XI : Bertemu Sepupu Aira

Kamis malam, Danisha sudah berada di rumah Aira. Sehabis salat Magrib, mereka akan langsung berangkat menuju rumah Kak Stevi, kakak sepupu Aira yang selama ini membantu Danisha dari kejauhan.

 

Danisha pun tak lupa membawa kotak kayu berisi batu mustika di dalam tasnya. Agar bisa diketahui apa kegunaan batu itu.

 

Karena jaraknya terlalu jauh, Aira lebih memilih membawa mobil sedannya. Mereka berdua lalu berangkat sekitar pukul 19.00 WIB menuju rumah Kak Stevi.

 

Tidak ada obrolan hangat atau canda tawa sepanjang perjalanan. Danisha dan Aira kaku membisu di tempatnya masing-masing. Aira ingin fokus membawa mobilnya, sedangkan Danisha sudah menyimpan ribuan pertanyaan yang akan diajukannya ke Kak Stevi.

 

Rumah Kak Stevi yang berada di Kabupaten Ogan Ilir Sumsel harus ditempuh sekitar 2 jam lebih. Apalagi kondisi jalan sedang macet. Sekitar pukul 21.00 WIB, Aira dan Danisha sampai di depan rumah Kak Stevi.

 

“Yuk langsung masuk ke rumah. Tante udah nunggu di rumah, nanti keburu hujan,” ajak Aira sambil membawa tasnya. Danisha pun langsung turun dari mobil dan mengikuti Aira dari belakang.

 

Tante Aira langsung keluar dari pintu dan menyambut hangat keponakannya itu. Aira dipeluk mamanya Kak Stevi dengan hangat. Ya, mereka memang sudah lama tidak bertemu. Danisha pun langsung menyalami tangan tanteny Aira.

 

“Yuk masuk Aira. Duh kamu udah gede aja ya. Terakhir kita ketemu waktu kamu SMA ya,” Tante Kia terlihat begitu takjub dengan perubahan Aira.

 

“Iya te. Udah lama banget ya. Ohya te, ini teman Aira, namanya Danisha,”

 

“Saya Danisha te, teman Aira dari SMA,”

 

“Wah.. ini ya yang sering diceritain sama kakak kamu, Aira,” telapak tangan Tante Kia langsung membelai rambut panjang Danisha.

 

Mendengar ucapan Tante Kia, membuat Danisha bingung. Dia belum pernah sekali pun ketemu dengan sepupunya Aira, namun Kak Stevi sudah banyak cerita tentang Danisha.

 

Mata Aira langsung mengedipkan ke arah Danisha. Entah kode apa yang disampaikan Aira, Danisha pun semakin bingung.

 

Mereka lalu diajak ke kamar tamu, disuruh beristirahat sejenak. Sedangkan Kak Stevi, sepupunya Aira, masih belum terlihat batang hidungnya.

 

Lalu, Tante Kia meninggalkan Danisha dan Aira di kamar tamu. Mereka langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk.

 

“Aira, kok kakak kamu tahu aku ya?,” tanya Danisha.

 

“Kan sudah aku ceritain, Kak Stevi yang bantu kamu. Kalian pernah kok ketemu,”

 

“Hah, ketemu, kapan?,” Danisha langsung membalikkan tubuhnya ke arah Aira. Seingat Danisha, mereka tidak pernah bersua.

 

“Waktu itu Kak Stevi mengantar aku ke sekolah, saat MOS hari kedua. Lalu kamu datang dari arah belakang kami, aku menyapa kamu kan. Ingat gak?,” Aira mencoba menceritakan momen pertama Danisha bertemu dengan Kak Stevi.

 

“Ah lupa,” Danisha mencoba mengingat-ingatnya, namun dia tidak bisa menemukan puing-puing memori itu.

 

“Saat itu, Kak Stevi sudah melihat ada Genderuwo yang mengikuti kamu. Padahal aku belum cerita lho. Makanya sejak saat itu, kami hampir setiap hari ketemu, sebelum Kak Stevi pindah ke luar kota,” jawab Danisha.

 

Aira dan Kak Stevi berbagi cerita tentang apa yang mereka lihat. Kemampuan Kak Stevi yang di atas Aira, membuka banyak misteri yang belum bisa dipecahkan Aira saat itu.

 

Namun, setelah Kak Stevi ke luar kota, mereka jarang berkomunikasi intens. Aira hanya menghubungi Kak Stevi ketika benar-benar keadaan genting.

 

“Kita mandi dulu, abis tu makan malam. Biasanya jam 12 malam, baru kita bisa ketemu Kak Stevi,” ujar Aira yang langsung berdiri menuju ke kamar mandi.

 

“Aira, kok harus jam 12 malam sih, seram amat,” celetuk Danisha yang berusaha menyembunyikan ketakutannya.

 

“Husttt.. nanti kamu akan tahu sendiri. Udah ya aku duluan mandi,” seloroh Aira.

 

*****

 

Danisha betul-betul penasaran dengan sosok Kak Stevi. Saat makan malam bersama keluarga Aira, Kak Stevi tidak juga muncul dan bergabung bersama. Tumpukan tanda tanya terus bertambah di otak Danisha. Kenapa harus jam 12 malam, kenapa di usia 25 tahun, kenapa dengan Kak Stevi?

 

Lama-kelamaan, Danisha pun tertidur di atas kasur seusai makan malam. Sedangkan Aira masih bercerita dengan Tante Kia dan adik-adik sepupunya.

 

Teng...

 

Bunyi jam dinding menandakan jam 12 malam. Danisha yang masih terlelap, bermimpi tentang hal yang aneh.

 

Danisha berada di rumah kosong yang gelap, sendirian. Tidak ada Aira, Tante Kia atau siapa pun. Danisha berusaha memanggil nama Aira, Tante Kia, namun tidak ada yang menyahut.

 

Di ruangan itu, Danisha melihat ada sumur yang dikelilingi lumut hijau kehitaman. Dia lalu berjalan menuju sumur itu. Entah dari mana keberaniannya, Danisha terus berjalan.

 

Sesampai di sumur itu, Danisha mencondongkan tubuhnya untuk melihat isi di dalam sumur itu. Saat akan lebih mendekat dengan lubang sumur itu, Tiba-tiba...

 

“Danisha, banguunn,” Aira berteriak kencang di telinga Danisha.

 

Mimpi Danisha langsung buyar, rohnya kembali lagi ke dimensi dunia nyata. Mata Danisha lalu terbuka dan melihat sosok Aira tepat di sampingnya.

 

“Kamu ini, udah dibilang jangan tidur, molor aja,” Aira terlihat kesal karena Danisha tidak menghiraukan perkataannya.

 

“Capek aku tau gak sih. Hujan gini, dingin, AC kencang, jadi ngantuk deh,” Danisha mengucek matanya dan bangkit dari kasur.

 

Aira pun menarik tubuh Danisha ke arah kamar mandi. Danisha mencuci mukanya dan membasuhnya dengan handuk di gantungan pintu kamar mandi.

 

“Tuh kamu udah ditunggu Kak Stevi, yuk ke sana,” Aira kembali menarik tangan Danisha.

 

Danisha sedikit gondok dengan cara Aira. Karena Danisha harus mengumpulkan segenap keberaniannya, untuk bertemu dengan pria penolongnya. Namun sepertinya Aira tidak tahu atau juga tidak mau tahu.

 

Saat melangkah memasuki ruang belakang, tepatnya kamar Kak Stevi. Danisha dan Aira melihat Kak Stevi sedang melipat sejadahnya.

 

“Kak, maaf tiba-tiba masuk,” Aira merasa malu karena tidak mengetuk pintu kamar Kak Stevi dulu.

 

“Oh gakpapa Aira, masuk sini. Danisha juga, yuk masuk. Bentar ya, kakak lipat alat salat dulu. Kalian duduk aja di

situ,” Kak Stevi menunjuk teras kamarnya yang berada di samping rumah.

 

Danisha pun takjub dengan seisi kamar Kak Stevi. Begitu tertata rapi, dengan warna cat yang teduh. Tidak ada satu helai pun pakaian yang menumpuk, tidak seperti kamarnya. Semuanya sesuka Danisha diletakkan dimana.

 

Tak butuh waktu lama bagi Danisha dan Aira untuk menunggu Kak Stevi menemui mereka. Aira langsung sungkem, begitu juga Danisha ke Kak Stevi.

 

Usia Aira dan Kak Stevi sebenarnya tidak terpaut jauh, hanya berjarak lima tahun. Namun, wajah Kak Stevi seperti masih seusia mereka.

 

“Kak, ini Danisha temanku. Ya, pasti kakak lebih tahu lah ya.. Hehehe..,” Aira membuka pembicaraan di antara mereka bertiga.

 

Kak Stevi hanya mengangguk dan tersenyum manis. Sedangkan Danisha, masih tertunduk. Entah karena dia malu atau salah tingkah.

 

Aira menceritakan semuanya yang terjadi, termasuk batu mustika yang mereka ambil kembali dari Kak Arda. Kotak kayu berisi batu mustika itu juga diberikan Aira ke Kak Stevi.

 

Kak Stevi hanya memegang kotak kayu itu, tanpa membuka kotaknya untuk melihat batu mustika itu. Dia terus mendengarkan cerita Aira. Danisha hanya sesekali mengiyakan cerita Aira. Karena, apa yang diceritakan Aira, sudah mewakili semua yang dirasakan Danisha.

 

“Ok, cukup ceritanya. Kakak sebenarnya sudah tahu semua. Tapi kakak sebenarnya ingin Danisha yang cerita sama Kakak, bukan kamu Aira,”

 

Aira hanya tertunduk sambil ketawa cengengesan. Namun hal berbeda dirasakan Danisha. Dia merasa seperti ditonjok di tengah ribuan orang.

 

Namun Kak Stevi bisa memakluminya, karena Danisha baru kali ini berbincang-bincang dengan dirinya.

 

“Gakpapa Danisha, kakak ngerti kalau kamu masih malu untuk menceritakan semuanya. Ohya, usiamu sudah lewat 25 tahun kan?,” Kak Stevi menanyakan hal yang sama seperti Aira.

 

Danisha hanya mengangguk sambil menjawab kata ‘iya’ dengan suara yang kecil. Kak Stevi kembali tersenyum. Itu semakin membuat Danisha malu, karena dia tidak bisa menyembunyikan rasa takut dan salah tingkahnya.

 

Kak Stevi lalu menceritakan kronologi awalnya, mulai dari Genderuwo hingga Widi yang hadir di hidup Danisha..

*****

Terpopuler

Comments

malest

malest

baguss

2023-07-25

1

malest

malest

bagus

2023-07-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!