Selesai sarapan semua orang yang ada di meja makan beranjak melangkah meninggalkan ruangan untuk menuju ke tempat tujuannya masing masing.
Egi berjalan hendak menuju ke ruang santai ayah nya, karena ayah putra meminta nya untuk ke ruangannya. Dan ketika egi melewati ruangan utama pandangannya tidak sengaja melihat romisa dan arga yang tampak mesra di teras rumah, sehingga kembali lagi menggoreskan luka di hati egi.
Egi terdiam terpaku melihat pemandangan itu, dari balik jendela besar yang teransparan.
Puk...puk... Ayah putra menepuk cukup keras pundak egi sehingga mengembalikan kesadaran egi.
"Kenapa kau diam di sini, ikuti Ayah," ucap Putra lalu berjalan meninggalkan egi yang masih berdiri di dekat jendela.
Egi menghembuskan napas nya panjang. Lalu, beranjak mengikuti Ayah putra.
Sesampainya di ruangan santai Ayah putra.
Egi duduk di sofa tunggal sebrang sofa yang di duduki Ayah putra.
"Ada apa ayah meminta egi kemari," tanya Egi menatap putra.
Putra menghela napas Lalu menyenderkan punggung nya ke senderan sofa. "Apa kau masih marah terhadap Ayah, Egi!!" ucap putra.
Egi tidak menjawab hanya menatap putra dengan tatapan dingin.
"Ternyata benar kau masih marah terhadap Ayah. Egi maafkan Ayah untuk masalah romisa, karena ayah tidak tahu jika romisa itu adalah wanita pujaan hati mu..jadi egi.." tutur Putra namun terpotong oleh egi.
"Sudahlah ayah jangan membahas masalah misa lagi. Itu sama saja ayah mengingatkan kembali tentang perasaan egi," sanggah Egi memotong ucapan putra.
Putra memijit pangkal hidung nya yang tidak gatal. "Ayah tahu jika perasaan mu pada romisa masih sama besar nya seperti dulu. Tp kamu harus ingat nak, dia itu kakak ipar mu dan bahkan sekarang tengah mengandung anak kakak mu. Jadi tolong hapuslah perasaan mu itu terhadap romisa, jangan kau siksa hati mu. Nak," tutur Putra dengan nada rendah.
Egi menatap dingin ke putra."Sudahlah Ayah. Jika ayah hanya ingin membicarakan soal ini, egi akan keluar, sudah terlambat egi ke sekolah," ucap Egi dan bangkit dari duduk nya.
"Tunggu egi..ayah belum selesai menyampaikan maksud ayah," tegas Putra menghentikan niatan egi yang hendak melangkah.
Egi menatap putra dan berdiri di dekat sofa.
Putra mengisyaratkan pengawal nya yang sedari tadi berdiri mengamati dengan gerakan tangannya putra mengisyaratkan. Lalu pengawal nya dengan sigap menaruh sebuah map coklat ke atas meja kaca di hadapan egi.
"Bacalah, seperti nya kakak mu juga sudah mengajukannya untuk mu," titah Putra.
Egi melirik map cokelat di atas meja sejenak, lalu menatap putra."Apakah tentang kuliah keluar negeri lagi, Ayah..." tutur Egi dengan nada jengah.
"Ayah memberikan kau wewenang untuk belajar meneruskan perusahaan di london sekaligus melanjutkan pendidikan mu di sana," jelas Putra membuat egi mengepalkan tangannya kuat.
Egi menatap tajam ke putra."Egi sudah bilang, egi tidak mau meneruskan perusahaan Ayah di negeri mana pun termasuk kuliah keluar negeri," geram Egi.
Putra menatap egi."Nak, hanya ini satu2 nya cara mu agar bisa melupakan romisa, jadi ambillah permintaan ayah ini," tegas Putra.
"Ayah.." ucap egi tercekat. Lalu menghembuskan napas kasar.
"Egi berangkat sekolah dulu," ucap Egi lalu berbalik pergi meninggalkan ruangan putra.
Ayah putra menghembuskan napas panjang dan memijit dahi nya. "Dasar anak bodoh...benar benar susah di atur" gumam nya pelan.
Egi keluar dari ruangan putra dengan langkah kaki tergesa, tatapan nya dingin dan rahang nya mengeras. Karena masih kesal dengan permintaan ayah nya yang memang tidak akan bisa egi memenuhi nya.
Dan ketika egi melewati sebuah ruangan keluarga dekat kamar kucing peliharaan romisa, langkah kaki nya terhenti ketika melihat pintu kamar kucing terbuka separuh yang memperlihatkan romisa sedang tertawa bahagia bermain bersama kucing putih dan di temani oleh cesa pengawal pribadi nya.
Seketika hati egi yang semula merasa panas kesal berubah menjadi adem seperti tersiram air dingin karena melihat senyuman romisa, dan raut wajah egi yang ketat seketika mengendur berubah hangat dan ada senyuman di bibir nya egi.
Lama egi mencuri pandang di balik pintu ke romisa yang tidak menyadari jika egi sedang memperhatikan nya.
Setelah puas memandangi romisa, egi beranjak untuk menuju ke tangga bawah tanah tempat kendaraan nya terparkir. Egi memasuki mobil sport berwarna putih, lalu mulai melajukan mobil nya meninggalkan area parkir dan pelataran rumah nya untuk menuju ke sekolahan nya.
Dan kini mobil egi telah melaju di jalanan kota bergabung dengan kendaraan lainnya.
Ketika di perempatan jalan mobil egi berhenti karena lampu merah.
Tok..tok..tok..
Kaca mobil di ketuk oleh seseorang dari luar. Egi menoleh ke arah jendela mobil yang di ketuk, lalu membukakan kunci pintu mobil nya agar orang di luar tersebut bisa masuk.
Brakk..
Pintu mobil di tutup ketika orang yang mengetuk jendela pintu mobil egi sudah masuk dan duduk di samping kursi egi.
"Untunglah lo masih belum berangkat, bisa selamat gue dari pak kumis, kalau bareng lo ke sekolah nya," ucap nya sambil memakai sabuk pengaman.
"Cih!!" Egi berdecih lalu melajukan mobil nya karena lampu sudah berganti warna hijau.
"Di lihat lihat nih wajah kusut bener, ada apa bro ceritalah," tanya nya menatap egi yang fokus pada kemudi.
"Bukan urusan lo. Ray," ketus Egi malas bercerita.
Ray menghela napas pelan lalu menyenderkan kepala nya. "Roman romannya masalah bu misa lagi nih, kenapa bro..di usir dari rumah, gara gara gagal move on," tanya Ray.
Egi tidak menjawab dia fokus pada jalanan.
"Sudahlah bro..lupakan cinta lo yang mustahil itu ke bu misa. Relain dan ikhlas kan saja laah.. cari ganti nya, banyak cewek yang mengantri panjang ingin jadi pacar lo, tp lo nya cuekin malah galau melulu kerjaan nya, meratapi kesedihan hati lo yang patah hati," cerocos Ray menasehati.
"seperti gue dong..udah berapa banyak cewek yang gue pacari dan tinggalin. Lah lo, gi. satu saja susah lupain nya... maka nya kalau cinta jangan terlalu cinta jadi gitu kan ujungnya..." sambung Ray dengan celotehannya.
Ckiiiit...
Egi mengerem mobil nya mendadak membuat Ray terpental ke depan.
"Hey, kalau patah hati ingin bunuh diri jangan ajak2 gue dong...gue masih pengen hidup belum kawin, belum kaya juga..lo udah ajak2 mati lagi," gerutu Ray sebal.
Egi menatap tajam ke arah Ray, membuat ray menciut dan membisu. "Lo banyak bacot. Turun dari mobil gue!!" tegas egi di liputi rasa kesal.
"I..ya. gue diem, sudah cepet lajukan lagi mobil nya, sudah lewat satu jam pelajaran bro. Dan pelajaran selanjutnya itu bu rina si kaleng rombeng bisa habis telinga gue ngedenger ocehannya nanti kalau kita telat," tutur Ray kembali mencari posisi nyaman dari duduk nya.
Egi mendengus lalu kembali melajukan mobil nya.
"Bro..gimana rasa nya sih, hidup satu rumah dengan bu misa. Gue ngebayangin nya aja kayak nya seru tuh, bisa melihat senyumannya yang manis dan bisa me..." ucapan Ray terhenti karena egi menoleh dan menatapnya dengan tatapan tajam.
Ray terdiam dan menciut."Oke...oke..kali ini gue diam..hah lo. Seneng sekali menatap seperti itu. heran gue sama cewek2 yang ngejar lo," celoteh Ray lalu menyenderkan kepala nya dan memejamkan mata nya.
Sedang egi fokus pada jalanan yang akan di lewati nya.
-------
Mobil yang di tumpangi egi telah sampai di gerbang sekolah SMA pelita yang tertutup rapat.
Pak satpam sekolah yang berada di dekat gerbang sekolah menghampiri mobil egi. Dan egi menurunkan jendela mobil nya agar bisa terlihat oleh pak satpam.
"Eh, den egi. Telat lagi Den," tanya Pak Satpam lalu tersenyum.
Egi mengangguk mengiyakan tanpa bersuara.
"Pak cepet bukain dong..ada pelajaran guru kaleng nih," ucap Ray menolehkan kepala nya yang duduk di samping egi.
"Nak rayhan juga..baiklah," balas Pak Satpam lalu membuka kan gerbang sehingga mobil egi melaju melewati gerbang sekolah.
"Den egi..den egi. Mentang ini sekolah punya keluarga nya jadi bebas keluar masuk sekolah serasa mall saja," gumam Pak Satpam lalu menutup kembali gerbang sekolah.
Egi telah memarkirkan mobil nya di parkiran mobil sekolah. Lalu keluar dari mobil yang di ikuti reyhan.
Kedua nya berjalan menyusuri pelataran sekolah yang sudah sepi karena sedang berlangsung nya pembelajaran di setiap kelas.
Egi dan rayhan kini telah di depan kelas dan hendak memasuki nya.
"Wah..pelajaran bu rina sudah di mulai. Bagaimana nih gi," ucap Ray gusar namun egi memasang wajah dingin dan menggeser pintu kelas tanpa ragu.
Lalu egi masuk ke dalam kelas di ikuti rayhan dari belakang.
Seketika bu rina yang sedang berbicara menerangkan pelajaran di depan kelas menoleh pada kedua anak murid yang baru datang.
"Masih berani juga kalian masuk kelas ketika ibu sedang mengajar, dari mana saja kalian berdua baru datang ke sekolah," tegur Bu Rina dengan nada sewot.
Rayhan maju melangkah mendekati bu rina.
"Bu rina yang cantik dan baik hati sesekolahan ini, kok bisa tahu kita baru datang ke sekolah," rayu Ray.
"Jelas semua orang yang melihat akan tahu jika kalian baru datang, lihatlah di pundak kalian, ada tas yang masih bertengger," tutur Bu Rina dengan nada tegas.
Rayhan cengengesan. "Eh, iya..kalau gitu boleh lah kita duduk bu. Untuk ikut pelajaran ibu," rayu Rahyan membuat bu rina menatap geram.
"Enak saja kalian baru datang dan ingin mengikuti pelajaran ibu. Tidak bisa, ibu minta kalian berdua keluar dari sini dan berdiri di depan lorong kelas dengan kaki di angkat satu, lakukan itu sampai pelajaran ibu selesai. Cepat..sekarang juga!!" tegas Bu Rina dengan nada kesal.
"Tapi bu..." sela Rayhan namun terpotong karena bu rina melotot ke arah nya.
"Apakah masih kurang hukuman nya?" geram Bu Rina.
"Ti..ti..tidak bu. Sudah cukup," ucap Rayhan berbalik dan lari terbirit keluar ruangan kelas.
Egi menatap sejenak pada bu rina dengan tatapan tajam lalu tanpa berbicara egi keluar kelas mengikuti Rayhan.
"Cih!! Benar benar s egi itu, murid durhaka. Untung saja otak nya encer dan adik ipar nya misa. kalau bukan, tak sembur dia dengan air got," gerutu Bu Rina lalu menoleh pada para murid nya yang menatap bengong memperhatikan.
"Kenapa kalian menatap ibu seperti itu. Mau kalian ibu hukum juga seperti mereka," ucap Bu Rina ketus yang di balas dengan gelengan kepala oleh para murid.
Di lorong depan kelas.
Egi dan Rayhan berdiri di depan pintu kelas tp tidak menuruti perintah bu rina untuk mengangkat sebelah kaki nya.
"Gue heran sama bu misa, dia kan orang nya lembut, ramah, baik, dan cantik lagi. tp kok bisa mau temenan sama kaleng rombeng yang mulut nya pedas, mending kalau cantik. lah ini, di bandingin dengan mantan gue yang ke 43 saja nggak ada apa2 nya," gerutu Ray mendumel karena kesal di hukum.
Egi yang berdiri dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, melirik Ray yang sedari tadi setelah keluar kelas terus menggerutu. lalu egi tersenyum miring.
"Jangan bandingin misa dengan orang seperti dia. jelas jauh," ucapnya.
"Gue nggak bandingin..cuman heran saja gitu, bu misa bisa mau temenan sama cewek seperti itu," ucap Ray sambil menggaruk dagu nya yang tidak gatal.
"Lo, udah tahu jawabannya. misa itu..." ucap Egi namun terpotong.
"Baik, sopan, lembut, dan ramah. jadi tidak membeda bedakan teman, lo mau bilang gitu kan. egiii...bagaimana lo bisa move on dari bu misa jika sekarang saja lo masih saja memandang dan menyimpan semua tentang nya di hati lo..heran gue," celoteh Ray lalu membuang muka ke arah lain.
Egi tersenyum kecut.
"Lo, nggak pernah tahu nama nya cinta yang tulus. Ray," jawab Egi lalu menunduk.
"Iya gue akui..emang selama ini gue hanya mainin hati wanita. yaa, karena gue takut aja seperti lo, susah move on dari satu wanita yang jelas2 wanita tersebut tidak mencintai bahkan sudah jadi istri orang..itu gila gii. menurut gue," celoteh nya.
Egi mendengus lalu menatap lurus. Tidak bersuara lagi dan memilih mengamati ke yang lain.
"Gi.gue saranin yah..." ucap Ray namun terhenti.
Sreet... pintu kelas di geser dan memunculkan bu rina melotot ke arah Ray.
"Rayhan andrianto. kenapa bukannya lakukan hukuman dari ibu. ini malah ngobrol, enak yah seperti nongkrong di cafe bisa berdiri santai dan mengobrol. angkat sebelah kaki mu, dan jewer kuping mu..cepat!!" cerocos Bu Rina masih melotot ke arah Ray.
"Ii..ya bu," ucap Ray gagap lalu mengangkat sebelah kaki nya.
"Jewer kedua kuping mu juga. apa mau ibu yang menjewer nya," seloroh Bu Rina hendak menarik daun telinga Ray.
"Eng...enggak. biar Ray sendiri," gagap Ray lalu memegang kedua daun telinga nya.
Bu rina melirik egi yang berdiri santai tanpa melakukan apa yang di lakukan Ray.
"Kenapa kau diam saja. lakukan yang sama seperti bangke ini," titah Bu Rina.
"Sial. gue di bilang bangke," celetuk Ray.
Bu Rina melotot ke arah Ray.."Kau mengumpat pada ibu. Hah," geramnya.
"Eh, enggak bu. ibu salah denger kali," ucap Ray menyangkal.
Bu Rina kembali menoleh pada egi. "Kenapa kau masih diam. cepat lakukan hukuman mu!!" tegas Bu Rina.
Egi menatap sejenak pada bu rina lalu melirik Ray. dan egi melakukan yang sama seperti Ray.
"Bagus..ibu akan buka pintu nya untuk memastikan kalian tidak berleha2 seperti tadi, ketika di tinggalkan oleh ibu," tegas Bu Rina lalu berbalik memasuki ruangan kelas.
Sedang egi dan Ray saling lirik dan memasang wajah kesal karena di hukum seperti itu. siall!! umpat egi dalam hati.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
*Adell syancikk*
seru Thor . rajin* promo biar banyak yang baca 😍
2021-02-20
0