Selesai shalat ashar romisa memberikan map berwarna cokelat ke annisa untuk di antarkan nya ke kamar egi, tidak lupa annisa juga mengambil buku komik yang di tujukan untuk egi.
Annisa keluar dari kamar romisa lalu berjalan ke arah kamar yang di pojok lorong yaitu kamar egi, dengan pelan2 annisa memutar handle pintu kamar.
Anak songong itu sudah pulang belum yah, kan ini udah jam 4 sore.
Dengan hati hati annisa melongokkan kepala dari pintu ke dalam kamar dan mengedarkan pandangan mata nya melihat ke dalam kamar egi, untuk memastikan jika egi belum pulang.
Syukurlah dia belum pulang.
Annisa bernapas lega karena tidak mendapati egi di kamar nya, lalu annisa memasuki kamar dan kembali mengedarkan pandangan nya ke setiap penjuru kamar untuk mencari tempat yang cocok untuk menyimpan map.
Sambil berpikir dan berjalan lamban annisa berpikir di letakkan di mana map tersebut.
Sepertinya map ini sangat penting jadi aku harus menyimpan nya di tempat yang aman takut saja ada orang jahat, nanti yang di salahkan aku lagi, karena aku yang mengantarkan nya.
Mata annisa melihat sebuah pintu dekat dengan bufet tv. Annisa mendekati nya, "ini ruangan apa yah," ucap annisa lalu membuka pintu.
Annisa memasuki ruangan itu yang di penuhi dengan rak rak buku yang berjejer dan ada sebuah meja lengkap dengan kursi dan alat alat untuk belajar, selain itu ada juga sebuah sofa panjang di dekat meja nakas pojok ruangan.
"Sepertinya ini ruangan belajar, apa aku simpan di meja itu saja yah." Mendekati meja belajar dan meletakkan buku juga map di atas nya.
Tidak lupa annisa juga menuliskan sebuah note untuk di selipkan ke buku komik agar bisa di baca oleh egi.
Setelah selesai dengan urusan nya annisa keluar dari ruangan itu, dan berjalan di dalam ruangan kamar egi hendak menuju pintu keluar,
dan ketika annisa sudah sampai di dekat bufet hias yang hendak ke pintu keluar tiba tiba pintu kamar terbuka dan memunculkan egi yang baru masuk ke dalam kamar.
Seketika mata annisa membulat kaget dan tubuh annisa membeku di tempat nya.
Kenapa harus sekarang sih, ini anak pulang. Bukannya nunggu aku keluar dulu, sial harus ngomong apa aku.
Sedangkan egi yang semula menundukkan pandangan, egi mengangkat kepala menatap lurus ke depan membuatnya terpaku di tempat dan menatap annisa dengan tatapan dingin.
"Kau, sedang apa di kamar ku?" Tanya egi dengan nada tegas.
Kenapa tatapan nya membuat tubuh ku kaku dan lidah ku kelu, bagaimana ini. Aku harus keluar dari sini.
Seakan pikiran nya hilang karena kaget dan bagaikan kepergok melakukan kejahatan annisa tergagap."Sa..sa..saya sed..sedang," ucap annisa gelagapan.
Egi memicingkan mata nya menyelidik lalu maju melangkah mendekati annisa dan annisa dengan reflek memundurkan langkah kaki nya untuk menjauh dari egi.
"Jelaskan, kau mau apa di kamar ku hah?" Bentak egi dengan tatapan mengintimidasi dan nada suara tinggi.
Sial suara nya menyeramkan juga tatapan nya tambah membuat ku takut, baru kali ini aku berada di situasi seperti ini.
Annisa yang sedikit gemetar karena jantung nya sudah berdetak kencang di tatap tajam seperti itu oleh egi, annisa menatap egi dan membisu.
Sedang egi yang melangkah kan kaki pelan mendekati annisa masih menatap nya dengan tatapan tajam.
"Kenapa kau diam, aku bertanya sedang apa kau di kamar ku?" Tanya egi dengan intonasi tajam.
Sepertinya aku harus meluruskan dahulu kesalah pahaman ini, baru keluar dari kamar. Agar tidak seperti ini.
"Sa..saya...di..suruh me...me..mengantar kan...aaaaa," terbata annisa lalu berteriak karena kesandung karpet sofa ruangan tengah dan annisa terjungkal ke belakang,
sedang egi yang ada di hadapan nya. Annisa dengan niatan ingin meminta tolong agar tidak terjungkal, tapi tidak sengaja Ia menarik dasi sekolah yang di pakai egi sehingga egi pun ikut ikutan terjungkal bersama nya.
"Brukk..dugh..." kedua nya jatuh ke atas karpet dengan posisi annisa di bawah sedang egi di atas nya.
Annisa membulatkan mata nya kaget begitu pun dengan egi terbelalak melihat wajah annisa yang ada di bawah nya begitu dekat dan posisi nya saat itu sangat intim dengan annisa.
Apa yang aku lakukan, apa ini. Kenapa bisa seperti ini.
"Degh..degh..degh.." detak jantung kedua nya berdegup sangat kencang saling bersahutan.
Ceklek..
pintu kamar egi terbuka dan pertanda ada seseorang yang memasuki kamar egi.
Orang itu memasuki kamar egi dan hendak melangkah namun terhenti kaku."Egi..kamu," teriak orang yang baru datang ke kamar egi dan melihat adegan kedua nya dengan jelas.
Seketika annisa dan egi menoleh ke asal suara yang berteriak."Ayah.." kaget egi dan langsung bangun dari posisi nya.
Ayah nya, berarti tuan putra. Bagaimana ini tuan putra melihat nya, ya tuhaan aku harus bagaimana.
Annisa ikutan bangkit dari posisi nya dan melihat ke arah ayah putra.
Ayah putra syok melihat adegan egi di hadapan nya dan memegangi dada karena sesak,
"ka..kau. egi...an..ak na.." terbata ayah putra karena sesak dan menggantung lalu.
"Brukk.." ayah putra tiba tiba pingsan dan tergeletak di tempatnya.
"Ayah.." teriak egi berhambur menghampiri nya.
"ayah..ayah..maafkan egi..ayah..tolong jangan begini" ucap egi histeris dan memangku kepala putra ke pangkuan tangan nya.
"Jhon...jhon.." teriak egi menggema di ruangan kamar.
Jhon sang pengawal pribadi putra yang sejak tadi di perintahkan putra untuk berdiri di luar dekat pintu kamar egi. Jhon segera membuka pintu dengan kasar dan terburu karena mendengar teriakan egi yang keras.
"Ada apa dengan tuan besar, tuan egi?" tanya jhon cemas melihat majikan nya pingsan.
"Cepat bawa brankar kemari dan anak buah mu, untuk membawa ayah ke ruang kedokteran," titah egi dengan nada tegas.
"Ba..baik tuan," menunduk lalu berlalu keluar kamar egi dengan berlari.
Apakah tuan putra punya penyakit jantung, bagaimana jika ia stroek atau terkena serangan jantung mendadak. Aku pasti akan di hukum mati oleh keluarga ini.
Sementara annisa yang berdiri mematung dekat kedua nya annisa duduk bersimpuh di samping tubuh putra karena annisa khawatir melihat putra pingsan di hadapan nya,
lalu annisa memeriksa denyut nadi di leher dan pergelangan tangan putra tidak lupa juga annisa memeriksa detak jantung putra untuk memastikan keadaan nya.
Detak jantung nya melemah, apakah tuan putra memiliki penyakit jantung.
"Egi jangan kau angkat kepala nya, baringkan yang rata tubuh ayah mu," titah annisa.
Egi menatap tajam ke arah annisa yang ada di dekat nya, "kau..mau apakan ayah ku, kau mau menyakiti nya hah," bentak egi penuh dengan nada penekanan yang menandakan bahwa hati nya begitu muak terhadap annisa.
Membalas dengan tatapan tajam,
"tidak egi, aku hanya ingin melakukan pertolongan pertama pada ayah mu. Aku minta cepat baringkan yang benar ayah mu," cerocos annisa menggebu lalu annisa melepaskan jam tangan yang melekat di lengan putra.
Egi menghembuskan napas kasar lalu akhirnya egi menurut membaringkan putra dengan benar.
"Angkat kedua kaki nya lebih tinggi dari dada dan kepala nya," titah annisa lagi.
"Kau.." geram egi menatap tajam.
Menantang, "apa!! kau tidak mau ayah mu siuman. Jika kau tidak mau ya sudah jangan kau dengarkan perintah ku," cerocos annisa masih dengan nada kesal.
Egi menghembuskan napas pasrah lalu menurut berpindah dan mengangkat kedua kaki putra untuk di pangku nya.
Annisa hendak melonggarkan sabuk di celana putra namun egi mencegah nya.
"Apa yang kau lakukan wanita gila, kau mau berbuat kotor terhadap ayah ku. Hentikan niatan gila mu," tutur egi menarik lengan annisa untuk menghentikan pergerakan tangan nya namun annisa tidak menyerah langsung menangkis tangan egi dengan kasar,
"darimana nya yang menurut mu aku berbuat kotor hah, aku hanya ingin memberikan nya penanganan sementara. Diam saja kau egi," teriak annisa kesal.
Lalu annisa melanjutkan melonggarkan sabuk dan membuka beberapa kancing baju putra.
"Kau..wanita gila," geram egi.
Namun annisa lagi lagi tidak menghiraukan nya, annisa kembali memeriksa denyut nadi putra dan mendekatkan telinga nya ke dada putra untuk memeriksa detak jantung nya.
Kenapa denyut nadi nya berubah ubah.
"Aku harus memanggil tim medis, seperti nya ada yang aneh dengan detak jantung nya," tutur annisa lalu hendak menelpon ambulan,
namun egi dengan kasar merebut ponsel annisa.
"Hey.." teriak annisa kaget.
Egi yang acuh dengan respon annisa, egi langsung mengetikkan nomor di keyboard ponsel lalu mendial memanggil nomor tersebut.
"Dokter frans, tolong segera kemari. Ayah pingsan, cepat 10 menit kau harus sudah ada di sini," tegas egi dengan suara cukup tinggi memerintah pada orang di sebrang telpon.
Setelah memberikan perintah egi melemparkan ponsel annisa ke sembarang.
"Kau melemparkan nya dasar laki laki sinting," gerutu annisa lalu beranjak mengambil ponsel nya yang tergeletak di atas karpet tidak jauh dari nya. ponsel annisa sudah berpencar antara batrei dan casing hp nya membuat annisa semakin menggunuk hati nya geram terhadap egi, "benar benar sinting, kejam" gerutu annisa lagi.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Alya_Kalyarha
semangat nulisnya kk, udah aku like ya
kalau sempat mampir baliklah ke karyaku "sahabat atau cinta" dan "berani baca" tinggalkan like dan komen ya makasih
2020-05-31
0
netizen uwuu
ayah apa yang kau lakukan pada egi dan an an
2020-01-20
2
•.¸♡ 🌹𝓡o𝔰𝔢💖 ♡¸.•
luh luh luhhh....mau perang nih
2020-01-20
1