini terus bisa nambah nih dosa mbak." Ucap Romisa lalu turun dari sofa.
"Dih, mbak gitu amat di ajak dosa nggak mau, enak loh mbak kalau di ajak dosa." Ucap Annisa becanda.
"Enak di dunia, tidak enak di akhirat." Ketus Romisa yang di balas kekehan tawa annisa.
"An an. Kalau mau mandi di sini juga nggak apa apa, yuk mandi bareng mbak " Canda Romisa yang sudah berdiri di dekat pintu.
Annisa tersenyum jahil.
"Boleh Nih, yuk mbak. Biar maen pijat pijatan," balas nya sambil menggerakkan sebelah alis turun naik.
"Ih nggak An. Mbak becanda, mbak mandi duluan yah." Gelagap Romisa dan berlalu menuju kamar mandi meninggalkan annisa yang tertawa puas.
"Mbak..mbak..ucul banget sih." Gumam Annisa dan tertawa kecil.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments