Genderuwo Itu.. Tetanggaku !!!

Genderuwo Itu.. Tetanggaku !!!

I - Mata Batin Mereka

Malam minggu kelabu, mungkin itu yang dirasakan Danisha. Sesakit-sakitnya dia patah hati, inilah yang paling membuat hatinya hancur. Raka, pria yang baru satu bulan menjalin kisah asmara dengan Danisha, tiba-tiba membatalkan pertemuan mereka ke sekian kalinya.

 

Meskipun baru satu bulan, namun Danisha menaruh harapan penuh pada pria bertubuh jangkung ini. Namun apalah daya, beberapa hari kemudian, Danisha mendengar kekasihnya itu sudah kembali ke pelukan mantan pacarnya di kampus dulu.

 

Tidak hanya hati yang hancur, tubuh Danisha pun terasa lelah. Dia memilih untuk memanggil Ibu Suti, tukang urut langganannya di gang sebelah. Danisha sengaja memilih Kamis pagi, karena dia bisa punya alasan ke bos kantornya untuk absen ke lapangan. Tentunya untuk menghindari segudang pekerjaan, yang belum bisa berkompromi dengan otaknya.

 

Toktokk..

 

Ibu Suti pun akhirnya datang. Danisha langsung menyuruh wanita paruh baya berjilbab panjang ini, masuk ke rumahnya melalui pintu samping.

 

“Apa kabar kamu Danisha?” tanya Ibu Suti

 

“Kurang sehat bu, sudah lama juga gak diurut Ibu Suti,”’ jawab Danisha sembari berbaring tengkurap siap untuk diurut.

 

Lalu Ibu Suti mulai mengoleskan punggung Danisha dengan minyak zaitun dicampur minyak kayu putih. Perlahan-lahan, Ibu Suti memijat di bagian-bagian urat yang tegang.

 

Danisha dan Ibu Suti cukup akrab. Sembari mengurut, Ibu Suti bercerita tentang anaknya lelakinya yang baru dapat pekerjaan, serta lucunya ketiga cucu-cucunya.

 

“Danisha, kamu kamu nikah kapan nih, usiamu udah 25 tahun kan?,” tanya Ibu Suti yang membuat raut muka Danisha mengkerut.

 

“Nanti deh Bu, saya baru aja putus. Belum mau dulu lah cari pacar,” jawab Danisha singkat.

 

“Kamu nih kayaknya susah ya jodohnya. Setiap punya hubungan, pasti tidak pernah langgeng, bener gak?,” Seloroh Ibu Suti yang membuat Danisha langsung membalikkan tubuhnya.

 

Dengan tatapan bingung, Danisha hanya terdiam melihat Ibu Suti. Dalam pikirannya, bagaimana Ibu Suti bisa tahu, padahal Danisha tidak pernah cerita dengan keluarganya, apalagi dengan Ibu Suti.

 

“Kamu jangan kaget, Ibu tahu itu,”’

 

“Danisha tahu gak kenapa itu bisa terjadi, bu”

 

Ibu Suti lalu menceritakan apa yang dilihatnya melalui mata batinnya. Dia melihat Danisha selalu diikuti oleh makhluk halus bertubuh besar, hitam, berbulu dan bermata merah menyeramkan. Namanya Genderuwo.

 

Menurutnya, Genderuwo inilah yang membuat aura Danisha tidak bersinar, selalu berusaha menghancurkan hubungan asmara Danisha. Satu alasannya. Genderuwo itu tidak suka jika Danisha punya kekasih. Dia ingin Danisha hanya milik makhluk astral itu seorang.

 

“Jadi, kamu ini sudah lama diikuti Genderuwo itu. Makanya hubungan pacaran kamu gak lama,”

 

Pikiran Danisha pun seketika melesat ke beberapa tahun terakhir. Benar kata Ibu Suti. Tidak ada satu pun hubungan pacarannya yang lebih dari 2 bulan, bahkan hanya 1 bulan berjalan mulus.

 

Ada juga mantan kekasihnya di luar kota, meskipun pernah berjalan 1 tahun, namun itu juga komunikasi terbatas, dan akhirnya kandas berbekas sangat buruk.

 

Wait.. Danisha langsung menghapus cocoklogi cerita dia dan Ibu Suti. Meskipun dia percaya ada dua alam di dunia ini, namun lagi-lagi Danisha tidak mau meyakini apa yang diceritakan Ibu Suti.

 

“Ah, Ibu Suti ini, ngawur,” ucap Danisha ketus.

 

“Terserah kamu percaya atau tidak, tapi Genderuwo itu sekarang berdiam di rumahmu. Dan dia selalu mengikuti kemana pun kamu pergi,” itu kata terakhir Ibu Suti yang langsung melekat di otak Danisha.

 

Ibu Suti juga menasehati Danisha, agar jangan tinggalkan salat, selalu sempatkan berzikir dan jangan berbuat yang macam-macam.

 

Cerita Ibu Suti seakan menjadi angin lalu saja bagi Danisha. Dia tetap tidak mau percaya akan hal itu. Baginya, jodoh, maut, rejeki itu di tangan Tuhan. Jika belum ketemu jodohnya, ya mau bagaimana lagi.

 

*****

 

Danisha pun kembali disibukkan dengan aktifitasnya sebagai penulis riset, di salah satu perusahaan ternama di Palembang. Dia pun sering ke luar kota, untuk mencari bahan-bahan riset yang akan ditulisnya. Cerita Ibu Suti pun tinggal cerita...

 

Minggu pagi, Mama Ajeng, ibunya Danisha mengeluarkan sepeda motornya dari kamar samping. Setiap Minggu pagi, mamanya Danisha pasti disibukkan dengan aktifitas pengajian di masjid dekat rumah, lalu bertandang ke rumah neneknya di ujung gang perkampungannya.

 

Hari Minggu juga, menjadi harinya Danisha bermalas-malasan. Bangun siang, mandi entah jam berapa, pokoknya setiap hari Minggu, dia tidak ingin diganggu dengan kegiatan di luar rumah.

 

Namun sepertinya, hari Minggu kedua di bulan September ini, akan terasa beda dari minggu-minggu sebelumnya. Entah kenapa, Mama Ajeng masuk ke dalam kamar Danisha, dan membangunkan anak bungsunya tersebut.

 

“’Dek, bangun. Yuk temani mama ke rumah Ibu Irma,”

 

“Emoh ma, masih ngantukk,” Danisha langsung menolak, meskipun kelopak matanya belum dia buka untuk sekejap saja melihat ibunya, yang berdiri di sampingnya.

 

Ya, Mama Ajeng sangat paham dengan anak perempuannya ini. Begitu capek setiap hari kerja, tentunya hari Minggu anaknya ini ingin memanfaatkan waktu istirahat semaksimal mungkin. Mama Ajeng akhirnya pergi sendirian ke rumah Ibu Irma.

 

Sorenya, Mama Ajeng kembali masuk ke kamar Danisha. Lagi-lagi, Danisha masih kaku di atas kasurnya.

 

“Dek bangun dek, udah jam berapa ini, Kamu belum mandi ya?”

 

Tangan Mama Ajeng langsung menggoncang-goncangkan tubuh Danisha. Dengan mata yang masih terkantuk, Danisha akhirnya bangun, mengangkat tubuhnya untuk bersandar ke dinding kamar.

 

“Danisha udah mandi ma, tapi ini tidur lagi siang tadi, ada apa sih ma, tumben,”

 

“Mama tadi ke rumah Ibu Irma dek,”

 

“Iya tahu ma, kan tadi mama ngajakin. Emang ada apa ma?,”

 

Mama Ajeng hanya terdiam sembari melihat wajah anaknya yang terlihat letih. Namun, ada yang ingin Mama Ajeng sampaikan ke Danisha. Sangat penting.

 

“Dek, kamu inget kan anak Ibu Irma, Mba Rika yang tukang jahit itu,”

 

“Oh itu, iya, ada apa emangnya ma?,”

 

Mama Ajeng pun menceritakan bahwa Mba Rika itu sering kesurupan roh eyangnya. Setiap dia kesurupan, pasti Mba Rika selalu meracau aneh. Danisha sesekali pernah menemani mamanya ke rumah Ibu Irma dan bertemu Mba Rika.

 

“’Ya trus kenapa ma kalau Mba Rika sering kesurupan?,” tanya Danisha yang sebenarnya ogah dengar cerita seperti itu.

 

“Dia bahas kamu dek,”

 

Mata Danisha terbelalak. Dia bingung, kenapa Mba Rika bicarain dia. Padahal, ngobrol empat mata saja tidak pernah.

 

“Rika bilang, kamu diikutin Genderuwo dek,”

 

“WTF” celetuk Danisha di depan mamanya. Seketika dia langsung terdiam, kok dia bisa mengucap seperti itu di depan mamanya. Mamanya pun kaget, karena gak ngerti apa yang diucapin anak perempuannya ini.

 

“Apa tadi kamu bilang dek,”

 

“Eh, enggak ma, lanjut. Trus Mba Rika bilang apa?,”

 

Perlahan, Mama Ajeng bercerita tentang apa yang dilihat Mba Rika ketika dia kerasukan roh eyangnya. Setiap Danisha dan Mama Ajeng ke rumah Ibu Irma, Mba Rika merasakan ada aura berbeda dari tubuh Danisha. Aura gelap dan menakutkan.

 

Saat Mama Ajeng ke rumah Ibu Irma, Mba Rika tiba-tiba kembali kerasukan dan langsung mendekati Mama Ajeng. Rika bilang, kalau Danisha sudah lama diikuti oleh Genderuwo itu.

 

Cerita Mba Rika, persis sama seperti yang dibilang Ibu Suti. Padahal, mereka berdua sama-sama tidak saling mengenal.

 

“Mba Rika bilang, dia ingin ketemu sama kamu. Kapan kamu ada waktu ke rumah Ibu Irma, dek,” ajak Mama Ajeng sembari meyakinkan Danisha agar mau menuruti kemauan Mba Rika.

 

“Apaan sih ma, gak ah. Danisha gak suka yang berbau mistis gitu. Mama juga jangan percaya. Danisha kan solat terus, gak berbuat aneh-aneh, ngapain juga bisa diikutin Genderuwo itu,”

 

Danisha pun langsung meninggalkan Mama Ajeng di kamarnya. Kerutan di antara kedua alisnya, menandakan Danisha sangat tidak suka mendengar cerita itu. Apalagi dia merasa tidak ada yang salah di tubuhnya, terlebih dengan kandasnya kisah-kisah asmaranya.

 

Sepertinya, cerita Mba Rika membuat Mama Ajeng semakin yakin kalau anaknya memang diikuti oleh Genderuwo itu. Mama Ajeng selalu membujuk Danisha untuk ikut bersamanya ke rumah Ibu Irma.

 

Lagi-lagi, Danisha menolak. Bahkan mengancam gak akan pulang ke rumah, kalau Mama Ajeng selalu memaksanya untuk ke rumah Ibu Irma.

 

Ancaman Danisha ternyata tidak dihiraukan Mama Ajeng. Dia lebih mengkhawatirkan anaknya yang akan suram masa depannya dan akan menjadi perawan tua, jika selalu diikuti oleh Genderuwo itu.

 

Berbulan-bulan, Mama Ajeng terus membujuk Danisha, meskipun dengan berbagai cara Danisha menolaknya.

 

*****

 

Akhir bulan November, Mama Ajeng dan Danisha menikmati sore dengan duduk di teras rumah. Mereka bersenda gurau berdua, menceritakan kakak Danisha selalu pulang setiap jam 9 malam serta keponakannya yang akan masuk Sekolah Dasar (SD).

 

“Dek, mama kapan ya nambah cucu lagi. Kayaknya kurang seru kalau cuma satu,”

 

“Ya mama tanya aja sama Kak Irsan dan istrinya, kapan produksi anak lagi,”

 

“Mama mau dari kamu dek. Mama kan sudah tua,”

 

Danisha langsung terdiam. Dia tahu, Mama Ajeng sangat ingin melihat anak perempuan satu-satunya ini segera menikah.

 

“Yuk ma, kita ke rumah Ibu Irma, sekarang aja. Danisha juga penasaran, apa yang akan diomongin Mba Rika tentang Danisha,”

 

Mama Ajeng pun terkaget. Matanya seakan berbinar-binar gembira. Akhirnya Danisha mau menuruti keinginan Mama Ajeng. Danisha sepertinya memanfaatkan alasan itu, agar dia dan Mama Ajeng tidak terlarut dalam angan-angan Mama Ajeng agar Danisha cepat menikah.

 

Danisha lalu membonceng Mama Ajeng menuju rumah Ibu Irma. Hanya butuh 15 menit untuk sampai ke rumah Ibu Irma.

 

Meskipun tidak yakin dengan cerita Mba Rika, namun hati Danisha deg-degan. Dia bukan berpikiran tentang cerita Genderuwo. Namun Danisha takut nantinya, Mba Rika bisa menguak cerita masa lalunya yang suram, di depan Mama Ajeng.

 

Mama Ajeng dan Danisha akhirnya bertemu dengan Ibu Irma. Seperti biasa, Danisha mencium tangan Ibu Irma, mantan tetangga neneknya dulu. Tatapan Danisha langsung mengelilingi ruang tamu dan ruang tengah rumah Ibu Irma. Namun dia tidak menemukan batang hidung Mba Rika.

 

Ibu Irma pun mengajak Mama Ajeng dan Danisha duduk di ruang tengah. Mereka mencicipi bolu buatan Ibu Irma, yang baru saja keluar dari oven.

 

Tiba-tiba, pintu kamar di ruang tengah terbuka. Mba Rika keluar dari kamarnya dan langsung mendekati Danisha.

 

“Hai Danisha, kamu kok lama banget gak ke sini. Mba nungguin lho. Pesan mba disampaikan mama kamu gak?”

 

“Eh iya mba, Danisha sibuk ke luar kota,” entah kenapa keringat Danisha langsung bercucuran. Ada ketakutan yang menggelayut di benak Danisha.

 

“Mba ke ruang tamu dulu ya, nanti kamu nyusul ya kalau mba panggil,”

 

Danisha hanya mengangguk pelan.

 

Setengah jam berlalu. Namun suara Mba Rika masih belum terdengar memanggil nama Danisha. Danisha pun merasa gak nyaman. Antara percaya dan takhayul yang ada di hadapannya.

 

Saat khayalannya terbang entah kemana, tangan Mama Ajeng langsung menepuk pelan punggung Danisha.

 

“Danisha, tuh dipanggil Mba Rika. Ke depan gih sana,” bujuk Mama Ajeng.

 

Danisha pun melangkahkan kakinya ke ruang tamu. Mba Rika langsung mengayunkan tangannya ke kursi di sampingnya, agar Danisha duduk tepat di sampingnya.

 

Hening. Tidak ada sepatah kata pun dari mulut Mba Rika. Danisha mencoba menatap dalam wajah Mba Rika, yang ada di hadapannya sembari menutup matanya.

 

Sepuluh menit berlalu. Akhirnya Mba Rika membuka matanya. Danisha pun kaget dan malu, karena dia ketahuan menatap dalam Mba Rika. Danisha langsung menunduk.

 

Mba Rika lalu memalingkan wajahnya ke pintu ruang tamu. Entah ceracau apa yang keluar dari mulut Mba Rika, membuat Danisha semakin cemas.

 

“Ada Genderuwo di depan rumah ini. Dia yang mengikuti kamu terus. Tapi dia tidak bisa masuk ke sini,”ucap Mba Rika, dengan intonasi suara yang sangat berat.

 

Suara itu, berbeda dari suara Mba Rika saat dia menyapa Danisha. Suara Mba Rika, seperti suara laki-laki yang renta, berat, lirih dan kecil.

 

“Kamu harus rajin ibadah. Atau, dia tidak akan pergi dari kamu. Saya tidak bisa bantu apa-apa, hanya kamu sendiri yang bisa mengusir dia,”

*****

Terpopuler

Comments

malest

malest

baguss

2023-07-24

1

malest

malest

bagus

2023-07-24

1

Yuliana Tan

Yuliana Tan

suka nih critanya...

2020-01-17

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!