Malam Selasa sepertinya akan menjadi malam yang paling mencekam dirasakan Danisha di rumahnya. Untuk mengantisipasi jika hari Selasa dia ada apa-apa, Danisha sudah menghubungi Bu Rea untuk izin tidak masuk kerja sampai hari Rabu.
Seusai salat Isya, Kak Stevi, Aira dan Danisha berkumpul di ruang tengah. Kak Stevi lalu memberitahu tentang rencananya untuk mengusir Genderuwo itu.
“Danisha, nanti malam bisa gak kita berkumpul di kamarmu bertiga. Di sana kakak butuh bantuan kalian. Karena kamarmu termasuk tempat lalu lalang Genderuwo, jadi kakak dengan mudah bisa berkomunikasi dengan jin kafir itu,” ucap Kak Stevi.
“Boleh kak. Tapi aku beresin dulu ya kak.hehehe.. Yuk Aira bantuin,” Danisha lalu menarik tangan Aira dengan kencang. Dia merasa malu, jika Kak Stevi masuk ke kamarnya, dan melihat banyak gantungan bra di belakang pintunya dan tumpukan baju kotor di sudut kamarnya.
Aira hanya tertawa kecil. Dia sangat paham, Danisha pasti malu jika Kak Stevi melihat betapa berantakan kamar Danisha.
Pukul 23.00 WIB, Danisha dan Aira keluar kamar. Mereka menuju ruang tengah untuk kembali berkumpul bersama Kak Stevi. Namun, ternyata Kak Stevi sudah tertidur pulas di sofa panjang.
“Kak Stevi ganteng ya Aira,”
“Iya dong. Kak Stevi mah banyak digandrungi cewek-cewek sejak SMA. Bahkan sampai dia kerja pun, banyak rekan kerjanya yang mengajak dia nikah. Tapi Kak Stevi orangnya kaku, kayak batu es, dingin,”
“Kamu naksir ya Danisha dengan kakak sepupuku ini?,” goda Aira. Wajah Danisha langsung memerah, dia salah tingkah. Namun ada banyak cara Danisha untuk mengelak dari godaan Aira.
“Kamu nih, fokus kita kemana sekarang. Jangan sembarangan deh, nanti Kak Stevi dengar,” ucap Danisha mengalihkan pembicaraan Aira.
“Ehmm.. kakak dengar kok,” tiba-tiba Kak Stevi bangun dan melirik Danisha. Mereka berdua langsung terdiam. Terutama Danisha, yang wajahnya masih terlihat memerah seperti kepiting rebus. Sedangkan Aira hanya tersenyum nakal di samping Danisha.
“Aku ke kamar mandi dulu ya, kebelet pipis,” Danisha langsung berlari menjauh dari Aira dan Kak Stevi. Dia tidak ingin terlihat memalukan di depan Kak Stevi.
Barulah beberapa menit Danisha ke kamar mandi, tiba-tiba Kak Stevi dan Aira dikagetkan dengan teriakan Danisha. Mereka langsung berlari ke kamar mandi.
Danisha ternyata sudah jatuh pingsan di dalam kamar mandi. Kak Stevi langsung masuk ke kamar mandi dan mengangkat tubuh Danisha. Wajah Aira terlihat cemas dan takut. Tapi mereka tidak tahu, apa yang terjadi dengan Danisha.
“Danisha, Danisha, bangun...,” telapak tangan Aira menepuk-tepuk pelan wajah Danisha. Mata Danisha lalu terbuka perlahan, tangannya langsung memegang kepalanya yang terasa sakit.
“Kamu kenapa Danisha?,” tanya Kak Stevi.
“Tadi waktu aku masuk kamar mandi, ada sepasang mata merah yang besar sekali di dalam kamar mandi. Aku langsung teriak, gak tahu tiba-tiba ada di sini aja,” ucap Danisha.
“Sepertinya kita gak bisa tinggal diam lagi. Genderuwo itu semakin menampakkan wujudnya ke Danisha. Dia sudah marah,” ucap Kak Stevi yang mengalihkan pandangannya ke arah kamar Danisha.
“Kamu pulihkan dulu tenaga kamu Danisha. Nanti jam 12, kita langsung ke kamar kamu ya. Ohya, sebelumnya kalian ambil wudhu dulu,” perintah Kak Stevi.
Teng.. Teng.. Teng..
Jam menunjukkan pukul 00.00 WIB. Aira, Danisha dan Kak Stevi bergantian ke kamar mandi mengambil wudhu. Lalu mereka masuk ke dalam kamar Danisha.
Kak Stevi lalu menyuruh Danisha dan Aira menggunakan mukenah, sarung tangan dan kaos kaki. Agar wudhu mereka tidak batal, ketika nanti bersentuhan dengan Kak Stevi.
Di dalam kamar Danisha, mereka duduk bersila sembari memejamkan mata. Kak Stevi menyuruh Danisha terus membaca basmallah, salawat dan doa-doa pendek terus menerus. Sedangkan Aira akan membantu Kak Stevi untuk berkomunikasi dengan Genderuwo itu.
*****
Kak Stevi melintasi dimensi lain. Dia masuk ke dalam dimensi gaib. Tiba-tiba Kak Stevi berada di depan kamar Danisha. Tidak ada siapa pun di depan rumah Danisha. Lalu, tiba-tiba ada hawa panas di belakang tubuh Kak Stevi.
“Eerrrggghhhhhhh.....,” suara geraman Genderuwo terdengar jelas di telinga Kak Stevi.
Kak Stevi pun langsung membalikkan tubuhnya. Namun, belum sempat dia bertatapan dengan Genderuwo itu, tubuh Kak Stevi sudah dihantam tangan besar Genderuwo. Tubuh Kak Stevi terpental ke pintu kamar Danisha.
Tubuh Genderuwo yang sangat besar, mendekati Kak Stevi. Kakinya yang lebar, menginjak-injak tubuh Kak Stevi. Saat itu, Kak Stevi tidak bisa melawan, karena itu bukan dimensi dia, namun dimensi gaib dengan segala keterbatasan Kak Stevi.
“Arrghhh.. Arrrghhh,” teriak Kak Stevi yang memecah konsentrasi Aira dan Danisa. Aira langsung menggoyang-goyangkan tubuh Kak Stevi. Akhirnya Kak Stevi tersadar. Tubuhnya langsung jatuh ke belakang. Tangannya memegang keras dadanya yang terasa sakit.
“Kak, kenapa kak?,” tanya Aira cemas. Danisha pun tak kalah cemas.
“Gakpapa. Kakak salah langkah tadi. Seharusnya kakak bawa dia ke dunia kita, bukan kakak masuk ke dunia dia,” ucap Kak Stevi yang berusaha bangun.
“Ada Alquran gak Danisha?,” tanya Kak Stevi.
Danisha mengangguk dan beranjak berdiri menuju meja kerjanya. Dia lalu membawa satu kitab Alquran ke hadapan Kak Stevi.
“Kamu coba bacakan surat Al-Jinn ya. Kakak dan Aira akan mencoba kembali menemui Genderuwo itu,” Danisha kembali mengangguk dan mencari-cari halaman surat Al-Jinn.
Kak Stevi tidak berkata apa-apa dengan Aira, namun Aira sepertinya mengerti apa maksud Kak Stevi. Lalu mereka kembali memejamkan mata.
Kali ini, Kak Stevi berusaha memanggil Genderuwo itu ke dimensi nyata. Namun, Genderuwo itu tidak menampakkan wujudnya. Jiwa Kak Stevi dan Aira mencoba mencari keberadaan Genderuwo itu di belakang rumah Danisha. Tepatnya di rumah panggung itu.
Di sana, mereka bertemu dengan Genderuwo itu. Kak Stevi lalu berkomunikasi dengan Genderuwo itu, dengan segenap kemampuannya.
“Kamu pergi dari rumah Danisha, atau aku hancurkan kamu,” ucap Kak Stevi.
“Aku tidak mau pergi. Dia milikku,”
Aira yang berada di samping Kak Stevi, langsung mengucapkan doa-doa yang membuat Genderuwo itu berteriak kesakitan.
“Kamu kembalilah ke alammu. Jangan ganggu Danisha dan keluarganya lagi,” Kak Stevi lalu membantu Aira membacakan doa-doa, yang membuat Genderuwo itu semakin kesakitan.
Tiba-tiba, Genderuwo itu menghilang. Jiwa Kak Stevi dan Aira akhirnya kembali ke raganya. Mereka lalu membukakan mata dan saling menatap.
“Danisha, udah selesai,” ucap Aira.
Danisha yang terus-terusan membaca Alquran, akhirnya menghentikan aktifitasnya. Dia merasa lega mendengar itu. Setelah meletakkan Alquran di atas kasur, Danisha langsung bangkit dan memeluk Aira.
“Aira, Kak Stevi, terima kasih ya...,” ucap Danisha sambil berurai air mata. Aira pun membalas pelukan Danisha dengan hangat. Aira lalu menatap Kak Stevi, yang berusaha memulihkan tenaganya.
Malam itu terasa panjang dilewati Kak Stevi, Aira dan Danisha. Kak Stevi lalu meninggalkan Aira dan Danisha agar bisa beristirahat, sedangkan Kak Stevi tidur di kursi panjang ruang tengah.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
malest
bagus.
2023-07-26
1
malest
bagus
2023-07-26
1